Warga Buungan Kembangkan Bioflok
Kadek Budiartawan, warga Banjar Buungan, Desa Tiga, Kecamatan Susut, Bangli, mengembangkan bioflok untuk budidaya ikan nila.
BANGLI, NusaBali
Secara khusus Budiartawan mendatangkan perekayasa madya Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi, Adi Sucipto, untuk berbagi informasi dengan warga lainnya terkait bioflok. Biaya pembuatn bioflok dengan diameter 4 meter sekitar Rp 4 juta.
Menurut Budiartawan banyak keuntungan budidaya ikan dengan bioflok. Sebab bioflok mampu menghemat biaya pakan, ramah lingkungan, produktifitas tinggi dengan padat tebar. “Teknologi ini sangat cocok di Bangli. Bioflok tidak sulit diterapkan,” ungkap Budiartawan, Minggu (6/10). Sebagai awal, warga Banjar Buungan ini menyiapkan 28 kolam dengan diameter 4 meter. Satu kolam dimanfaatkan untuk tempat karantina ikan, setelah ikan dinyatakan sehat kemudian dilepas di bioflok. “Satu kolam bioflok menampung 1.200 ekor nila,” imbuhnya.
Biaya satu kolam bioflok ukuran diameter 4 meter sekitar Rp 4 juta. Budiartawan mendatangkan bibit dari Balai Benih Ikan (BBI) Banjar/Lingkungan Sidembunut, Kelurahan Cempaga Bangli. Bibit yang didatangkan size 8-9 cm. Setelah pemeliharaan selama 3-4 bulan, ikan sudah siap dipanen. Dikatakan, sejumlah petani tertarik untuk terapkan bioflok sehingga dia mendatangkan petugas dari BBPBAT Sukabumi untuk teoari dan praktek di depan petani. *esa
Secara khusus Budiartawan mendatangkan perekayasa madya Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi, Adi Sucipto, untuk berbagi informasi dengan warga lainnya terkait bioflok. Biaya pembuatn bioflok dengan diameter 4 meter sekitar Rp 4 juta.
Menurut Budiartawan banyak keuntungan budidaya ikan dengan bioflok. Sebab bioflok mampu menghemat biaya pakan, ramah lingkungan, produktifitas tinggi dengan padat tebar. “Teknologi ini sangat cocok di Bangli. Bioflok tidak sulit diterapkan,” ungkap Budiartawan, Minggu (6/10). Sebagai awal, warga Banjar Buungan ini menyiapkan 28 kolam dengan diameter 4 meter. Satu kolam dimanfaatkan untuk tempat karantina ikan, setelah ikan dinyatakan sehat kemudian dilepas di bioflok. “Satu kolam bioflok menampung 1.200 ekor nila,” imbuhnya.
Biaya satu kolam bioflok ukuran diameter 4 meter sekitar Rp 4 juta. Budiartawan mendatangkan bibit dari Balai Benih Ikan (BBI) Banjar/Lingkungan Sidembunut, Kelurahan Cempaga Bangli. Bibit yang didatangkan size 8-9 cm. Setelah pemeliharaan selama 3-4 bulan, ikan sudah siap dipanen. Dikatakan, sejumlah petani tertarik untuk terapkan bioflok sehingga dia mendatangkan petugas dari BBPBAT Sukabumi untuk teoari dan praktek di depan petani. *esa
1
Komentar