Kadisbud Bali Bakal Gelar Pameran Tunggal
Hasil Penelitian Relief Yeh Pulu Selama Tiga Tahun
Perupa sekaligus akademisi ISI Denpasar yang juga Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, Dr I Wayan ‘Kun’ Adnyana bakal menggelar pameran tunggal bertajuk ‘Sudra Sutra’ di Museum Neka, Ubud, 11-19 Oktober 2019.
DENPASAR, NusaBali
Pameran ini rencananya bakal dibuka oleh pencinta seni yang juga pengusaha ternama, Eric Thohir. Menariknya, pameran tunggal ini merupakan sebuah ikonografi yang menarasikan Relief Yeh Pulu yang terletak di Desa Bedulu, Blahbatuh, Gianyar. Penelitian tentang keberadaan relief Yeh Pulu ini bahkan dilakukannya selama tiga tahun hasil pendanaan dari Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) RI.
Sebelum dipamerkan di Museum Neka Ubud, pameran tunggal dengan karya lukisan yang sama telah dipamerkan di At Thienny Lee Gallery, Sydney, Australia pada 25 Juli hingga 13 Agustus 2019.
Ditemui Rabu (9/10), Dr Kun menjelaskan, selama tiga tahun meneliti keberadaan relief Yeh Pulu, tiap tahunnya menemukan tahapan tersendiri. Pada tahun pertama (2017) misalnya, seniman asal Banjar Tanggahan Peken, Desa Sulahan, Susut, Bangli ini menemukan konsep dan teknik bagaimana sejatinya relief Yeh Pulu dibuat.
Sedangkan pada tahun kedua (2018), dia menemukan analisis narasi cerita dari relief Yeh Pulu. Kun menyebut narasi dalam relief tersebut tidaklah tunggal, melainkan multi narasi. Dia menyebut demikian karena ditemukan seperti relief penjual tuak, pengusung putri, adegan berburu, mengusung babi hutan, dan kegiatan lainnya yang menggambarkan rakyat jelata.
Sementara itu, penelitian tahun ketiga (2019), akademisi kelahiran 4 April 1976 ini memfokuskan tahapan tafsir ikonografis yakni melihat apakah ada motif, simbol, dan narasi yang diharuskan pada obyek relief tersebut.
Tahun ketiga, karya-karyanya menggunakan pendekatan estetika. Penciptaan lukisan-lukisan tersebut melibatkan tiga pendekatan utama yakni reframing (pembingkaian ulang), recasting (pemeranan ulang), dan globaliting (pemindahlokasian). Intinya, mengglobalisasi Relief Yeh Pulu menjadi kontemporer kehidupan global.
Kun Adnyana menyimpulkan, secara keseluruhan selama tiga tahun adalah penelitian konsep penciptaan karya dari konsep, narasi dan estetika sehingga menghasilkan puluhan karya yang konteksnya Relief Yeh Pulu hadir dalam berbagai sudut dimensi berbeda yang kekinian dalam sudut kontemporer. Salah satu contoh karyanya dengan judul Vacation, mengambil obyek Monas di Jakarta dengan rupa kehidupan relief Yeh Pulu.
Karya-karya yang dipamerkan untuk temuan di tahun ketiga tak kurang 30 lukisan yang terdiri dalam berbagai ukuran. Pameran ‘Sudra Sutra’ ini rencananya akan dibuka oleh pecinta seni sekaligus pengusaha ternama, Eric Thohir. Selain itu, rencananya juga dihadiri Gubernur Bali, Wayan Koster, dan Founder Museum Neka, Pande Wayan Suteja Neka. *ind
Sebelum dipamerkan di Museum Neka Ubud, pameran tunggal dengan karya lukisan yang sama telah dipamerkan di At Thienny Lee Gallery, Sydney, Australia pada 25 Juli hingga 13 Agustus 2019.
Ditemui Rabu (9/10), Dr Kun menjelaskan, selama tiga tahun meneliti keberadaan relief Yeh Pulu, tiap tahunnya menemukan tahapan tersendiri. Pada tahun pertama (2017) misalnya, seniman asal Banjar Tanggahan Peken, Desa Sulahan, Susut, Bangli ini menemukan konsep dan teknik bagaimana sejatinya relief Yeh Pulu dibuat.
Sedangkan pada tahun kedua (2018), dia menemukan analisis narasi cerita dari relief Yeh Pulu. Kun menyebut narasi dalam relief tersebut tidaklah tunggal, melainkan multi narasi. Dia menyebut demikian karena ditemukan seperti relief penjual tuak, pengusung putri, adegan berburu, mengusung babi hutan, dan kegiatan lainnya yang menggambarkan rakyat jelata.
Sementara itu, penelitian tahun ketiga (2019), akademisi kelahiran 4 April 1976 ini memfokuskan tahapan tafsir ikonografis yakni melihat apakah ada motif, simbol, dan narasi yang diharuskan pada obyek relief tersebut.
Tahun ketiga, karya-karyanya menggunakan pendekatan estetika. Penciptaan lukisan-lukisan tersebut melibatkan tiga pendekatan utama yakni reframing (pembingkaian ulang), recasting (pemeranan ulang), dan globaliting (pemindahlokasian). Intinya, mengglobalisasi Relief Yeh Pulu menjadi kontemporer kehidupan global.
Kun Adnyana menyimpulkan, secara keseluruhan selama tiga tahun adalah penelitian konsep penciptaan karya dari konsep, narasi dan estetika sehingga menghasilkan puluhan karya yang konteksnya Relief Yeh Pulu hadir dalam berbagai sudut dimensi berbeda yang kekinian dalam sudut kontemporer. Salah satu contoh karyanya dengan judul Vacation, mengambil obyek Monas di Jakarta dengan rupa kehidupan relief Yeh Pulu.
Karya-karya yang dipamerkan untuk temuan di tahun ketiga tak kurang 30 lukisan yang terdiri dalam berbagai ukuran. Pameran ‘Sudra Sutra’ ini rencananya akan dibuka oleh pecinta seni sekaligus pengusaha ternama, Eric Thohir. Selain itu, rencananya juga dihadiri Gubernur Bali, Wayan Koster, dan Founder Museum Neka, Pande Wayan Suteja Neka. *ind
1
Komentar