Sekolah Gurukula Sukses Antarkan Siswa hingga Pendidikan S2
Rangkaian HUT ke-25, Harian Umum NusaBali ‘Berbagi’ ke Yayasan Pasraman Gurukula Bangli
Belasan guru yang mengajar siswa SMP dan SMA di Yayasan Gurukula Bangli sebagian besar berstatus tenaga pengabdi, yang rela bekerja tanpa honor. Mereka harus mengampu mata pelajaran lain yang bukan bidang ilmunya
BANGLI, NusaBali
Jajaran Redaksi Harian Umum NusaBali berkunjung ke Yayasan Pasraman Gurukula di Kelurahan Kubu, Kecamatan Bangli, Selasa (1/10). Kunjungan untuk ‘berbagi’ ke pasraman yang menampung para siswa kurang mampu ini dilakukan sebagai rangkaian HUT ke-25 NusaBali pada 3 Oktober 2019. Dari kunjungan itu, terungkap Pasraman Gurukula sudah sukses mengantarkan siswanya hingga jenjang pendidikan S2.
Rombongan dari Harian Umum NusaBali yang berkunjung ke Pasraman Gurukula Bangli, Selasa siang pukul 11.00 Wita, dikoordinasikan langsung Pemimpin Umum I Gede Muliarsana didampingi Pemimpin Redaksi I Ketut Naria. Jajaran BPD Bali Cabang Bangli sebagai mitra dalam kegiatan ini, juga ikut mendampingi. Rombongan NusaBali diterima Ketua Yayasan Pasraman Gurukula Bangli, I Wayan Arsada SPd, MPd.
Dalam sesi penyerahan bantuan secara simbolis yang dilaksanakan di Wantilan Yayasan Gurukula Bangli siang itu, sebagan besar dari 135 siswa jenjang SMP dan SMA asuhan Yayasan Gurukula dihadirkan untuk dialog dan sekaligus memperagakan kemarian mereka majejahitan, menabuh, dan menari Bali. Dalam kesempatan itu, Wayan Arsada selaku Ketua Yayasan Pasraman Gurukula memaparkan selayang pandang lembaga pendidikan berasrama yang diasuhnya.
Wayan Arsada mengungkapkan, kegiatan di Pasraman Gurukula yang berdiri 29 September 2003 ini lebih mendidik karakter para siswa. Mereka diajarkan untuk mandiri mulai dari memasak, bersih-bersih, hingga membuat sarana upacara. Bahkan, para siswa juga diajarkan untuk bertani dan berternak. Saat ini, ada sekitar 135 siswa yang ditampung dan diasramakan di Yayasan Gurukula. Sekitar 50 orang di antaranya siswa jenang SMP, selebihnya jenjang SMA. Selain itu, ada pula 50 siswa TK, namun mereka tidak diasramakan.
Menurut Arsada, siswa yang menempuh pendidikan di Yayasan Gurukula kebanyakan dari kalangan kurang mampu. Mereka tidak dipungut biaya apa pun. “Siswa kami di sini hampir seluruhnya anak kurang mampu. Namun, ada pula beberapa siswa dari kalangan berada yang memilih pasraman ini karena mereka ingin belajar mandiri,” jelas Arsada yang juga guru SMAN 1 Susut, Bangli.
Yayasan Pasraman Gurukula sendiri memiliki visi ‘Terwujudnya sumber daya manusia Hindu yang berkualitas, berdaya saing tinggi, dan tangguh’. Visi ini dilandasi filosofi ‘Vasudhaiva Kutumbakam’ (Kita adalah Bersaudara). Maka, pasraman ini tidak hanya jadi tempat belajar siswa dari Bangli atau Bali umumnya, namun ada pula sejumlah anak didik dari Banyuwangi (Jawa Timur), Bogor (Jawa Barat), Kutai Kertanegara (Kalimantan Timur), bahkan Sulawesi, dan Sumantra.
Bahkan, kata Arsada, ada pula siswa titipan yang merupakan warga binaan dari Balai Pemasyarakatan. Mereka semua diasramakan, dengan makanan sederhana yang dimasak sendiri oleh para siswa secara bergiliran. “Tidak ada lauk berupa daging di sini, paling banter sayur, tempe, dan telor,” papar Arsada yang sudah mengasuh Yayasan Gurukula sejak didirikan Bupati Bangli (waktu itu) I Nengah Arnawa ta-hun 2003.
Disebutkan, dalam sebulan, dibutuhkan 1,5 ton beras untuk makan 3 kali sehari bagi semua siswa di Yayasan Gurukula. Beras tersebut sumbangan dari berbagai pihak, juga keluarga siswa. Sedangkan guru-guru yang mengajar di Yayasan Gurukula sebagian besar status mengabdi alias tanpa honor.
Kegiatan pedidikan di Pasraman Gurukula masih kekurangan banyak tenaga guru. Saat ini, para guru yang mengajar di Yayasan Gurukula harus mengampu mata pelajaran di luar bidang ilmunya. “Hal ini karena kami masih kekurangan tenaga pendidik. Dari tenaga yang ada, sebagian besar berstatus pengabdi. Kami hanya memiliki 1 guru PNS, 3 honor daerah, selebihnya belasan pengabdi,” kata Arsada.
Kondisi inilah yang jadi salah satu kendala dalam pengembangan Yayasan Pasraman Gurukula. Arsada berharap pemerintah bisa membantu untuk penenuhan tenaga pendidikan, sesuai dengan kualifikasinya, sehingga mutu pendidikan Yayasan Gurukula bisa ditingkatkan. “Sebelumnya kami bahkan tidak punya guru Matematika. Syukur sekarang sudah ada satu guru Matematika, yang statusnya pengabdi,” katanya.
Menurut Arsada, siswa yang mengenyam pendidikan tingkat SMP dan SMA di Yayasan Gurukula saat ini sebnyak 135 orang. Ada pula beberapa orang yang sedang mengenyam pendidikan di perguruan tinggi. Sebagian lulusan dari Yayasan Gurukula melanjutkan pendidikan di IHDN Denpasar, Undiksha Singaraja, Unud, dan sekilah tinggi pariwisata. “Beberapa orang mendapatkan beasiswa, seperti di IHDN,” jelas Arsada, ‘pejuang pendidikan’ asal Kelurahan Gunaksa, Kecamatan Bangli yang setiap malam tidur langsung di Yayasan Gurukula hingga hafal nama, latar belakang, dan asal para siswanya.
Saat ini, kata Arsada, ada 3 anak asuhnya yang sedang menempuh pendidikan S2 di IHDN Denpasar. Selain itu, ada pula lulusan Yayasan Gurukula yang berkarier di kapal pesiar. “Setelah lulus SMA, mereka mengikuti pelatihan untuk bisa kerja ke kapal pesiar,” tandas mantan Calon Bupati (Cabup) Bangli dari jalur Independen di Pilkada Bangli 2010 ini.
Meski menggeliat di tengah segala keterbatasannya, siswa Yayasan Gurukula mampu bersaing dengan sekolah lainya. Sejumlah prestasi berhasil ditorehkan sekolah ‘miskin’ yang dibangu di atas lahan seluas 2 hektare milik Pemprov Bali di kaki Bukit Bangli ini. Sebagian besar prestasinya adalah non akademik.
Prestasi itu, antara lain, juara I pebcak silat Porsenijar Provinsi Bali 2016, juara umum Jumpa Bakti Gembira PMI Kabupaten Bangli 2016, juara II Lomba Yoga Asanas Provinsi Bali 2017, juara I LCC Dharma Santi Penyepian Unud 2018, juara I LCC Dharma Santi Penyepian Undiksha Singaraja 2018. *esa
Rombongan dari Harian Umum NusaBali yang berkunjung ke Pasraman Gurukula Bangli, Selasa siang pukul 11.00 Wita, dikoordinasikan langsung Pemimpin Umum I Gede Muliarsana didampingi Pemimpin Redaksi I Ketut Naria. Jajaran BPD Bali Cabang Bangli sebagai mitra dalam kegiatan ini, juga ikut mendampingi. Rombongan NusaBali diterima Ketua Yayasan Pasraman Gurukula Bangli, I Wayan Arsada SPd, MPd.
Dalam sesi penyerahan bantuan secara simbolis yang dilaksanakan di Wantilan Yayasan Gurukula Bangli siang itu, sebagan besar dari 135 siswa jenjang SMP dan SMA asuhan Yayasan Gurukula dihadirkan untuk dialog dan sekaligus memperagakan kemarian mereka majejahitan, menabuh, dan menari Bali. Dalam kesempatan itu, Wayan Arsada selaku Ketua Yayasan Pasraman Gurukula memaparkan selayang pandang lembaga pendidikan berasrama yang diasuhnya.
Wayan Arsada mengungkapkan, kegiatan di Pasraman Gurukula yang berdiri 29 September 2003 ini lebih mendidik karakter para siswa. Mereka diajarkan untuk mandiri mulai dari memasak, bersih-bersih, hingga membuat sarana upacara. Bahkan, para siswa juga diajarkan untuk bertani dan berternak. Saat ini, ada sekitar 135 siswa yang ditampung dan diasramakan di Yayasan Gurukula. Sekitar 50 orang di antaranya siswa jenang SMP, selebihnya jenjang SMA. Selain itu, ada pula 50 siswa TK, namun mereka tidak diasramakan.
Menurut Arsada, siswa yang menempuh pendidikan di Yayasan Gurukula kebanyakan dari kalangan kurang mampu. Mereka tidak dipungut biaya apa pun. “Siswa kami di sini hampir seluruhnya anak kurang mampu. Namun, ada pula beberapa siswa dari kalangan berada yang memilih pasraman ini karena mereka ingin belajar mandiri,” jelas Arsada yang juga guru SMAN 1 Susut, Bangli.
Yayasan Pasraman Gurukula sendiri memiliki visi ‘Terwujudnya sumber daya manusia Hindu yang berkualitas, berdaya saing tinggi, dan tangguh’. Visi ini dilandasi filosofi ‘Vasudhaiva Kutumbakam’ (Kita adalah Bersaudara). Maka, pasraman ini tidak hanya jadi tempat belajar siswa dari Bangli atau Bali umumnya, namun ada pula sejumlah anak didik dari Banyuwangi (Jawa Timur), Bogor (Jawa Barat), Kutai Kertanegara (Kalimantan Timur), bahkan Sulawesi, dan Sumantra.
Bahkan, kata Arsada, ada pula siswa titipan yang merupakan warga binaan dari Balai Pemasyarakatan. Mereka semua diasramakan, dengan makanan sederhana yang dimasak sendiri oleh para siswa secara bergiliran. “Tidak ada lauk berupa daging di sini, paling banter sayur, tempe, dan telor,” papar Arsada yang sudah mengasuh Yayasan Gurukula sejak didirikan Bupati Bangli (waktu itu) I Nengah Arnawa ta-hun 2003.
Disebutkan, dalam sebulan, dibutuhkan 1,5 ton beras untuk makan 3 kali sehari bagi semua siswa di Yayasan Gurukula. Beras tersebut sumbangan dari berbagai pihak, juga keluarga siswa. Sedangkan guru-guru yang mengajar di Yayasan Gurukula sebagian besar status mengabdi alias tanpa honor.
Kegiatan pedidikan di Pasraman Gurukula masih kekurangan banyak tenaga guru. Saat ini, para guru yang mengajar di Yayasan Gurukula harus mengampu mata pelajaran di luar bidang ilmunya. “Hal ini karena kami masih kekurangan tenaga pendidik. Dari tenaga yang ada, sebagian besar berstatus pengabdi. Kami hanya memiliki 1 guru PNS, 3 honor daerah, selebihnya belasan pengabdi,” kata Arsada.
Kondisi inilah yang jadi salah satu kendala dalam pengembangan Yayasan Pasraman Gurukula. Arsada berharap pemerintah bisa membantu untuk penenuhan tenaga pendidikan, sesuai dengan kualifikasinya, sehingga mutu pendidikan Yayasan Gurukula bisa ditingkatkan. “Sebelumnya kami bahkan tidak punya guru Matematika. Syukur sekarang sudah ada satu guru Matematika, yang statusnya pengabdi,” katanya.
Menurut Arsada, siswa yang mengenyam pendidikan tingkat SMP dan SMA di Yayasan Gurukula saat ini sebnyak 135 orang. Ada pula beberapa orang yang sedang mengenyam pendidikan di perguruan tinggi. Sebagian lulusan dari Yayasan Gurukula melanjutkan pendidikan di IHDN Denpasar, Undiksha Singaraja, Unud, dan sekilah tinggi pariwisata. “Beberapa orang mendapatkan beasiswa, seperti di IHDN,” jelas Arsada, ‘pejuang pendidikan’ asal Kelurahan Gunaksa, Kecamatan Bangli yang setiap malam tidur langsung di Yayasan Gurukula hingga hafal nama, latar belakang, dan asal para siswanya.
Saat ini, kata Arsada, ada 3 anak asuhnya yang sedang menempuh pendidikan S2 di IHDN Denpasar. Selain itu, ada pula lulusan Yayasan Gurukula yang berkarier di kapal pesiar. “Setelah lulus SMA, mereka mengikuti pelatihan untuk bisa kerja ke kapal pesiar,” tandas mantan Calon Bupati (Cabup) Bangli dari jalur Independen di Pilkada Bangli 2010 ini.
Meski menggeliat di tengah segala keterbatasannya, siswa Yayasan Gurukula mampu bersaing dengan sekolah lainya. Sejumlah prestasi berhasil ditorehkan sekolah ‘miskin’ yang dibangu di atas lahan seluas 2 hektare milik Pemprov Bali di kaki Bukit Bangli ini. Sebagian besar prestasinya adalah non akademik.
Prestasi itu, antara lain, juara I pebcak silat Porsenijar Provinsi Bali 2016, juara umum Jumpa Bakti Gembira PMI Kabupaten Bangli 2016, juara II Lomba Yoga Asanas Provinsi Bali 2017, juara I LCC Dharma Santi Penyepian Unud 2018, juara I LCC Dharma Santi Penyepian Undiksha Singaraja 2018. *esa
Komentar