Toya Bungkah Literary Festival Libatkan Penyair Belgia Dan Belanda
Keduanya sepakat festival ini adalah kegiatan kesusastraan yang sangat menarik.
BANGLI, NusaBali.com
Festival kesusastraan bertajuk Toya Bungkah Literary Festival yang digelar Sabtu (21/9/2019) dan Minggu (22/9/2019) menghadirkan dua penyair asal Belanda dan Belgia, yakni Vincent Tholome dan Frank Keizer. Kedua penyair tersebut membacakan puisi serta terlibat dalam diskusi tentang puisi di kawasan taman Gunung Batur, Kintamani, Bali.
Kedua penyair ini sepakat Toya Bungkah Literary Festival menjadi momen kegiatan kesusastraan yang sangat menarik. Alasannya dalam festival ini menyatukan sastra dan alam langsung.
“Ini sangat berkesan bagi saya pribadi, saya kira juga akan berkesan bagi para peserta karena kegiatan ini digelar di alam bebas. Mereka bisa berlatih membuat puisi sambil menyaksikan danau, hutan, gunung dan keindahan alam sekitar," ungkap Frank ketika dimintai keterangan.
Walaupun keduanya mengaku tak banyak mengetahui perihal dunia kesusastraan Indonesia khususnya Bali, mereka berharap kegiatan seperti Toya Bungkah Literary Festival lebih sering diadakan untuk menghidupkan gairah sastra di kalangan anak muda.
Vincent Tholome merupakan penulis dan perfomer berbahasa Prancis yang lahir dan tinggal di Namur, sebuah kota kecil di Belgia. Vicent bisa mempertunjukkan karya puisinya baik secara tunggal, duet, trio, dan lainnya dengan ditemani oleh musisi.
Sejumlah negara sudah ia kunjungi untuk menunjukkan karyanya, seperti Kanada, Jerman, Hunggaria, Romania, Rusia, termasuk Amerika. Namun untuk penampilannya di Bali, merupakan yang pertama di Asia.
Vincent membacakan puisinya bergantian dengan penyair lainnya di Toya Bungkah Literary Festival. Selain itu dalam kesempatan tersebut ia membacakan beberapa petikan dari Mon Epopee (Eposku), karya terkininya.
Sementara itu Frank Keizer merupakan penyair dari Belanda. Ia sudah menyelesaikan dua buah kumpulan puisi tunggal. Kumpulan puisi pertamanya berjudul Onder normale omstandighaden (dalam keadaan biasa), tahun 2016 memperoleh nominasi hadiah puisi Debut Aan Zee. Kemudian tahun 2019 buku puisinya yang kedua berjudul Lief slecht ding (Hal-hal buruk yang mengesankan) terbit dan memperoleh banyak pujian kritis.
Tidak hanya itu, puisinya juga telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa seperti bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Romania, Portugis, Turki, dan Malaya serta terpilih untuk disertakan dalam Lyrikline and Poetry International Web.
Penyair Belanda tersebut juga mendirikan majalah puisi berbasis web dan tanpa dana Samplekanon. Selain itu juga menerbitkan terjemahan puisi-puisi eksperimental di Perdu, Belanda, dan menjadi editor majalah kesusastraan berbahasa Flam nY. *has
Komentar