Festival Garam Amed Dikemas Jadi Paket Wisata
Festival Garam Amed 2019 di Banjar Lebah, Desa Purwakerthi, Kecamatan Abang, Karangasem digelar pada tanggal 3-19 Oktober 2019.
AMLAPURA, NusaBali
Festival ini dikemas jadi paket wisata. Ini merupakan festival pertama sejak produksi garam tradisional ini menyandang sertifikat Indikasi Geografis Garam Amed Bali 2016.
Ketua Panitia Festival Garam Amed, I Nengah Suanda, setelah acara pembukaan pada Kamis (3/10), sorenya menggelar panen garam bersama di lokasi produksi garam milik 7 petani garam. Dikatakan, petani garam tinggal satu kelompok beranggotakan 24 orang dengan luas lahan 2 hektare. Sebelumnya luas lahan garapan 15 hektare. Menyusutnya luasan produksi garam karena terdesak bangunan vila dan fasilitas pariwisata lainnya. Dampaknya, kegiatan petani garam pun terpencar, tidak lagi mengelompok.
Sesuai agenda, pada tanggal 4-5 Oktober menggelar demo memasak di Blue Earth Village, Warung Enak Amed Resto, dan The Griya. Pada 6-12 Oktober lomba jukung tradisional, dan 13-19 Oktober demo pembuatan garam dari pagi hingga sore. Rencananya Festival Garam Amed 2019 dibuka Ketua DPRD Karangasem I Gede Dana. “Festival Garam Amed bertujuan mempertahankan tradisi memproduksi garam tradisional juga untuk menunjang objek wisata,” ungkap Nengah Suanda, Selasa (1/10).
Dikatakan, meski luasan lahan hanya 2 hektare, produksi garam tiap tahun masih stabil. Rata-rata per petani menghasilkan 32 ton garam. Produksinya selama 4 bulan dari bulan Agustus-November. Penjualan garam selama satu musim rata-rata per petani sebesar Rp 25 juta. Dijelaskan, demo pembuatan garam yang akan ditunjukkan nanti dengan cara lahan dibagi empat petak. Di tengah petak ada sebuah tinjung (tempat filter air laut berbentuk cubang). Proses membuat garam, keempat petak dituangkan air laut, setelah kena panas sinar matahari selama sehari air laut dari petak diambil dituangkan ke dalam tinjung.
Air dalam tinjung difilter, selanjutnya air setengah garam pada tinjung dituangkan ke palungan yang terbuat dari batang kelapa. Dalam palungan itulah air setengah garam dikeringkan selama 12 jam, dituangkan pagi sore telah jadi garam. Proses secara keseluruhan produksi garam memerlukan waktu selama 4 hari. Terpisah, Kepala Dinas Pariwisata Karangasem, I Ketut Sedana Mertha membenarkan ada acara Festival Garam Amed. “Saya mengapresiasi kegiatan ini agar produksi garam Amed terus bisa dilestarikan,” katanya. *k16
Ketua Panitia Festival Garam Amed, I Nengah Suanda, setelah acara pembukaan pada Kamis (3/10), sorenya menggelar panen garam bersama di lokasi produksi garam milik 7 petani garam. Dikatakan, petani garam tinggal satu kelompok beranggotakan 24 orang dengan luas lahan 2 hektare. Sebelumnya luas lahan garapan 15 hektare. Menyusutnya luasan produksi garam karena terdesak bangunan vila dan fasilitas pariwisata lainnya. Dampaknya, kegiatan petani garam pun terpencar, tidak lagi mengelompok.
Sesuai agenda, pada tanggal 4-5 Oktober menggelar demo memasak di Blue Earth Village, Warung Enak Amed Resto, dan The Griya. Pada 6-12 Oktober lomba jukung tradisional, dan 13-19 Oktober demo pembuatan garam dari pagi hingga sore. Rencananya Festival Garam Amed 2019 dibuka Ketua DPRD Karangasem I Gede Dana. “Festival Garam Amed bertujuan mempertahankan tradisi memproduksi garam tradisional juga untuk menunjang objek wisata,” ungkap Nengah Suanda, Selasa (1/10).
Dikatakan, meski luasan lahan hanya 2 hektare, produksi garam tiap tahun masih stabil. Rata-rata per petani menghasilkan 32 ton garam. Produksinya selama 4 bulan dari bulan Agustus-November. Penjualan garam selama satu musim rata-rata per petani sebesar Rp 25 juta. Dijelaskan, demo pembuatan garam yang akan ditunjukkan nanti dengan cara lahan dibagi empat petak. Di tengah petak ada sebuah tinjung (tempat filter air laut berbentuk cubang). Proses membuat garam, keempat petak dituangkan air laut, setelah kena panas sinar matahari selama sehari air laut dari petak diambil dituangkan ke dalam tinjung.
Air dalam tinjung difilter, selanjutnya air setengah garam pada tinjung dituangkan ke palungan yang terbuat dari batang kelapa. Dalam palungan itulah air setengah garam dikeringkan selama 12 jam, dituangkan pagi sore telah jadi garam. Proses secara keseluruhan produksi garam memerlukan waktu selama 4 hari. Terpisah, Kepala Dinas Pariwisata Karangasem, I Ketut Sedana Mertha membenarkan ada acara Festival Garam Amed. “Saya mengapresiasi kegiatan ini agar produksi garam Amed terus bisa dilestarikan,” katanya. *k16
Komentar