Jenazah HS Dillon Dilepas Secara Militer
Pegiat HAM yang Meninggal di RS Siloam Kuta
Jenazah pegiat Hak Asasi Manusia (HAM), Harbrinderjit Singh Dillon, 74, yang meninggal di RS Siloam, Kuta, Badung diupacarai secara militer di halaman Rumah Duka RS Angkatan Darat Jalan Sudirman Denpasar, Selasa (17/9) pukul 12.00 Wita. Upacara pelepasan jenazah dari tokoh nasional tersebut dipimpin langsung oleh Pangdam IX/Udayana, Mayor Jenderal TNI Benny Susianto.
DENPASAR, NusaBali
Sementara upacara perabuan jenazah di Krematorium Mumbul, Nusa Dua, Kecamatan Kuta Selatan, Badung dipimpin oleh Wakapolda Bali, Brigjen Pol I Wayan Sunartha.
Sebelum dilakukan upacara pelepasan secara militer di rumah duka RSAD, pihak keluarga melalui anak sulung tokoh aktivis HAM tersebut, Haryasetyaka Singh Dillon menyerahkan jenazah kepada negara. Dalam upacara itu dihadiri oleh keluarga dan istrinya, Drupadi S Harnopidjati. Selanjutnya jenazah dibawa ke Krematorium Mumbul, Nusa Dua, Kecamatan Kuta Selatan, Badung untuk dikremasi.
Seusai memimpin upacara pelepasan jenazah, Pangdam Mayjen Benny mengatakan, HS Dillon memiliki hak untuk diupacarai secara militer. Hal itu sesuai dengan jasanya terhadap bangsa Indonesia. Di mana selama hidup HS Dillon pernah menerima penghargaan sipil tertinggi yakni Bintang Jasa Maha Putra Utama dari Presiden Joko Widodo pada 13 Agustus 2015.
“Ini penghargaan yang diberikan negara. Saya yakin negara tidak memberikan penghargaan ini kepada orang sembarangan. Ini merupakan penghargaan yang tinggi oleh negara, sehingga kami juga patut juga memberikan penghormatan terakhir yang terbaik kepadanya,” tutur Mayjen Benny sembari menambahkan dengan wafatnya HS Dillon bangsa Indonesia kehilangan salah satu tokoh bangsa.
Setelah dikremasi di Krematorium Mumbul selanjutnya abunya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta Selatan. “Tentunya kami juga merasa kehilangan karena beliau merupakan bagian daripada masyarakat bangsa ini yang memberikan kontribusi positif yang sangat besar untuk kehidupan berbangsa dan bernegara,” ungkap Mayjen Benny.
Sementara itu Haryasetyaka Singh Dillon mengatakan keluarga meyakini almarhum memilih Bali sebagai tempat untuk menghembuskan nafas terakhirnya. Putra sulung almarhum tersebut mengungkapkan ayahanda bersama ibundanya datang ke Bali pada 19 Agustus 2019. Setibanya di Pulau Dewata ini, almarhum kelahiran Medan 23 April 1945 itu jatuh sakit.
“Bapak di rawat di RS Siloam, Jalan Sunset Road, Kecamatan Kuta, Badung. Dokter mendiagnosa bapak menderita penyakit komplikasi jantung dan paru-paru. Setelah hampir sebulan lamanya bapak menghembuskan nafas terakhir pada 16 september 2019 pukul 18.00 Wita di RS tersebut,” tutur Haryasetyaka.
Mewakili keluarga, Haryasetyaka berterima kasih kepada negara dan Presiden Joko Widodo yang telah memberikan kemudahan. Haryasetyaka mengaku, sebelum wafat almarhum tidak memberikan pesan apa-apa terkait kehidupan berbangsa. “Beliau hanya memberikan pesan bersifat pribadi,” ucap Haryasetyaka dengan merahasiakan pesan dari ayahandanya itu. *pol
Sebelum dilakukan upacara pelepasan secara militer di rumah duka RSAD, pihak keluarga melalui anak sulung tokoh aktivis HAM tersebut, Haryasetyaka Singh Dillon menyerahkan jenazah kepada negara. Dalam upacara itu dihadiri oleh keluarga dan istrinya, Drupadi S Harnopidjati. Selanjutnya jenazah dibawa ke Krematorium Mumbul, Nusa Dua, Kecamatan Kuta Selatan, Badung untuk dikremasi.
Seusai memimpin upacara pelepasan jenazah, Pangdam Mayjen Benny mengatakan, HS Dillon memiliki hak untuk diupacarai secara militer. Hal itu sesuai dengan jasanya terhadap bangsa Indonesia. Di mana selama hidup HS Dillon pernah menerima penghargaan sipil tertinggi yakni Bintang Jasa Maha Putra Utama dari Presiden Joko Widodo pada 13 Agustus 2015.
“Ini penghargaan yang diberikan negara. Saya yakin negara tidak memberikan penghargaan ini kepada orang sembarangan. Ini merupakan penghargaan yang tinggi oleh negara, sehingga kami juga patut juga memberikan penghormatan terakhir yang terbaik kepadanya,” tutur Mayjen Benny sembari menambahkan dengan wafatnya HS Dillon bangsa Indonesia kehilangan salah satu tokoh bangsa.
Setelah dikremasi di Krematorium Mumbul selanjutnya abunya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta Selatan. “Tentunya kami juga merasa kehilangan karena beliau merupakan bagian daripada masyarakat bangsa ini yang memberikan kontribusi positif yang sangat besar untuk kehidupan berbangsa dan bernegara,” ungkap Mayjen Benny.
Sementara itu Haryasetyaka Singh Dillon mengatakan keluarga meyakini almarhum memilih Bali sebagai tempat untuk menghembuskan nafas terakhirnya. Putra sulung almarhum tersebut mengungkapkan ayahanda bersama ibundanya datang ke Bali pada 19 Agustus 2019. Setibanya di Pulau Dewata ini, almarhum kelahiran Medan 23 April 1945 itu jatuh sakit.
“Bapak di rawat di RS Siloam, Jalan Sunset Road, Kecamatan Kuta, Badung. Dokter mendiagnosa bapak menderita penyakit komplikasi jantung dan paru-paru. Setelah hampir sebulan lamanya bapak menghembuskan nafas terakhir pada 16 september 2019 pukul 18.00 Wita di RS tersebut,” tutur Haryasetyaka.
Mewakili keluarga, Haryasetyaka berterima kasih kepada negara dan Presiden Joko Widodo yang telah memberikan kemudahan. Haryasetyaka mengaku, sebelum wafat almarhum tidak memberikan pesan apa-apa terkait kehidupan berbangsa. “Beliau hanya memberikan pesan bersifat pribadi,” ucap Haryasetyaka dengan merahasiakan pesan dari ayahandanya itu. *pol
1
Komentar