Orangtua Bertahan dengan Jualan Canang
Bayi Kembar Siam 3 Bulan Dirawat di RS Sanglah
Sudah tiga bulan lamanya bayi kembar siam (dempet) asal Dusun Kajanan, Desa Joanyar, Kecamatan Seririt, Buleleng dirawat di RSUP Sanglah, Denpasar.
DENPASAR, NusaBali
Kedua orangtuanya, I Kadek Redita, 24, dan Ni Putu Ayu Sumadi, 18, meyakini masih ada secercah harapan untuk kedua buah hatinya itu bisa dipisahkan dan selamat bersama-sama. Sembari menunggu keajaiban itu datang, kedua orang tuanya dengan sabar menemani kedua buah hatinya tumbuh dengan kondisi baik saat ini. Kondisinya stabil, bahkan sudah bisa menyusu pada ibunya.
Terhitung selama tiga bulan pula pasutri I Kadek Redita dan Ni Putu Ayu Sumadi tinggal di Kota Denpasar. Beruntung, biaya perawatan bayi kembarnya ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Namun, untuk biaya hidup sehari-hari seperti makan dan indekos, mereka harus berupaya keras memenuhinya. Mereka tak berpangku tangan. Selama menunggui perawatan sang anak, Redita mengaku sambil berjualan canang di Pasar Wangaya.
“Kalau perawatan syukurnya ditanggung sama BPJS. Ada juga donasi dari para donatur. Tapi untuk kebutuhan sehari-hari, kami berusaha untuk berjualan canang di Pasar Wangaya, di Jalan Kartini. Sehari rata-rata dapat untung Rp 40 ribu. Kalau di Buleleng saya kerjanya cuma kuli bangunan. Semenjak di sini otomatis gak ada pemasukan, karena nggak nguli,” cerita Redita saat ditemui di RSUP Sanglah, Rabu (2/10).
Penghasilan ini diakui masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan keduanya untuk bertahan hidup di Kota Denpasar. Sebab untuk biaya indekos di kawasan Pedungan, Denpasar Selatan saja, keduanya harus merogoh kocek sebesar Rp 700 ribu per bulan. Belum lagi biaya makan dan kebutuhan lainnya. “Ada donasi yang diberikan orang, kami kadang pakai sedikit-sedikit untuk bertahan hidup,” tuturnya.
Meski dalam keadaan sulit, Redita mengaku tetap sabar menunggu kabar baik untuk pemisahan kedua putrinya. Matanya berkaca-kaca ketika membicarakan harapan keduanya bisa dipisahkan dan keduanya bisa selamat. “Kondisinya sekarang sudah stabil, sudah bisa mimik sendiri, mandiin sendiri. Sekarang katanya tinggal nunggu hasil dari Surabaya, semoga bisa dipisah dan selamat dua-duanya. Cuma itu harapan kami,” harap Redita dangan suara bergetar menahan tangis.
Redita dan Ayu Sumadi tetap bersyukur atas anugerah yang diberikan oleh Tuhan. Keduanya pun sudah menyiapkan nama untuk kedua buah hatinya itu. Bayi pertama diberi nama Komang Dita Ariani dan bayi kedua diberi nama Kadek Liana Sari. “Saya berharap bisa cepat dilakukan operasi pemisahan,” ucapnya. *ind
Terhitung selama tiga bulan pula pasutri I Kadek Redita dan Ni Putu Ayu Sumadi tinggal di Kota Denpasar. Beruntung, biaya perawatan bayi kembarnya ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Namun, untuk biaya hidup sehari-hari seperti makan dan indekos, mereka harus berupaya keras memenuhinya. Mereka tak berpangku tangan. Selama menunggui perawatan sang anak, Redita mengaku sambil berjualan canang di Pasar Wangaya.
“Kalau perawatan syukurnya ditanggung sama BPJS. Ada juga donasi dari para donatur. Tapi untuk kebutuhan sehari-hari, kami berusaha untuk berjualan canang di Pasar Wangaya, di Jalan Kartini. Sehari rata-rata dapat untung Rp 40 ribu. Kalau di Buleleng saya kerjanya cuma kuli bangunan. Semenjak di sini otomatis gak ada pemasukan, karena nggak nguli,” cerita Redita saat ditemui di RSUP Sanglah, Rabu (2/10).
Penghasilan ini diakui masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan keduanya untuk bertahan hidup di Kota Denpasar. Sebab untuk biaya indekos di kawasan Pedungan, Denpasar Selatan saja, keduanya harus merogoh kocek sebesar Rp 700 ribu per bulan. Belum lagi biaya makan dan kebutuhan lainnya. “Ada donasi yang diberikan orang, kami kadang pakai sedikit-sedikit untuk bertahan hidup,” tuturnya.
Meski dalam keadaan sulit, Redita mengaku tetap sabar menunggu kabar baik untuk pemisahan kedua putrinya. Matanya berkaca-kaca ketika membicarakan harapan keduanya bisa dipisahkan dan keduanya bisa selamat. “Kondisinya sekarang sudah stabil, sudah bisa mimik sendiri, mandiin sendiri. Sekarang katanya tinggal nunggu hasil dari Surabaya, semoga bisa dipisah dan selamat dua-duanya. Cuma itu harapan kami,” harap Redita dangan suara bergetar menahan tangis.
Redita dan Ayu Sumadi tetap bersyukur atas anugerah yang diberikan oleh Tuhan. Keduanya pun sudah menyiapkan nama untuk kedua buah hatinya itu. Bayi pertama diberi nama Komang Dita Ariani dan bayi kedua diberi nama Kadek Liana Sari. “Saya berharap bisa cepat dilakukan operasi pemisahan,” ucapnya. *ind
1
Komentar