Perokok Elektrik Diklaim Bebas Mengepul
Ada Vape Anti Narkoba
Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia (APVI) menyebutkan nilai bisnis rokok elektrik, atau vape, mampu mencapai Rp200 miliar-Rp300 miliar setiap bulannya
JAKARTA, NusaBali
Jumlah ritel yang menjual produk vape sudah mencapai 4.000 gerai, dengan jumlah importir sebanyak 50 perusahaan.
Dari sisi pajak, nilai cukai rokok elektrik untuk kawasan Jakarta Timur, Pusat, dan Selatan mampu mencapai Rp4 miliar pada Oktober 2018. Sementara itu, selama Oktober 2018 hingga September 2019, cukai rokok elektrik di tiga kawasan tersebut menyentuh Rp40 miliar.
Tak heran, jika bisnis rokok elektrik di Indonesia menggiurkan dan semakin digandrungi. Terlebih, pada 1 Januari 2020, pemerintah memutuskan menaikkan cukai hasil tembakau (CHT) sebesar 23 persen.
Tak pelak, kenaikan cukai tersebut dimanfaatkan oleh produsen vape untuk menawarkan produk alternatif pengganti rokok konvensional.
Menurut Direktur Clawstek Business Indonesia, Yogi Babria, jumlah perokok di Indonesia kini mencapai 80 juta orang, atau hampir 40 persen dari total penduduk Indonesia.
Bahkan, laju pertumbuhan perokok baru berkisar 1-2 juta per tahun. Untuk itulah, Qclaws hadir di Indonesia memberikan alternatif bagi perokok dewasa secara perlahan membantu untuk memperbaiki gaya hidup tanpa mengubah kebiasaan dalam sekejap.
"Selandia Baru adalah negara yang mengkampanyekan bebas rokok tahun 2025. Dengan mengalihkan warganya dari rokok konvensional ke rokok elektrik, mereka berhasil menurunkan jumlah perokok hingga 2,4 persen,” ungkap Yogi, seperti dilansir vivanews belum lama ini.
Menurutnya, ada tiga tipe rokok elektrik. Pertama, panas tidak terbakar (heat not burn). Tipe ini dilakukan dengan memanaskan stik dengan cara dibakar dan dihirup oleh pengguna. Kerugian dari tipe 1 ini adalah kurang praktis karena harus membersihkan vape.
Kedua, sistem terbuka (open system), di mana bisa diisi ulang (refill) sehingga kerugiannya terletak pada kemungkinan untuk dapat diisi narkoba serta keharusan mengganti kapas.
Ketiga, sistem tertutup (close system), di mana hanya sekali pakai dan langsung buang, sangat praktis dan tidak bisa diisi narkoba.
"Produk kami termasuk tipe ketiga. Rokok elektrik ini tidak menggunakan tar yang dapat menyebabkan kanker, anti bau, tanpa api, dan tidak meninggalkan noda pada pakaian maupun gigi. Paling penting adalah tidak dapat dipakai untuk narkoba, karena pod sekali pakai, disegel, dan tidak bisa diisi cairan lain," tegas Yogi.
Selain itu, Qclaws juga diklaim punya kelebihan dibandingkan rokok elektrik lainnya. Terbuat dari bahan alumunium yang nyaman dipegang, bentuknya kecil sehingga mudah disimpan di kantong.
Adapun slot charger USB bisa untuk diisi ulang dan baterainya tahan hingga 3 hari. Pod-nya terbuat dari keramik putih, didesain anti bocor serta nyaman dan aman di mulut. *
Dari sisi pajak, nilai cukai rokok elektrik untuk kawasan Jakarta Timur, Pusat, dan Selatan mampu mencapai Rp4 miliar pada Oktober 2018. Sementara itu, selama Oktober 2018 hingga September 2019, cukai rokok elektrik di tiga kawasan tersebut menyentuh Rp40 miliar.
Tak heran, jika bisnis rokok elektrik di Indonesia menggiurkan dan semakin digandrungi. Terlebih, pada 1 Januari 2020, pemerintah memutuskan menaikkan cukai hasil tembakau (CHT) sebesar 23 persen.
Tak pelak, kenaikan cukai tersebut dimanfaatkan oleh produsen vape untuk menawarkan produk alternatif pengganti rokok konvensional.
Menurut Direktur Clawstek Business Indonesia, Yogi Babria, jumlah perokok di Indonesia kini mencapai 80 juta orang, atau hampir 40 persen dari total penduduk Indonesia.
Bahkan, laju pertumbuhan perokok baru berkisar 1-2 juta per tahun. Untuk itulah, Qclaws hadir di Indonesia memberikan alternatif bagi perokok dewasa secara perlahan membantu untuk memperbaiki gaya hidup tanpa mengubah kebiasaan dalam sekejap.
"Selandia Baru adalah negara yang mengkampanyekan bebas rokok tahun 2025. Dengan mengalihkan warganya dari rokok konvensional ke rokok elektrik, mereka berhasil menurunkan jumlah perokok hingga 2,4 persen,” ungkap Yogi, seperti dilansir vivanews belum lama ini.
Menurutnya, ada tiga tipe rokok elektrik. Pertama, panas tidak terbakar (heat not burn). Tipe ini dilakukan dengan memanaskan stik dengan cara dibakar dan dihirup oleh pengguna. Kerugian dari tipe 1 ini adalah kurang praktis karena harus membersihkan vape.
Kedua, sistem terbuka (open system), di mana bisa diisi ulang (refill) sehingga kerugiannya terletak pada kemungkinan untuk dapat diisi narkoba serta keharusan mengganti kapas.
Ketiga, sistem tertutup (close system), di mana hanya sekali pakai dan langsung buang, sangat praktis dan tidak bisa diisi narkoba.
"Produk kami termasuk tipe ketiga. Rokok elektrik ini tidak menggunakan tar yang dapat menyebabkan kanker, anti bau, tanpa api, dan tidak meninggalkan noda pada pakaian maupun gigi. Paling penting adalah tidak dapat dipakai untuk narkoba, karena pod sekali pakai, disegel, dan tidak bisa diisi cairan lain," tegas Yogi.
Selain itu, Qclaws juga diklaim punya kelebihan dibandingkan rokok elektrik lainnya. Terbuat dari bahan alumunium yang nyaman dipegang, bentuknya kecil sehingga mudah disimpan di kantong.
Adapun slot charger USB bisa untuk diisi ulang dan baterainya tahan hingga 3 hari. Pod-nya terbuat dari keramik putih, didesain anti bocor serta nyaman dan aman di mulut. *
Komentar