Krisis Air Meluas ke Melaya
Sebulan terakhir, paling tidak ada tujuh banjar yang diketahui mengalami krisis air.
NEGARA, NusaBali
Krisis air bersih pada musim kemarau belakangan ini semakin meluas di Kabupaten Jembrana. Selain terjadi di sejumlah banjar seputar wilayah Kecamatan Negara,Kecamatan Jembrana, dan Kecamatan Mendoyo, teranyar terjadi di Banjar Sari Kuning, Desa Tukadaya, dan Banjar Puncaksari, Desa Warnasari, Kecamatan Melaya.
Laporan mengenai krisis air bersih di dua banjar di wilayah Kecamatan Melaya, Jumat (13/9), langsung ditindaklanjuti jajaran Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jembrana. BPBD mendistribusikan masing-masing 1 tangki atau 5.000 liter air bersih ke dua banjar tersebut. Setelah mengirim air bersih ke dua banjar tersebut, juga dilakukan pendistribusian 1 tangki air bersih ke Lingkungan Pancardawa, Kelurahan Pendem, yang sudah lebih dulu mengalami krisis air, dan sudah rutin mendapat bantuan air bersih sejak Agustus 2019.
Kepala Pelaksana BPBD Jembrana I Ketut Eko Susila Artha Permana, Jumat kemarin, mengatakan, dari laporan yang diterima sejak Agustus, hampir setiap hari jajarannya melakukan pendistribusian air bersih ke sejumlah banjar yang dilaporkan mengalami krisis air. Sebulan terakhir, paling tidak ada tujuh banjar yang diketahui mengalami krisis air. Selain di Banjar Sari Kuning dan Banjar Puncaksari di Kecamatan Melaya yang juga baru dilaporkan Jumat kemarin, lima banjar lainnya tersebar di tiga wilayah Kecamatan. Lima banjar tersebut, diantaranya di Banjar Wali, Desa Yehembang, Kecamatan Mendoyo, Lingkungan Pancardawa, Kelurahan Pendem, Kecamatan Jembrana, dan tiga banjar di wilayah Kecamatan Negara, yakni Banjar/Desa Berangbang, Banjar Kombading, Desa Pengambengan, dan Lingkungan Awen Lelateng, Kelurahan Lelateng. “Ada tujuh banjar di tujuh desa. Untuk jumlah total warga yang mengalami kekeringan, ada ratusan KK. Kemarin paling banyak kita distribusikan sekalian tiga tangki air di Banjar Kombading, karena ada sekitar 200 KK yang mengalami kekeringan di sana. Sisanya, ya masih cukup satu tangki, sudah termasuk untuk stok,” ujarnya.
Menurut Eko warga di sejumlah banjar yang mengalami krisis air, kebanyakan merupakan warga yang mengandalkan sumber air dari pegunungan. Ada juga di beberapa banjar, diantaranya di Banjar Kombading, Desa Pengambengan, dan Linggkungan Awen Lelateng, Kelurahan Lalateng, yang beberapa warganya mengandalkan sumber air dari PDAM, namun kesulitan mendapat air, karena terjadi penuruan debit air baku, dan kebetulan berada di kawasan dataran yang agak tinggi. “Untuk bantuan air yang kami distribusikan ini, juga airnya PDAM,” ucapnya.
Sesuai hasil koordinasi dengan BMKG, samung Eko, musim kemarau yang terjadi hampir selama tiga bulan terakhir ini, diperkirakan berakhir memasuki akhir tahun ini. Sesuai data per tanggal 10 September hinga 30 hari kedepan, juga diperkirakan sudah akan mulai turun hujan. Hanya saja dalam perkirakaan sebulan itu, ada beberapa titik wilayah di Jemrbana yang samasekali belum diguyur hujan, diantaranya wilayah Cekik (Kelurahan Gilimanuk), Desa Melaya, Desa Berangbang, Desa Tegal Cangkring, dan Desa Penyaringan. “Kalaupun sudah mulai hujan sebulan ini, tetapi masih sangat ringan. Diperkirakan puncak musim hujan, baru akan terjadi memasuki Novemeber dan Desember,” pungkas mantan Camat Pekutatan ini. *ode
Krisis air bersih pada musim kemarau belakangan ini semakin meluas di Kabupaten Jembrana. Selain terjadi di sejumlah banjar seputar wilayah Kecamatan Negara,Kecamatan Jembrana, dan Kecamatan Mendoyo, teranyar terjadi di Banjar Sari Kuning, Desa Tukadaya, dan Banjar Puncaksari, Desa Warnasari, Kecamatan Melaya.
Laporan mengenai krisis air bersih di dua banjar di wilayah Kecamatan Melaya, Jumat (13/9), langsung ditindaklanjuti jajaran Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jembrana. BPBD mendistribusikan masing-masing 1 tangki atau 5.000 liter air bersih ke dua banjar tersebut. Setelah mengirim air bersih ke dua banjar tersebut, juga dilakukan pendistribusian 1 tangki air bersih ke Lingkungan Pancardawa, Kelurahan Pendem, yang sudah lebih dulu mengalami krisis air, dan sudah rutin mendapat bantuan air bersih sejak Agustus 2019.
Kepala Pelaksana BPBD Jembrana I Ketut Eko Susila Artha Permana, Jumat kemarin, mengatakan, dari laporan yang diterima sejak Agustus, hampir setiap hari jajarannya melakukan pendistribusian air bersih ke sejumlah banjar yang dilaporkan mengalami krisis air. Sebulan terakhir, paling tidak ada tujuh banjar yang diketahui mengalami krisis air. Selain di Banjar Sari Kuning dan Banjar Puncaksari di Kecamatan Melaya yang juga baru dilaporkan Jumat kemarin, lima banjar lainnya tersebar di tiga wilayah Kecamatan. Lima banjar tersebut, diantaranya di Banjar Wali, Desa Yehembang, Kecamatan Mendoyo, Lingkungan Pancardawa, Kelurahan Pendem, Kecamatan Jembrana, dan tiga banjar di wilayah Kecamatan Negara, yakni Banjar/Desa Berangbang, Banjar Kombading, Desa Pengambengan, dan Lingkungan Awen Lelateng, Kelurahan Lelateng. “Ada tujuh banjar di tujuh desa. Untuk jumlah total warga yang mengalami kekeringan, ada ratusan KK. Kemarin paling banyak kita distribusikan sekalian tiga tangki air di Banjar Kombading, karena ada sekitar 200 KK yang mengalami kekeringan di sana. Sisanya, ya masih cukup satu tangki, sudah termasuk untuk stok,” ujarnya.
Menurut Eko warga di sejumlah banjar yang mengalami krisis air, kebanyakan merupakan warga yang mengandalkan sumber air dari pegunungan. Ada juga di beberapa banjar, diantaranya di Banjar Kombading, Desa Pengambengan, dan Linggkungan Awen Lelateng, Kelurahan Lalateng, yang beberapa warganya mengandalkan sumber air dari PDAM, namun kesulitan mendapat air, karena terjadi penuruan debit air baku, dan kebetulan berada di kawasan dataran yang agak tinggi. “Untuk bantuan air yang kami distribusikan ini, juga airnya PDAM,” ucapnya.
Sesuai hasil koordinasi dengan BMKG, samung Eko, musim kemarau yang terjadi hampir selama tiga bulan terakhir ini, diperkirakan berakhir memasuki akhir tahun ini. Sesuai data per tanggal 10 September hinga 30 hari kedepan, juga diperkirakan sudah akan mulai turun hujan. Hanya saja dalam perkirakaan sebulan itu, ada beberapa titik wilayah di Jemrbana yang samasekali belum diguyur hujan, diantaranya wilayah Cekik (Kelurahan Gilimanuk), Desa Melaya, Desa Berangbang, Desa Tegal Cangkring, dan Desa Penyaringan. “Kalaupun sudah mulai hujan sebulan ini, tetapi masih sangat ringan. Diperkirakan puncak musim hujan, baru akan terjadi memasuki Novemeber dan Desember,” pungkas mantan Camat Pekutatan ini. *ode
1
Komentar