Tim Pengabdian Unud Gandeng UKM Kembangkan Produksi Pupuk Organik
Tim pengabdian kepada masyarakat Universitas Udayana melakukan pendampingan produk unggulan melalui Program Pengembangan Produk Unggulan Daerah (PPPUD).
DENPASAR, NusaBali
Program yang didanai Kemenristekdikti ini menerapkan iptek dari perguruan tinggi sebagai usaha mengembangkan produk unggulan daerah, sehingga menciptakan pasar yang kompetitif.
Ketua Tim PPPUD Universitas Udayana, Dr Ir Ni Wayan Siti MSi, di Denpasar, Senin (23/9) mengungkapkan, Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) mitra PPPUD yang mendapat pendampingan yakni CV Timan Agung di Desa Kelating, Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan untuk pengembangan produksi pupuk organik.
Dari pendampingan itu, kata Wayan Siti, yang diunggulkan adalah pupuk organik padat dan cair menggunakan inokulan berbasis mikroorganik lokal yang merupakan hasil penelitian dosen Unud. Dengan pupuk tersebut, mitra tidak perlu lagi bergantung dengan produk luar. "Biayanya juga menjadi lebih murah dan ketersediaannya selalu ada,” jelas Dosen Fakultas Peternakan ini.
Menurutnya, inokulan ini telah berhasil diuji, sehingga dapat dimanfaatkan oleh mitra dalam mengembangkan pupuk organik menjadi produk unggulan. Hingga kini, CV Timan Agung telah memproduksi dan menyalurkan pupuk organik ke seluruh Bali bersama dengan 750 kelompok Sistem Pertanian Terintegrasi (Simantri). CV Timan Agung memanfaatkan 70 persen feses dan bio-urine sapi sebagai probiotik dan pupuk cair.
Sedangkan sisanya diperoleh dari kulit anggur, arang, abu sekam, serbuk gergaji, limbah rumah tangga, dan permentor dari mikroorganisme lokal. Feses dan bio-urine sapi ini dapat membuat inokulan bakteri prositif dari limbah tambahan dalam pengolahan pupuk.
Tidak hanya mendukung pengembangan produksi produk, tim PPPU Universitas Udayana turut mendampingi CV Timan Agung untuk memperbaiki manajemen produksi, pengemasan produk, administrasi, dan distribusi. “CV Timan Agung memiliki kelemahan, sehingga perlu didampingi dalam pembuatan standar operasional prosedur (SOP) manajemen, baik produksi maupun administrasi masih manual. Sekarang kita dampingi untuk mengarah pada komputerisasi,” ungkapnya.
Sementara, Direktur CV Timan Agung, AA Nyoman Wijana mengatakan, pihaknya mampu memproduksi pupuk organik sebanyak 7 ton per harinya. “Kita bekerjasama dengan Unud untuk mengembangkan bakteri bacillus dari cairan rumen sapi hasil isolasi dosen Fakultas Peternakan Unud untuk dapat diaplikasikan dengan pengemasan dan katalog yang bagus, serta teknologi yang jelas. Kita harap teknologi yang baru ini membuat produk bisa bersaing di pangsa pasar,” ungkap Wijana.
Permintaan pasar yang cukup tinggi, menurut Nyoman Wijana, tak lepas dari pendampingan Universitas Udayana dalam penyusunan SOP dan teknologi yang tepat guna, serta pengawasan dari masyarakat maupun pemerintah. Pihaknya juga tak segan untuk membagikan pengalamannya kepada kelompok tani lainnya dalam produksi pupuk organik dan aplikasinya secara ekonomi. *mis
Ketua Tim PPPUD Universitas Udayana, Dr Ir Ni Wayan Siti MSi, di Denpasar, Senin (23/9) mengungkapkan, Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) mitra PPPUD yang mendapat pendampingan yakni CV Timan Agung di Desa Kelating, Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan untuk pengembangan produksi pupuk organik.
Dari pendampingan itu, kata Wayan Siti, yang diunggulkan adalah pupuk organik padat dan cair menggunakan inokulan berbasis mikroorganik lokal yang merupakan hasil penelitian dosen Unud. Dengan pupuk tersebut, mitra tidak perlu lagi bergantung dengan produk luar. "Biayanya juga menjadi lebih murah dan ketersediaannya selalu ada,” jelas Dosen Fakultas Peternakan ini.
Menurutnya, inokulan ini telah berhasil diuji, sehingga dapat dimanfaatkan oleh mitra dalam mengembangkan pupuk organik menjadi produk unggulan. Hingga kini, CV Timan Agung telah memproduksi dan menyalurkan pupuk organik ke seluruh Bali bersama dengan 750 kelompok Sistem Pertanian Terintegrasi (Simantri). CV Timan Agung memanfaatkan 70 persen feses dan bio-urine sapi sebagai probiotik dan pupuk cair.
Sedangkan sisanya diperoleh dari kulit anggur, arang, abu sekam, serbuk gergaji, limbah rumah tangga, dan permentor dari mikroorganisme lokal. Feses dan bio-urine sapi ini dapat membuat inokulan bakteri prositif dari limbah tambahan dalam pengolahan pupuk.
Tidak hanya mendukung pengembangan produksi produk, tim PPPU Universitas Udayana turut mendampingi CV Timan Agung untuk memperbaiki manajemen produksi, pengemasan produk, administrasi, dan distribusi. “CV Timan Agung memiliki kelemahan, sehingga perlu didampingi dalam pembuatan standar operasional prosedur (SOP) manajemen, baik produksi maupun administrasi masih manual. Sekarang kita dampingi untuk mengarah pada komputerisasi,” ungkapnya.
Sementara, Direktur CV Timan Agung, AA Nyoman Wijana mengatakan, pihaknya mampu memproduksi pupuk organik sebanyak 7 ton per harinya. “Kita bekerjasama dengan Unud untuk mengembangkan bakteri bacillus dari cairan rumen sapi hasil isolasi dosen Fakultas Peternakan Unud untuk dapat diaplikasikan dengan pengemasan dan katalog yang bagus, serta teknologi yang jelas. Kita harap teknologi yang baru ini membuat produk bisa bersaing di pangsa pasar,” ungkap Wijana.
Permintaan pasar yang cukup tinggi, menurut Nyoman Wijana, tak lepas dari pendampingan Universitas Udayana dalam penyusunan SOP dan teknologi yang tepat guna, serta pengawasan dari masyarakat maupun pemerintah. Pihaknya juga tak segan untuk membagikan pengalamannya kepada kelompok tani lainnya dalam produksi pupuk organik dan aplikasinya secara ekonomi. *mis
Komentar