Dharma Murti Akan Buka Konsultasi-Tenung di Kantor NusaBali
Konsepnya Tattwa Sapta Kanda Empat, Aktif Gelar Gebyar Pengobatan Sejak Tahun 1990
Konsultasi pengobatan alternatif dan tenung secara gratis dengan memadukan ilmu medis dan non medis akan dilaksanakan Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa ‘Dharma Murti’ saat acara donor darah NusaBali, 28 September nanti
DENPASAR, NusaBali
Organisasi Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, ‘Dharma Murti’, yang anggotanya mencapai 37.000, aktif menggelar gebyar pengobatan ke seluruh Bali secara kontinyu sejak tahun 1990. Mereka juga bakal meramaikan rangkaian kegiatan Hari Ulang Tahun ke-25 Harian Umum NusaBali, 3 Oktober 2019. Bentunya, membuka konsultasi pengobatan alternatif dan tenung secara gratis dengan memadukan ilmu medis dan non medis, saat digelarnya aksi sosial Donor Darah di Kantor Harian Umum NusaBali, Jalan Hayam Wuruk 110 Denpasar, Sabtu (28/9) nanti.
Kepengurusan Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa ‘Dharma Murti’ ini dibentuk tahun 1983, diinventarisasi oleh Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI. Kepengurusannya ada di seluruh Indonesia dan rutin mendapat pembinaan setiap tahun dari Kemendikbud.
Seperti apa Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa ‘Dharma Murti’ ini? Ketua Umum DPP ‘Dharma Murti’, I Gusti Ngurah Jaman, menyatakan sumber konsep tattwa yang digunakan oleh penghayat kepercayaan ini adalah ajaran Tattwa Sapta Kanda Empat. Ini adalah warisan dari para leluhur di Bali yang telah diramu sedemikian rupa.
Kepengurusan Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa ‘Dharma Murti’ memiliki beberapa bidang, seperti Bidang Usadha, Bidang Sesepuhan, Bidang Organisasi, hingga Bidang Seni. Khusus Bidang Usadha, kata I Gusti Ngurah Jaman, meliputi usadha yang bergerak dalam terapis fisik, obat dengan ramuan tradisional, dengan banten upakara, dengan yoga, dengan air, dengan japa mantra, dengan relaksasi, pewacakan oton, dan garis tangan. “Ini (pewacakan oton) namanya tenung atau ramalan. Ini bisa diilmiahkan,” jelas Ngurah Jaman saat bertandang ke Kantor NusaBali, Kamis (19/9) lalu.
Menurut Ngurah Jaman, Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesungguhnya sama, baik di Bali maupun daerah lainnya di Indonesia, yakni menggunakan tradisi, budaya, dan kearifan lokal masing-masing. Sarana yang paling umum digunakan adalah air dan bu-nga.
“Air itu lebih mudah kita memberikan suatu energi. Molekul air itu akan berubah ketika diberi energi, sehingga bisa mengobati tubuh dari hal-hal yang bersifat medis maupun non medis. Perubahan molekul air dari energi doa yang kita berikan, sebenarnya bisa dideteksi dengan alat teknologi,” papar Ngurah Jaman.
Jumlah anggota Peghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa ‘Dharma Murti’ saat ini mencapai 37.000 orang. Dharma Murti bahkan memiliki sekitar 800 murid di Jepang, yang datang ke Bali untuk belajar usadha guna diterapkan di negaranya.
Untuk mengenalkan diri lebih jauh ke masyarakat, Peghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa ‘Dharma Murti’ sudah aktif menggelar gebyar pengobatan ke seluruh Bali secara kontinyu sejak tahun 1990. “Masyarakat sangat antusias dengan gebyar pengobatan ini. Dan, gebyar pengobatan tidak hanya dilakukan di Bali saja. Kita sudah sering lakukan di luar Bali, seperti di Lombok, Sumbawa, Sulawesi, Kalimantan, dan Jawa. Ini adalah bentuk bakti sosial kami sebagai penghayat kepercayaan,” terang Ngurah Jaman.
Demi kemajuan penghayat kepercayaan, Ngurah Jaman mengaku sempat membicarakan terkait acuan pendidikan dengan Direktorat Bina Ayat Kemedikbud. Dalam pembicaraan itu, pihaknya mengusulkan untuk dibuat suatu kurikulum bahwa penghayat kepercayaan nanti bisa masuk ke fakultas-fakultas dan sekolah, sebagai pengajar di sana.
Sementara itu, saat berpartisaipasi memeriahkan HUT ke-25 NusaBali, Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa ‘Dharma Murti’ akan banyak membuka konsultasi mengenai tenung (ramalan) kelahiran, serta memberikan solusi atas keluh kesah pasien.
“Kalau kami, pengambilannya kan secara fisik dan spiritualnya, berupa pemijatan, pemberian obat, konsolidasi, dan spiritnya. Singkatnya nanti kita akan memberikan suatu keterangan jenis penyakitnya, analisa penyakitnya, dan proses pengobatan yang bisa mereka (pasien) tempuh di rumah,” tandas Ngurah Jaman. *ind
Kepengurusan Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa ‘Dharma Murti’ ini dibentuk tahun 1983, diinventarisasi oleh Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI. Kepengurusannya ada di seluruh Indonesia dan rutin mendapat pembinaan setiap tahun dari Kemendikbud.
Seperti apa Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa ‘Dharma Murti’ ini? Ketua Umum DPP ‘Dharma Murti’, I Gusti Ngurah Jaman, menyatakan sumber konsep tattwa yang digunakan oleh penghayat kepercayaan ini adalah ajaran Tattwa Sapta Kanda Empat. Ini adalah warisan dari para leluhur di Bali yang telah diramu sedemikian rupa.
Kepengurusan Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa ‘Dharma Murti’ memiliki beberapa bidang, seperti Bidang Usadha, Bidang Sesepuhan, Bidang Organisasi, hingga Bidang Seni. Khusus Bidang Usadha, kata I Gusti Ngurah Jaman, meliputi usadha yang bergerak dalam terapis fisik, obat dengan ramuan tradisional, dengan banten upakara, dengan yoga, dengan air, dengan japa mantra, dengan relaksasi, pewacakan oton, dan garis tangan. “Ini (pewacakan oton) namanya tenung atau ramalan. Ini bisa diilmiahkan,” jelas Ngurah Jaman saat bertandang ke Kantor NusaBali, Kamis (19/9) lalu.
Menurut Ngurah Jaman, Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesungguhnya sama, baik di Bali maupun daerah lainnya di Indonesia, yakni menggunakan tradisi, budaya, dan kearifan lokal masing-masing. Sarana yang paling umum digunakan adalah air dan bu-nga.
“Air itu lebih mudah kita memberikan suatu energi. Molekul air itu akan berubah ketika diberi energi, sehingga bisa mengobati tubuh dari hal-hal yang bersifat medis maupun non medis. Perubahan molekul air dari energi doa yang kita berikan, sebenarnya bisa dideteksi dengan alat teknologi,” papar Ngurah Jaman.
Jumlah anggota Peghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa ‘Dharma Murti’ saat ini mencapai 37.000 orang. Dharma Murti bahkan memiliki sekitar 800 murid di Jepang, yang datang ke Bali untuk belajar usadha guna diterapkan di negaranya.
Untuk mengenalkan diri lebih jauh ke masyarakat, Peghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa ‘Dharma Murti’ sudah aktif menggelar gebyar pengobatan ke seluruh Bali secara kontinyu sejak tahun 1990. “Masyarakat sangat antusias dengan gebyar pengobatan ini. Dan, gebyar pengobatan tidak hanya dilakukan di Bali saja. Kita sudah sering lakukan di luar Bali, seperti di Lombok, Sumbawa, Sulawesi, Kalimantan, dan Jawa. Ini adalah bentuk bakti sosial kami sebagai penghayat kepercayaan,” terang Ngurah Jaman.
Demi kemajuan penghayat kepercayaan, Ngurah Jaman mengaku sempat membicarakan terkait acuan pendidikan dengan Direktorat Bina Ayat Kemedikbud. Dalam pembicaraan itu, pihaknya mengusulkan untuk dibuat suatu kurikulum bahwa penghayat kepercayaan nanti bisa masuk ke fakultas-fakultas dan sekolah, sebagai pengajar di sana.
Sementara itu, saat berpartisaipasi memeriahkan HUT ke-25 NusaBali, Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa ‘Dharma Murti’ akan banyak membuka konsultasi mengenai tenung (ramalan) kelahiran, serta memberikan solusi atas keluh kesah pasien.
“Kalau kami, pengambilannya kan secara fisik dan spiritualnya, berupa pemijatan, pemberian obat, konsolidasi, dan spiritnya. Singkatnya nanti kita akan memberikan suatu keterangan jenis penyakitnya, analisa penyakitnya, dan proses pengobatan yang bisa mereka (pasien) tempuh di rumah,” tandas Ngurah Jaman. *ind
Komentar