Ada Sate Biawak di Lapangan Puputan Badung, Yuk Coba!
Kuliner foodtruck dari daging biawak dan kelinci menjadi salah satu kuliner yang wajib dicoba pada Mahabandana Prasadha.
DENPASAR, NusaBali.com
Suatu festival atau pawai memang kurang lengkap tanpa adanya pameran kuliner. Serangkaian dengan kegiatan Mahabandana Prasadha dalam memperingati Puputan Badung ke-113 yang berlangsung hingga 28 September 2019 nanti, sejumlah kegiatan diadakan di seputar area Lapangan Puputan Badung. Salah satunya, yaitu stand Creative Food yang berlokasi di Jalan Gajah Mada, sebelah timur Lapangan Puputan Badung, Denpasar.
Berbeda dengan stand kuliner pada umumnya, para pemilik stand kuliner di Creative Food ini menggunakan mobil van atau truk mini sebagai stand untuk berjualan. Para pedagang kuliner foodtruck ini tergabung dalam satu komunitas, yaitu Komunitas Foodtruck Bali, yang secara khusus hadir pada event-event tertentu seperti pada Mahabandana Prasadha ini.
Makanan streetfood yang dijual oleh para pemilik foodtruck ini memiliki ragam varian yang bisa dicoba oleh para pengunjung dengan harga terjangkau. Namun, di antara ragam makanan ini, terdapat satu foodtruck yang menawarkan menu unik dan tidak biasa. Foodtruck yang menghadirkan menu sate ini, tak hanya menawarkan varian sate yang biasa seperti sate kakul atau sate jamur, namun juga sate kelinci hingga sate biawak!
Kedua varian sate ini menjadi salah satu menu terlaris yang dijual pada acara Creative Food ini. Hal ini tentu saja karena bahan dasar kedua sate yang tidak biasa ini, yaitu daging kelinci dan daging biawak. Namun sayang, karena terbatasnya daging biawak, maka varian sate ini juga tersedia dalam jumlah terbatas di waktu-waktu tertentu saja.
“Ya memang lagi jarang dapat biawak. Kita dapat biawaknya dari hasil mencari sendiri, untuk menjamin kualitasnya. Itu juga tergantung musim dan tempat mencarinya. Ada dari daerah Tabanan, Negara juga. Tapi akhir-akhir ini jarang dapat biawak. Kalau kelinci lebih mudah dapatnya, karena kita kerjasama dengan peternakan kelinci di Tabanan,” ujar Agus, penjual sate biawak dan sate kelinci.
Jika membayangkan kedua binatang ini, mungkin sulit rasanya membayangkan bagaimana kedua binatang ini diolah hingga menjadi sate yang dilengkapi dengan bumbu kacang atau bumbu bali ini. Agus menjelaskan bahwa dalam mengolah kedua jenis daging ini diperlukan keterampilan tertentu.
“Kedua daging ini tentu saja beda dengan daging ayam. Apalagi daging biawak, jauh lebih alot dari daging kelinci. Supaya tidak alot, merebus dagingnya harus dua kali, jadi lebih empuk. Yang harus diperhatikan itu saat memotong biawaknya, itu harus hati-hati agar tidak jadi beracun. Nah, dipotongnya itu dari kepala, sehingga racunnya yang ada di bagian kepala terpisah dengan daging,” jelas Agus.
Proses pencarian hingga pengolahan daging biawak dan kelinci yang cukup sulit ini, tak serta-merta membuat harganya selangit saat dijual dalam bentuk sate. Satu tusuk sate dijual dengan harga Rp 2.000 yang berlaku untuk semua varian sate yang dijual, lengkap dengan bumbu kacang atau bumbu khas Bali yang melengkapi lezatnya sate ini.
Foodtruck sate biawak milik Agus ini akan hadir di acara Creative Food ini hingga Minggu (22/9/2019). Namun, bagi pengunjung yang belum sempat berkunjung ke Lapangan Puputan Badung, jangan khawatir. Foodtruck ini juga berjualan secara rutin setiap hari Sabtu dan Minggu di areal Lapangan Puputan Badung dari sore hingga malam hari.*yl
Komentar