'Jambore Petani Muda 3' Sasar Fakultas Pertanian Unud
Universitas Udayana (Unud) khususnya Fakultas Pertanian menjadi salah satu dari sekian universitas di Indonesia yang terpilih dalam roadshow Jambore Petani Muda 3.
DENPASAR, NusaBali
Jambore yang digagas oleh PT Petrokimia Gresik ini untuk mendukung pertumbuhan agrosociopreneur bidang pertanian di Indonesia dan membangkitkan idealisme generasi muda pertanian Indonesia untuk bergabung dalam Gerakan #PetaniMudaBisa. Puluhan mahasiswa Fakultas Pertanian Unud mendapat banyak sekali pengetahuan lewat talkshow yang dilaksanakan di Gedung Pascasarjana Unud, Jalan PB Sudirman, Denpasar, Jumat (27/9).
Dekan Fakultas Pertanian Unud, Prof Dr Ir I Nyoman Rai MS, menyambut baik bisa dipilih dalam Jambore Petani Muda 3 tahun ini. Sektor pertanian, menurut Prof Rai, mengalami tantangan yang sangat kompleks mulai dari persepsi, kebijakan, dan teknis operasional. Pada satu sisi, di tingkat persepsi masyarakat Indonesia memang cenderung masih belum memberikan apresiasi yang baik bagi sektor pertanian. “Katakanlah misalnya sektor pertanian kotor, berpeluh-peluh, lalu penghargaan terhadap hasil pertanian juga tidak tinggi, dan sebagainya. Sehingga akibatnya generasi muda yang punya keinginan terjun ke sana menjadi tidak tertarik,” ungkapnya.
Kemudian dari sisi kebijakan, anggaran APBN untuk pertanian masih dinilai rendah. Padahal menurutnya, nilai investasi untuk sektor pertanian bila ingin maju mesti sama dengan anggaran untuk sektor pendidikan. “Kalau sektor pertanian ingin maju, maka investasi untuk pertanian itu minimal 20 persen, sama dengan sektor pendidikan. Kemudian teknis operasional, hasil-hasil penelitian tentang pertanian sangat banyak dan bervariasi. Tapi untuk bisa digunakan oleh petani itu sangat rendah sekali. Di sisi lain, stakeholder pertanian terutama yang besar-besar di Indonesia lebih senang menggunakan SDM, sistem manajemen dan teknologi dari luar negeri,” katanya.
Direktur Produksi PT Petrokimia Gresik, Ir I Ketut Rusnaya MBA menambahkan, potensi pertanian Indonesia yang dimaksud jika dilihat pertumbuhan penduduk yang besar dan terus meningkat, tentu pertanian sangat dibutuhkan. Potensi inilah yang harus digarap. Namun diakui, tantangan pertanian di Indonesia memang tidak gampang. Menurutnya, saat Indonesia menghadapi penurunan jumlah petani. Menurut data, jika diakumulasi dalam 10 tahun jumlah petani mengalami penurunan 15 sampai 20 juta orang. Masing-masing orang memiliki alasan mengapa meninggalkan dunia pertanian kemudian beralih ke sektor yang lain. “Tantangan yang terjadi mungkin karena pekerjaan petani itu adalah pekerjaan yang tidak menjanjikan, identik dengan kotor. Kemudian tantangan alih fungsi lahan juga menjadi perhatian,” katanya. *ind
Dekan Fakultas Pertanian Unud, Prof Dr Ir I Nyoman Rai MS, menyambut baik bisa dipilih dalam Jambore Petani Muda 3 tahun ini. Sektor pertanian, menurut Prof Rai, mengalami tantangan yang sangat kompleks mulai dari persepsi, kebijakan, dan teknis operasional. Pada satu sisi, di tingkat persepsi masyarakat Indonesia memang cenderung masih belum memberikan apresiasi yang baik bagi sektor pertanian. “Katakanlah misalnya sektor pertanian kotor, berpeluh-peluh, lalu penghargaan terhadap hasil pertanian juga tidak tinggi, dan sebagainya. Sehingga akibatnya generasi muda yang punya keinginan terjun ke sana menjadi tidak tertarik,” ungkapnya.
Kemudian dari sisi kebijakan, anggaran APBN untuk pertanian masih dinilai rendah. Padahal menurutnya, nilai investasi untuk sektor pertanian bila ingin maju mesti sama dengan anggaran untuk sektor pendidikan. “Kalau sektor pertanian ingin maju, maka investasi untuk pertanian itu minimal 20 persen, sama dengan sektor pendidikan. Kemudian teknis operasional, hasil-hasil penelitian tentang pertanian sangat banyak dan bervariasi. Tapi untuk bisa digunakan oleh petani itu sangat rendah sekali. Di sisi lain, stakeholder pertanian terutama yang besar-besar di Indonesia lebih senang menggunakan SDM, sistem manajemen dan teknologi dari luar negeri,” katanya.
Direktur Produksi PT Petrokimia Gresik, Ir I Ketut Rusnaya MBA menambahkan, potensi pertanian Indonesia yang dimaksud jika dilihat pertumbuhan penduduk yang besar dan terus meningkat, tentu pertanian sangat dibutuhkan. Potensi inilah yang harus digarap. Namun diakui, tantangan pertanian di Indonesia memang tidak gampang. Menurutnya, saat Indonesia menghadapi penurunan jumlah petani. Menurut data, jika diakumulasi dalam 10 tahun jumlah petani mengalami penurunan 15 sampai 20 juta orang. Masing-masing orang memiliki alasan mengapa meninggalkan dunia pertanian kemudian beralih ke sektor yang lain. “Tantangan yang terjadi mungkin karena pekerjaan petani itu adalah pekerjaan yang tidak menjanjikan, identik dengan kotor. Kemudian tantangan alih fungsi lahan juga menjadi perhatian,” katanya. *ind
Komentar