PHRI Gianyar Minta Hotel Selektif Pilih Agen Wisata
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Gianyar Pande Mahayasa Adityawarman mengingatkan kepada managemen hotel di Gianyar lebih selektif dalam memilih agen wisata.
GIANYAR, NusaBali
Langkah ini menyikapi bangkrutnya Thomas Cook, agen wisata tertua di Inggris. Pande Mahayasa minta hotel-hotel mengukur credit facility (fasilitas kredit) para agen wisata. Ketika ada agen berhutang hingga 30 hari, bisa diketagorikan tidak sehat. "Kalau berhutang 60 hari, itu maksimal sekali. Kalau lewat dari itu, sudah bisa dipastikan merah raportnya," ujarnya dikonfirmasi, Rabu (9/10).
Dia juga menyarankan managemen hotel untuk meminta pembayaran di awal kepada para agen wisata. Dengan tutupnya agen wisata Thomas Cook, hotel di Gianyar berupaya merangkul agen besar lain di luar negeri. "Jadi satu tutup, maka tamu lainnya akan booking agen lain. Itu sudah berlaku," jelasnya.
Diungkapkan, tutupnya agen wisata Thomas Cook ini berdampak pada sejumlah hotel Gianyar, khususnya Ubud. Pihak hotel masih berupaya menagih hutang agen wisata ini melalui cabangnya di Bali. Kata dia, agen tersebut membawa banyak tamu ke hotel berbintang di Bali. Sementara di Gianyar, ada sekitar 10 hotel yang bekerja sama dengan agen tersebut. "Di Ubud, ada hotel kelas bintang tiga ke atas,” jelasnya.
Pria yang akrab disapa Adit Pande ini menambahkan, saat berperan dulu, Thomas Cook sangat berpengaruh. Mereka bisa mengisi tamu sampai 15 - 20 persen setahun. Dengan tutupnya Thomas Cook, ada beberapa permasalahan yang terjadi. Selain tidak lagi memperoleh tamu dari agen ini, tentu terjadi utang. “Malsah lain yang muncul, agen ini melunasi utang di luar negeri terlebih dahulu, sisanya baru dibagikan ke Gianyar,” jelasnya.
Dari pengalaman 10 tahun terakhir, katanya, pernah ada tiga agen besar tutup. “Tidak satu sen pun tak bisa kami dapatkan uangnya. Mungkin sekarang ada 3 - 4 hotel terdampak soal hutang,” terangnya.
Hingga saat ini, beberapa hotel berupaya menagih utang itu ke perwakilan Thomas Cook di Bali. “Pastinya sudah. Kemarin sudah saya dengar teman-teman hotel. Bukan saja di Ubud, namun seluruh teman hotel di Bali, mereka sudah tanyakan ke perwakilan Thomas Cook di Bali. Sampai sekarang, untuk mendapatkan uangnya belum bisa,” keluhnya.
Soal utang per hotel, jumlahnya mencapai miliaran rupiah. “Mungkin ada hotel (diutangi, Red) bermiliar-miliar,” jelasnya. Mengenai utang itu, Pande Adit tidak bisa menanggapi kondisi hotel yang diutangi. “Saya tidak tahu gimana kondisi mereka,” jelasnya.
Mengenai tingkat kunjungan wisata ke Gianyar, lanjut dia, terutama ke Ubud, tergolong normal. “Kalau siang macet, artinya tamu dari seluruh Bali ramai. Kalau Ubud ramai, malam banyak tamu jalan kaki berarti Ubud ramai,” ujarnya. *nv
Dia juga menyarankan managemen hotel untuk meminta pembayaran di awal kepada para agen wisata. Dengan tutupnya agen wisata Thomas Cook, hotel di Gianyar berupaya merangkul agen besar lain di luar negeri. "Jadi satu tutup, maka tamu lainnya akan booking agen lain. Itu sudah berlaku," jelasnya.
Diungkapkan, tutupnya agen wisata Thomas Cook ini berdampak pada sejumlah hotel Gianyar, khususnya Ubud. Pihak hotel masih berupaya menagih hutang agen wisata ini melalui cabangnya di Bali. Kata dia, agen tersebut membawa banyak tamu ke hotel berbintang di Bali. Sementara di Gianyar, ada sekitar 10 hotel yang bekerja sama dengan agen tersebut. "Di Ubud, ada hotel kelas bintang tiga ke atas,” jelasnya.
Pria yang akrab disapa Adit Pande ini menambahkan, saat berperan dulu, Thomas Cook sangat berpengaruh. Mereka bisa mengisi tamu sampai 15 - 20 persen setahun. Dengan tutupnya Thomas Cook, ada beberapa permasalahan yang terjadi. Selain tidak lagi memperoleh tamu dari agen ini, tentu terjadi utang. “Malsah lain yang muncul, agen ini melunasi utang di luar negeri terlebih dahulu, sisanya baru dibagikan ke Gianyar,” jelasnya.
Dari pengalaman 10 tahun terakhir, katanya, pernah ada tiga agen besar tutup. “Tidak satu sen pun tak bisa kami dapatkan uangnya. Mungkin sekarang ada 3 - 4 hotel terdampak soal hutang,” terangnya.
Hingga saat ini, beberapa hotel berupaya menagih utang itu ke perwakilan Thomas Cook di Bali. “Pastinya sudah. Kemarin sudah saya dengar teman-teman hotel. Bukan saja di Ubud, namun seluruh teman hotel di Bali, mereka sudah tanyakan ke perwakilan Thomas Cook di Bali. Sampai sekarang, untuk mendapatkan uangnya belum bisa,” keluhnya.
Soal utang per hotel, jumlahnya mencapai miliaran rupiah. “Mungkin ada hotel (diutangi, Red) bermiliar-miliar,” jelasnya. Mengenai utang itu, Pande Adit tidak bisa menanggapi kondisi hotel yang diutangi. “Saya tidak tahu gimana kondisi mereka,” jelasnya.
Mengenai tingkat kunjungan wisata ke Gianyar, lanjut dia, terutama ke Ubud, tergolong normal. “Kalau siang macet, artinya tamu dari seluruh Bali ramai. Kalau Ubud ramai, malam banyak tamu jalan kaki berarti Ubud ramai,” ujarnya. *nv
Komentar