SMPN 1 Tabanan (Langgar) Kuota
Kepala SMP Saraswati Tabanan Made Sugita berharap kelebihan siswa di SMP negeri sebaiknya diikhlaskan ke SMP swasta.
TABANAN, NusaBali
SMPN 1 Tabanan buka 12 kelas dan menerima 398 siswa. Artinya, SMP favorit di Kota Tabanan yang ditunjuk sebagai sekolah model ini ’melanggar’ kuota. Sesuai kesepakatan dengan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, DPRD Tabanan dan Dewan Pendidikan, SMPN 1 Tabanan dijatah kuota 10 kelas dengan 320 siswa.
Kepala SMPN 1 Tabanan, Dewa Nyoman Sarjana mengakui ada penambahan lagi dua kelas. Sehingga jumlah siswa yang diterima membengkak lagi 78 siswa. Sarjana berdalih penambahan dua kelas itu sudah atas kesepakatan dari Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Tabanan. Dengan penambahan kelas itu, otomatis per kelas yang sebelumnya dirancang isi 32 siswa jadi berantakan. “Campur-campurlah isinya, ada 32, 33, dan 34. Dalam satu kelas tak sampai isi 35 siswa,” terang Sarjana, Senin (11/7).
SMPN 1 Tabanan telah menyelanggarakan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (PLS) yang sebelumnya lebih dikenal Masa Orientasi Sekolah (MOS). Materi PLS disusun oleh para guru dengan kebanyakan pembentukan karakter. Kegiatan ini juga dibantu oleh OSIS sebagai pendamping. PLS akan diselenggarakan selama 6 hari. Ditegaskan, PLS tak isi perploncoan karena lebih mengutamakan pendidikan karakter.
Jika SMPN 1 Tabanan tambah 2 kelas, SMP swasta di Tabanan justru krisis siswa. Contohnya, SMP Saraswati Tabanan hanya menerima 5 siswa. Meski jumlahnya sedikit, SMP yang sempat jadi favorit di Tabanan ini tetap menggelar PLS. Hanya saja jam pelaksanaan PLS dipangkas. Pada PLS hari pertama kemarin, hanya dilaksanakan selama 3 jam. Menurut Kepala SMP Saraswati I Made Sugita, PLS hari pertama kemarin diisi dengan pengenalan sekolah saja.
Sugita pun berharap, siswa yang sebelumnya sempat mendaftar dan belum daftar ulang diimbau tak ragu ke sekolah. Ditegaskan, SMP Saraswati siap membina dan mendidik siswa dengan optimal. Terkait ada SMP negeri sampai tambah kuota, Sugita pun menyayangkannya. Menurutnya, jika sekolah itu masih mampu menampung siswa, tak masalah. “Kalau siswanya diikhlaskan ke sekolah swasta kan bagus, siswa tidak berjubel di kelas,” ungkapnya.
Sayang Kepala Disdikpora Tabanan, Putu Santika belum bisa dikonfirmasi terkait sekolah model tambah dua kelas. Teleponnya dalam keadaan aktif, namun tak kunjung dijawab. Santika sebelumnya menerangkan Disdikpora Tabanan sudah berusaha memetakan siswa agar distribusi siswa merata baik ke sekolah negeri maupun swasta. “Kalau masih krisis siswa ya apa boleh buat,” ujarnya saat dimintai komentar terkait SMP Saraswati di Kota Tabanan yang hanya menjaring 5 siswa. 7 cr61
SMPN 1 Tabanan buka 12 kelas dan menerima 398 siswa. Artinya, SMP favorit di Kota Tabanan yang ditunjuk sebagai sekolah model ini ’melanggar’ kuota. Sesuai kesepakatan dengan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, DPRD Tabanan dan Dewan Pendidikan, SMPN 1 Tabanan dijatah kuota 10 kelas dengan 320 siswa.
Kepala SMPN 1 Tabanan, Dewa Nyoman Sarjana mengakui ada penambahan lagi dua kelas. Sehingga jumlah siswa yang diterima membengkak lagi 78 siswa. Sarjana berdalih penambahan dua kelas itu sudah atas kesepakatan dari Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Tabanan. Dengan penambahan kelas itu, otomatis per kelas yang sebelumnya dirancang isi 32 siswa jadi berantakan. “Campur-campurlah isinya, ada 32, 33, dan 34. Dalam satu kelas tak sampai isi 35 siswa,” terang Sarjana, Senin (11/7).
SMPN 1 Tabanan telah menyelanggarakan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (PLS) yang sebelumnya lebih dikenal Masa Orientasi Sekolah (MOS). Materi PLS disusun oleh para guru dengan kebanyakan pembentukan karakter. Kegiatan ini juga dibantu oleh OSIS sebagai pendamping. PLS akan diselenggarakan selama 6 hari. Ditegaskan, PLS tak isi perploncoan karena lebih mengutamakan pendidikan karakter.
Jika SMPN 1 Tabanan tambah 2 kelas, SMP swasta di Tabanan justru krisis siswa. Contohnya, SMP Saraswati Tabanan hanya menerima 5 siswa. Meski jumlahnya sedikit, SMP yang sempat jadi favorit di Tabanan ini tetap menggelar PLS. Hanya saja jam pelaksanaan PLS dipangkas. Pada PLS hari pertama kemarin, hanya dilaksanakan selama 3 jam. Menurut Kepala SMP Saraswati I Made Sugita, PLS hari pertama kemarin diisi dengan pengenalan sekolah saja.
Sugita pun berharap, siswa yang sebelumnya sempat mendaftar dan belum daftar ulang diimbau tak ragu ke sekolah. Ditegaskan, SMP Saraswati siap membina dan mendidik siswa dengan optimal. Terkait ada SMP negeri sampai tambah kuota, Sugita pun menyayangkannya. Menurutnya, jika sekolah itu masih mampu menampung siswa, tak masalah. “Kalau siswanya diikhlaskan ke sekolah swasta kan bagus, siswa tidak berjubel di kelas,” ungkapnya.
Sayang Kepala Disdikpora Tabanan, Putu Santika belum bisa dikonfirmasi terkait sekolah model tambah dua kelas. Teleponnya dalam keadaan aktif, namun tak kunjung dijawab. Santika sebelumnya menerangkan Disdikpora Tabanan sudah berusaha memetakan siswa agar distribusi siswa merata baik ke sekolah negeri maupun swasta. “Kalau masih krisis siswa ya apa boleh buat,” ujarnya saat dimintai komentar terkait SMP Saraswati di Kota Tabanan yang hanya menjaring 5 siswa. 7 cr61
Komentar