Gek Ayu Berniat Pulang saat Renovasi Merajan Keluarga Selesai
Tenaga Kerja dari Buleleng Meninggal di Turki
Seorang tenaga kerja (naker) Indonesia, Anak Agung Ayu Deni Sustinayani, 23, asal Banjar Nyung Sangiang, Desa Kaliasem, Kecamatan Banjar, Buleleng dikabarkan meninggal di Turki.
SINGARAJA, NusaBali
Gadis kelahiran 30 November 1995, ini baru bekerja sekitar 4 bulan di Turki sebagai terapis spa. Sebelum meninggal, Anak Agung Ayu Deni Sustinayani yang biasa dipanggil Gek Ayu, sempat berkeinginan pulang begitu mendapat kabar perbaikan merajan (tempat sembahyang keluarga, Red) yang ikut dibiayainya sudah selesai.
Pantauan di rumah duka di Banjar Nyung Sangiang, Desa Kaliasem, Sabtu (14/9) sore, pihak keluarga sudah mempersiapkan penerimaan jenazah Gek Ayu. Namun pihak keluarga belum mendapat kepastian kapan jenazah akan tiba. Saat ini, jenazah Gek Ayu sudah berada di Bandara Izmir (İzmir Adnan Menderes Airport), Turki untuk diberangkatkan ke Bali.
Informasi dihimpun, Gek Ayu dikabarkan meninggal pada Kamis (12/9) lalu, di sebuah rumah sakit di Turki. Sebelum dibawa ke RS, Gek Ayu dikabarkan jatuh pingsan di tempat kerja. Belum diketahui pasti penyebab kematian anak bungsu dari tiga bersaudara ini.
Gek Ayu merupakan buah kasih dari pasangan suami istri Anak Agung Ngurah Adnyana dengan Ketut Artini. Pihak keluarga mendapat kabar duka dari teman sekerja Gek Ayu asal Tabanan, pada Kamis malam sekitar pukul 19.00 Wita. “Kami sangat shock begitu mendapat kabar duka itu. Kabar itu kami terima Kamis sekitar pukul 7 malam,” tutur Komang Lian Agustina, ipar Gek Ayu.
Dikatakannya, Gek Ayu berangkat ke Turki pada 26 Mei 2019 lalu, sebagai tenaga terapis spa, setelah menempuh pendidikan terakhir Diploma I. Disebutkan, Gek Ayu berangkat atas inisiatif sendiri tanpa perantara. “Selama bekerja, rutin berkomunikasi dengan keluarga, biasanya malam hari,” imbuh Lian Agustina.
Sementara orangtua Gek Ayu masih terlihat shock. Pihak keluarga tidak mendapat firasat apapun atas kepergian Gek Ayu untuk selamanya.
Ibu Gek Ayu, Ketut Artini, 50, dengan terbata menuturkan, anak bungsunya tidak pernah mengeluh sakit apapun selama bekerja di Turki. Dan selama ini, Gek Ayu juga tidak pernah memiliki riwayat sakit apa pun. “Sama sekali Gek Ayu tidak pernah mengeluh sakit. Tiyang juga tidak punya firasat apa pun,” ucap Artini.
Artini menuturkan, sehari sebelum kabar duka datang, tepatnya Rabu (11/9) malam, Gek Ayu sempat berkomunikasi dengan keluarga melalui sambungan telepon. Pembicaraan seperti biasanya seputar kesehatan, dan keseharian baik dalam pekerjaan maupun setelah pulang kerja, termasuk juga tentang hubungannya dengan pacarnya. Namun dalam pembicaraan itu, ada kata-kata dari Gek Ayu yang membuat pihak keluarga sulit melupakannya. Ternyata itu merupakan kata-kata terakhirnya.
Kala itu, Gek Ayu berkeinginan pulang ingin melihat merajan yang sudah selesai direnovasi. “Saat mengetahui kalau merajan sudah selesai diperbaiki, Gek Ayu ingin sekali pulang melihatnya. Karena dia punya rencana menikah setelah merajan-nya selesai diperbaiki,” ungkap Artini.
Suasana rumah duka di Banjar Nyung Sangiang, Desa Kaliasem, Kecamatan Banjar, Buleleng, Sabtu (14/9). -SUDIRTA
Diceritakan, sebelum berangkat ke Turki untuk bekerja, Gek Ayu bercita-cita ingin memperbaiki merajan keluarga. Setelah merajan keluarga diperbaiki, baru dia akan menikah dengan pacarnya. Nah, begitu bekerja, Gek Ayu sudah membantu dengan mengirim uang untuk memperbaiki merajan keluarga. Kini merajan keluarga itu sudah selesai diperbaiki, tinggal menunggu dewasa ayu (hari baik) melaspas. “Mih melah ti jani merajane, dot tiyang mantuk. (Wah, sekarang sudah bagus sekali merajan-nya, ingin sekali saya pulang),” kata Gek Ayu, ditirukan oleh ibunya.
Sejauh ini pihak keluarga belum menentukan waktu pelaksanaan upacara terhadap jenazah Gek Ayu. Pihak keluarga juga belum memutuskan, apakah diupacarai ngaben atau makingsan ring geni. Rencananya, pihak keluarga akan membahas upacara dan waktu pelaksanaannya setelah jenazah Gek Ayu tiba di rumah duka. 7 k19
1
Komentar