Lansia Senangkan Hati dengan Berhias
Sejumlah perempuan lanjut usia (lansia) yang tergabung dalam Yayasan Wreda Sejahtera (YWS) Bali terlihat sumingrah.
DENPASAR, NusaBali
Mereka bahagia, karena meski usia tidak lagi muda, mereka masih cantik seperti sediakala saat dirias secara gratis oleh MUA Tiara Kusuma di Wantilan DPRD Provinsi Bali, Sabtu (21/9). Lansia didorong tetap berhias untuk membahagiakan hatinya.
“Bagaimana membuat orang lansia itu mau berhias lagi. Karena kan selama ini tidak mau mengurus diri, orang juga berpendapat kalau sudah tua tidak ada wajah cerahnya lagi. Kenapa kita tidak ajak orang lansia menghias diri tapi tidak menor, tetap menarik,” ujar menurut Ketua YWS Bali, Prof LK Suryani.
Prof Suryani menjelaskan, peran keluarga amat penting dalam merawat lansia. Menurutnya, lansia hanya soal usia, namun bukan berarti tidak bisa apa-apa. Dukungan dari keluarga dan lingkungan serta tidak menstigma bahwa lansia sebagai insan yang tidak produktif. “Lansia ya lansia, tetapi mereka bukan berarti tidak produktif. Sekarang dukungan keluarga itu, bagaimana membuat lansia itu senang. Kalau hatinya sudah senang, lansia juga masih produktif seperti anak-anak muda,” katanya.
Masyarakat juga diharapkan menepis pemikiran negatif ketika melihat lansia berhias. Misalnya berprasangka atau curiga mencari lelaki atau perempuan lain. Berhias perlu ditekankan sebagai bentuk mencari kesenangan diri. “Karena itu biarkan dia (lansia) berhias. Sebab kalau tidak, tentu dia akan merasa tua. Kalau sudah merasa tua, dalam pandangan masyarakat kan tua rungkut sudah tidak bisa apa-apa. Tapi saya ingin memperlihatkan tua, ceria, dan bahagia,” imbuh Prof Suryani.
Prof Suryani menambahkan, penelitian tentang lansia di Bali sebenarnya sudah dilakukan sejak 31 tahun silam. Saat itu dia melihat kondisi lansia di Bali tidak terurus dan malas mandi karena sudah tua. Jarang orang Bali ada yang berhias. Ketika mulai berhias justru ditertawai. Kondisi memunculkan rasa pertanyaan, ada apa ini? “Kami akhirnya melatih mereka, mau nggak ngumpul-ngumpul, tertawa lepas, ngobrol sesama lansia, kan tidak diejek. Saat kami memulai inisiatif ini, banyak masyarakat Bali yang ngejek, dibilang Taman Kanak-kanak. Semua seolah tidak menerima lansia bisa ceria seperti masyarakat biasanya,” tuturnya.
Mengubah minset memang butuh waktu. Sekarang, perlahan terjadi perubahan anggapan di masyarakat. Termasuk mindset dalam diri lansia untuk tidak menganggap jiwanya tua. “Berhenti mengatakan saya sudah tua. Katakan umur saja. Umur boleh tua, tapi jiwa tetap muda, punya jiwa juang,” tandasnya.7 ind
1
Komentar