Tokoh Lintas Agama Bali Ingatkan Jaga Persatuan
Dialog digelar untuk mempererat kerukunan umat beragama di Bali dan meneguhkan masyaraka agar tidak mudah terprovokasi.
DENPASAR, NusaBali.com
Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Bali menggelar dialog kebangsaaan ‘Bersatu Mengelola Perbedaan Untuk Negeri’, Minggu (29/9/2019) di kantor PWNU Bali, Denpasar. Dialog digelar sebagai respon atas dinamika politik pasca pemilu serentak 2019 yang masih menyisakan letupan-letupan.
Dialog menghadir tiga tokoh lintas agama yakni Ketua Lembaga Ta’lif wan Nasyr Nahdlatul Ulama (LTNNU) Bali, M Taufiq Maulana; Ketua Umum FKUB Indonesia, Ida Penglingsir Agung Putra Sukahet; dan Ketua Komisi Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan Keuskupan Denpasar, Romo Paskalis Nyoman Widastra, SVD.
Selain ditujukan untuk mempererat kerukunan umat beragama di Bali, dialog ini juga digelar sebagai upaya meneguhkan masyaraka agar tidak mudah terprovokasi. Ida Penglingsir Agung Putra Sukahet mengatakan, negara ini membutuhkan semangat persaudaraan serta toleransi antar umat beragama. Ia terus mengingatkan untuk menjaga dan mempertahakna persatuan Indonesia.
"Semangat kebangsaan dan semangat persaudaraan harus dijaga dan ditingkatkan. Ada toleransi di dalamnya, tugas kita semua untuk menjadikan umat yang baik, untuk menjadi warga negara RI yang baik, yang setia pada bangsanya. Saya ke gereja tidak harus jadi Kristen ataupun saya ke masjid tidak harus jadi Islam, semuanya berlandaskan toleransi," ujarnya.
Sejalan dengan itu, M Taufiq Maulana menyatakan bahwa toleransi memang menjadi kunci dalam menghadapi perbedaan. "Yang menjadi kunci untuk menghadapi perbedaan adalah toleransi. Benar apa yang diserukan tadi bahwasanya ketika saya masuk ke pura tidak harus menjadi Hindu dan ketika saya masuk ke gereja tidak harus menjadi Kristen. Musuh yang harus kita lawan adalah kekerasan, penindasan," tegasnya.
Menurutnya, sejatinya permasalahan akan selalu timbul, baik dalam ranah keluarga ataupun negara. Romo Paskalis Nyoman Widastra mengatakan bangsa Indonesia hanya perlu menghadapi masalah ini. "Kita tidak pernah terlepas dari persoalan dan harus kita hadapi. Kondisi sekarang harus kita cermati, jangan mudah terprovokasi oleh isu atau konten hoax, utamakan persatuan dan kesatuan dalam negeri," katanya.
Dialog ini diakhiri dengan pembacaan sikap menanggapi dinamika Indonesia saat ini. Yang pertama, mengimbau mahasiswa dan masyarakat khususnya di Bali untuk bersama menjaga Bali tetap aman, damai, dan kondusif. Yang kedua, mengimbau agar penyampaian pendapat di muka umum yang dijamin oleh UUD 1945 dilakuka secara elegan, menjaga etika, santun dan rukun meski berbeda pendapat. Yang terakhir, menegaskan bahwa Presiden dan DPR RI sudah sepakat menunda pembahasan dan pengesahan RKUHP dan RUU lainnya yang memicu pro kontra di tengah masyarakat untuk mengendalikan stabilitas keamanan nasional.*has
Komentar