64 Warga yang Tinggal di Wamena, Transit di Bali
Sebanyak 64 warga yang sebelumnya tinggal di Wamena, Papua, diungsikan ke kampung halaman masing-masing pada Kamis (3/10), dan transit di Bali menggunakan pesawat angkut berat C-130 Hercules TNI AU.
MANGUPURA, NusaBali
“Sebelumnya dari Wamena, Timika terus Ambon, kemudian di Makassar menurunkan sebagian pengungsi, terus dari Makassar ke Bali, jadi sekitar lima orang turun di Bali,” kata Kepala Penerangan dan Perpustakaan Pangkalan Udara TNI AU I Gusti Ngurah Rai Kapten Sus Dani Kusdani, Kamis kemarin.
“Jumlah total yang ikut di pesawat dan transit di Bali itu ada 64 orang, dan nanti dari Bali menuju Pangkalan Udara TNI AU Halim Perdanakusuma. Dari Halim diterbangkan kembali ke tujuan masing-masing,” kata dia.
Kapten Sus Dani Kusdani menjelaskan para pengungsi transit di Bali sekitar 1,5 jam, baik untuk makan siang, beristirahat hingga memeriksa kesehatan khususnya bagi anak-anak.
Dia menambahkan asal para pengungsi didominasi warga dari Pulau Jawa, yaitu Semarang dan Lumajang.
“Sekarang masih koordinasi dengan kepala Dinas Operasi Pangkalan Udara TNI AU Ngurah Rai. Soalnya tadi tidak ada info turun di sini (Bali). Mereka ini pulangnya nanti pakai jalur darat dengan bus,” kata dia.
Sementara itu, TNI Angkatan Udara (AU) mengerahkan empat pesawat Hercules untuk mengevakuasi korban kerusuhan dari Wamena, ibukota Kabupaten Jayawijaya, ke Jayapura.
“Evakuasi hingga Kamis masih dilakukan,” kata Komandan Lanud Silas Papare Marsekal Pertama TNI Tri Bowo Budi Santoso kepada Antara di Sentani, ibukota Kabupaten Jayapura, Kamis (3/10).
Dia mengatakan bahwa satu dari empat pesawat Hercules yang digunakan untuk mengevakuasi korban kerusuhan Wamena saat ini sudah kembali ke Base Ops di Surabaya mengangkut 150 pengungsi asal Wamena untuk diturunkan di Makassar dan Surabaya.
Dengan demikian, tersisa tiga pesawat Hercules untuk mengangkut para pengungsi dari Wamena ke Jayapura.
“Pengungsi yang sudah dievakuasi ke Jayapura tercatat 8.087 orang dan jumlah itu akan bertambah,” kata Marsekal Pertama Tri Bowo. Setibanya di Sentani, para pengungsi ditempatkan di tempat-tempat penampungan pengungsi yang ada di Kabupaten Jayapura dan Kota Jayapura.
Demonstrasi yang berujung kerusuhan di Wamena pada 23 September 2019 menyebabkan lebih dari 30 orang meninggal dunia serta mengakibatkan kerusakan banyak bangunan rumah, kantor, kios, dan fasilitas umum. Peristiwa itu mendorong sebagian warga mengungsi dari Wamena. *ant
“Jumlah total yang ikut di pesawat dan transit di Bali itu ada 64 orang, dan nanti dari Bali menuju Pangkalan Udara TNI AU Halim Perdanakusuma. Dari Halim diterbangkan kembali ke tujuan masing-masing,” kata dia.
Kapten Sus Dani Kusdani menjelaskan para pengungsi transit di Bali sekitar 1,5 jam, baik untuk makan siang, beristirahat hingga memeriksa kesehatan khususnya bagi anak-anak.
Dia menambahkan asal para pengungsi didominasi warga dari Pulau Jawa, yaitu Semarang dan Lumajang.
“Sekarang masih koordinasi dengan kepala Dinas Operasi Pangkalan Udara TNI AU Ngurah Rai. Soalnya tadi tidak ada info turun di sini (Bali). Mereka ini pulangnya nanti pakai jalur darat dengan bus,” kata dia.
Sementara itu, TNI Angkatan Udara (AU) mengerahkan empat pesawat Hercules untuk mengevakuasi korban kerusuhan dari Wamena, ibukota Kabupaten Jayawijaya, ke Jayapura.
“Evakuasi hingga Kamis masih dilakukan,” kata Komandan Lanud Silas Papare Marsekal Pertama TNI Tri Bowo Budi Santoso kepada Antara di Sentani, ibukota Kabupaten Jayapura, Kamis (3/10).
Dia mengatakan bahwa satu dari empat pesawat Hercules yang digunakan untuk mengevakuasi korban kerusuhan Wamena saat ini sudah kembali ke Base Ops di Surabaya mengangkut 150 pengungsi asal Wamena untuk diturunkan di Makassar dan Surabaya.
Dengan demikian, tersisa tiga pesawat Hercules untuk mengangkut para pengungsi dari Wamena ke Jayapura.
“Pengungsi yang sudah dievakuasi ke Jayapura tercatat 8.087 orang dan jumlah itu akan bertambah,” kata Marsekal Pertama Tri Bowo. Setibanya di Sentani, para pengungsi ditempatkan di tempat-tempat penampungan pengungsi yang ada di Kabupaten Jayapura dan Kota Jayapura.
Demonstrasi yang berujung kerusuhan di Wamena pada 23 September 2019 menyebabkan lebih dari 30 orang meninggal dunia serta mengakibatkan kerusakan banyak bangunan rumah, kantor, kios, dan fasilitas umum. Peristiwa itu mendorong sebagian warga mengungsi dari Wamena. *ant
1
Komentar