IKM Olahan Kopi Tumbuh Pesat
IKM yang bergerak di bidang kopi tumbuh pesat karena didukung sentra produksi, termasuk Bali.
JAKARTA, NusaBali
Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih menyampaikan bahwa industri kecil menengah (IKM) pengolahan kopi tumbuh pesat, terutama karena didukung 13 sentra produksi kopi yang tersebar di berbagai wilayah.
Ke-13 wilayah sentra pengolahan kopi tersebut antara lain di Aceh, Sumatera Barat, Kepulauan Riau, Jambi, Bengkulu, Lampung, Jawa Tengah, Bali, NTB, NTT, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, dan Papua dengan total sebanyak 476 unit usaha. “Oleh karena itu, produksi kopi nasional masih berpeluang besar untuk terus ditingkatkan, termasuk sektor IKM. Dengan potensi bahan baku yang sangat besar, perlu terus dikembangkan agar menghasilkan produk olahan yang bernilai tambah tinggi, termasuk untuk memenuhi pasar ekspor,” kata Gati, Kamis (3/10).
Gati menyebutkan sejak 2013-2017, volume ekspor kopi Indonesia rata-rata mencapai 458 ribu ton per tahun. Menurut Gati, pemerintah terus mendorong diversifikasi produk industri untuk mengisi pasar ekspor produk olahan melalui penyiapan SDM kompeten serta meningkatkan penguasaan pengembangan inovasi teknologi pangan, efisiensi proses pengolahan dan penjaminan mutu produk.
Terkait potensi kopi di Indonesia, Gati menyebutkan pihaknya mendukung Provinsi Jambi sebagai tuan rumah perayaan Hari Kopi Internasional 2019.
Saat ini, Jambi telah mempunyai dua indikasi geografis yang terdaftar untuk kopi, yaitu Kopi Arabika Sumatera Koerintji dan Kopi Liberika Tungkal Jambi yang dikenal mempunyai citarasa yang khas. “Perayaan yang dilakukan setiap tahun ini bertujuan untuk merayakan budaya dan gaya hidup minum kopi yang sudah mengakar kuat di masyarakat Indonesia,” terangnya.
Selain itu, perayaan tersebut dilakukan untuk memberikan semangat dan apresiasi kepada petani kopi melalui gerakan peningkatan pendapatan petani, peningkatan produktivitas dan kualitas kopi nusantara. Selanjutnya juga untuk mempromosikan peningkatan konsumsi kopi di dalam negeri dan menggairahkan ekspor produk kopi Indonesia ke pasar internasional. “Perayaan Hari Kopi Internasional ini pada akhirnya bertujuan meningkatkan kesejahteraan seluruh pelaku pada rantai nilai perkopian Indonesia dari petani, industri sampai dengan penyedia jasa retail kopi,” ujarnya.
Selain Jambi, Provinsi Bengkulu juga salah satu penghasil kopi yang cukup besar dengan rata-rata 56,88 ribu ton per tahun dari jenis kopi robusta dan arabika.
“Kami juga mendukung Bengkulu terpilih sebagai tuan rumah perayaan Hari Kopi Internasional pada tahun depan yang akan berlangsung di bulan Oktober 2020 nanti,” tuturnya.
Menurut Gati, Bengkulu merupakan salah satu provinsi yang masuk ke dalam ‘segitiga emas’ kopi, bersama Lampung dan Sumatera Selatan. “Khususnya jenis robusta. Dari rasanya, kopi Bengkulu pun sudah diakui enak,” imbuhnya.
Bengkulu menjadi tempat bagi 66.999 petani kopi di 10 kabupaten/kota, dan 64.632 petani penanam kopi robusta. Hasil produksinya mencapai 55.168,9 ton (per tahun 2016). Sementara untuk kopi arabika, jumlah petaninya sekitar 2.367 petani, dengan hasil produksi 1.506 ton.
Melalui potensi yang dimiliki, membuat Pemprov Bengkulu berencana mengadakan Konferensi Kopi Dunia. Saat ini, di Bengkulu, terdapat 146 pemilik usaha kopi yang masuk kategori sektor IKM. *ant
Ke-13 wilayah sentra pengolahan kopi tersebut antara lain di Aceh, Sumatera Barat, Kepulauan Riau, Jambi, Bengkulu, Lampung, Jawa Tengah, Bali, NTB, NTT, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, dan Papua dengan total sebanyak 476 unit usaha. “Oleh karena itu, produksi kopi nasional masih berpeluang besar untuk terus ditingkatkan, termasuk sektor IKM. Dengan potensi bahan baku yang sangat besar, perlu terus dikembangkan agar menghasilkan produk olahan yang bernilai tambah tinggi, termasuk untuk memenuhi pasar ekspor,” kata Gati, Kamis (3/10).
Gati menyebutkan sejak 2013-2017, volume ekspor kopi Indonesia rata-rata mencapai 458 ribu ton per tahun. Menurut Gati, pemerintah terus mendorong diversifikasi produk industri untuk mengisi pasar ekspor produk olahan melalui penyiapan SDM kompeten serta meningkatkan penguasaan pengembangan inovasi teknologi pangan, efisiensi proses pengolahan dan penjaminan mutu produk.
Terkait potensi kopi di Indonesia, Gati menyebutkan pihaknya mendukung Provinsi Jambi sebagai tuan rumah perayaan Hari Kopi Internasional 2019.
Saat ini, Jambi telah mempunyai dua indikasi geografis yang terdaftar untuk kopi, yaitu Kopi Arabika Sumatera Koerintji dan Kopi Liberika Tungkal Jambi yang dikenal mempunyai citarasa yang khas. “Perayaan yang dilakukan setiap tahun ini bertujuan untuk merayakan budaya dan gaya hidup minum kopi yang sudah mengakar kuat di masyarakat Indonesia,” terangnya.
Selain itu, perayaan tersebut dilakukan untuk memberikan semangat dan apresiasi kepada petani kopi melalui gerakan peningkatan pendapatan petani, peningkatan produktivitas dan kualitas kopi nusantara. Selanjutnya juga untuk mempromosikan peningkatan konsumsi kopi di dalam negeri dan menggairahkan ekspor produk kopi Indonesia ke pasar internasional. “Perayaan Hari Kopi Internasional ini pada akhirnya bertujuan meningkatkan kesejahteraan seluruh pelaku pada rantai nilai perkopian Indonesia dari petani, industri sampai dengan penyedia jasa retail kopi,” ujarnya.
Selain Jambi, Provinsi Bengkulu juga salah satu penghasil kopi yang cukup besar dengan rata-rata 56,88 ribu ton per tahun dari jenis kopi robusta dan arabika.
“Kami juga mendukung Bengkulu terpilih sebagai tuan rumah perayaan Hari Kopi Internasional pada tahun depan yang akan berlangsung di bulan Oktober 2020 nanti,” tuturnya.
Menurut Gati, Bengkulu merupakan salah satu provinsi yang masuk ke dalam ‘segitiga emas’ kopi, bersama Lampung dan Sumatera Selatan. “Khususnya jenis robusta. Dari rasanya, kopi Bengkulu pun sudah diakui enak,” imbuhnya.
Bengkulu menjadi tempat bagi 66.999 petani kopi di 10 kabupaten/kota, dan 64.632 petani penanam kopi robusta. Hasil produksinya mencapai 55.168,9 ton (per tahun 2016). Sementara untuk kopi arabika, jumlah petaninya sekitar 2.367 petani, dengan hasil produksi 1.506 ton.
Melalui potensi yang dimiliki, membuat Pemprov Bengkulu berencana mengadakan Konferensi Kopi Dunia. Saat ini, di Bengkulu, terdapat 146 pemilik usaha kopi yang masuk kategori sektor IKM. *ant
Komentar