Bisnis Kopi Bali yang Kian Manis
Kopi telah mengubah citranya, tidak lagi identik sebagai minuman di kalangan orang tua, kini kopi juga menjadi primadona bagi kawula muda.
Hakikatnya, menikmati secangkir kopi telah menjadi suatu tradisi bagi masyarakat Indonesia di kala berkumpul, saat hajatan, atau pun teman saat bekerja. Seiring dengan perkembangan teknologi, kopi telah banyak divariasikan baik dari segi pengolahan maupun penyajian. Bahkan kini kopi telah banyak diolah menjadi produk-produk kecantikan, olahan kue dan dijadikan pengharum rungan. Karenanya, kini kopi telah mampu memikat lidah kalangan muda sekaligus menjadi life style baru di banyak kalangan.
Sejalan dengan hal tersebut, konsumsi kopi di Indonesia terus menunjukkan perkembangan yang baik tiap tahunnya, menurut Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI) estimasi konsumsi kopi di Indonesia pada tahun 2016 mencapai 300.000 ton atau 1,15 kg per kapita per tahun. Tak hanya dipasarkan di dalam negeri, kopi hasil produksi Indonesia telah merambah ke mancanegara. Pada tahun 2017, ekspor kopi Indonesia mangalami peningkatan sebesar 17,71 persen menjadi USD 1,18 miliar dari tahun 2016 senilai USD 1 miliar. Dalam publikasi statistik, Statistik Kopi Indonesia 2017, yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik pada tahun 2016 negara pengimpor kopi alam Indonesia terbesar adalah Amerika Serikat, Jerman, Malaysia, Italia, dan Rusia.
Indonesia sebagai produsen kopi terbesar ke-4 di dunia merupakan salah satu negara dengan kekayaan kopi yang melimpah, beragamnya jenis tanah serta cara pengolahan kopi di setiap daerah menghasilkan cita rasa kopi Indonesia yang beragam pula. Kopi Bali menjadi salah satu bintang diantara beragamnya kekayaan kopi di Indonesia, karena memiliki aroma dan cita rasa asam segar yang khas. Keistimewaan cita rasa yang dimiliki kopi Bali dikarenakan kopi ini dikembangkan dengan teknik tumpang sari bersama buah-buahan. Kopi Bali juga telah menjadi salah satu industri agro unggulan daerah Bali. Kopi merupakan salah satu komoditi yang sangat menjanjikan karena sifat kopi yang adiktif membuat para penikmatnya sulit untuk meninggalkan minuman bercita rasa pahit ini. Tak ayal, kini bisnis kedai kopi sedang banyak digandrungi para pebisnis muda di Bali.
Di Bali, dikembangkan dua jenis kopi yaitu kopi arabika dan robusta. Menurut data Badan Pusat Statistik, luas areal tanam perkebunan kopi jenis arabika di Bali pada tahun 2018 naik 1,47 persen dibanding tahun sebelumnya menjadi sebesar 12.410 ha, dimana pada tahun 2017 hanya mencapai 12.230 ha. Kabupaten yang menduduki peringkat pertama dengan luas areal tanam perkebunan kopi jenis arabika terbesar adalah Kabupaten Bangli dengan luas areal tanam sebesar 5.886 ha. Sedangkan, untuk jenis kopi robusta justru mengalami penurunan luas areal tanam di tahun 2018 menjadi 22.800 ha dimana sebelumnya pada tahun 2017 luas areal tanam perkebunan kopi jenis robusta mencapai 22.970 atau mengalami penurunan sebesar 0,74 persen. Kabupaten dengan luas areal tanam terbesar untuk jenis kopi robusta di Bali adalah Kabupaten Buleleng dengan luas areal tanam sebesar 10.473 ha.
Ada satu yang menarik yang terjadi di pertanian kopi di Bali. Jika dilihat dari segi produksi, kopi arabika yang sebelumnya pada tahun 2017 hasil produksinya hanya sebesar 3.473 ton, pada tahun 2018 meningkat pesat hingga mencapai 4.217 ton atau mengalami peningkatan sebesar 21,42 persen. Meningkatnya hasil produksi kopi jenis arabika sejalan dengan meningkatnya luas areal tanam kopi jenis ini. Produksi kopi arabika tertinggi diraih oleh Kabupaten Bangli dengan jumlah produksi sebesar 2.252 ton. Di sisi lain, untuk kopi jenis robusta walaupun mengalami penurunan luas areal tanam namun produksinya mengalami peningkatan sebesar 13,29 persen. Pada tahun 2017 produksi kopi jenis robusta hanya mencapai 10.097 ton lalu mengalami peningkatan hingga mencapai 11.439 ton pada tahun 2018. Dimana kabupaten dengan produksi kopi robusta terbesar adalah Kabupaten Buleleng dengan hasil produksi sebesar 5.387 ton disusul oleh Kabupaten Tabanan dengan produksi sebesar 5.212 ton.
Sekilas, kita dapat mengindikasikan bahwa tiap-tiap kabupaten memiliki produktivitas yang berbeda-beda. Untuk itu, diperlukan upaya-upaya dalam meningkatkan produktivitas petani kopi di Bali sekaligus mencegah terjadinya underproduction atau pun overproduction yang dapat merugikan petani. Adapun upaya nyata yang telah dilakukan pemerintah Bali melalui dinas perindustrian dan perdagangan Provinsi Bali sejak tahun 2015 mengupayakan pengembangan industri agro unggulan salah satunya kopi. Upaya yang dilakukan dalam pengembangan kopi diantaranya melakukan intensifikasi tanaman kopi; peremajaan tanaman kopi; pengadaan dan penyaluran bantuan kepada petani kopi; pembinaan, pengendalian, pengawalan, dan pendampingan; monitoring, evaluasi, dan pelaporan; pembiayaan pengembangan tanaman kopi. Dengan dilakukannya upaya ini diharapkan masalah-masalah yang merugikan perindustrian unggulan di Bali dapat teratasi dan dapat meningkatkan kesejahteraan petani kopi di Bali. Selain itu untuk mendukung eksistensi kopi Bali sekaligus mendorong perkembangan UMKM di Bali, pemerintah perlu melakukan upaya-upaya dalam mengembangkan usaha-usaha yang mengolah kopi Bali seperti industri pengolahan kopi Bali atau pun kedai-kedai kopi yang menyajikan kopi khas Bali. *
*. Tulisan dalam kategori OPINI adalah tulisan warga Net. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
1
Komentar