Dua Terduka Teroris Ditangkap di Bali
Teroris Pasutri JAD Ngaku Tak Tahu yang Ditusuk Wiranto
Terduga teroris yang ditangkap di Bali beberapa hari sebelum penyerangan Wiranto berinisial NK dan anaknya, JA
JAKARTA, NusaBali
Inilah fakta di balik penusukan Menko Polhukam, Jenderal Tni (Purn) Wiranto, olah pasutri ‘teroris’ jaringan JAD di Alun-alun Menes, Kabupaten Pandeglang, Banten, Kamis (10/10) siang. Beberapa hari sebelum penyerangan, Densus 88 Antiteror sempat menangkap 2 terduga teroris di Bali, yang masih jaringan Syahril Alamsyah alias Abu Rara, 31, pelaku penusukan Wiranto.
Karo Penmas Divisi Humas Mabes Polri, Brigjen Dedi Prasetyo, menyatakan Densus 88 Antiteror sudah menangkap beberapa orang di sejumlah daerah, sejak Maret 2019 lalu. Termasuk 2 terduga teroris yang ditangkap di Bali. Menurut Brigjen Dedi, 2 terduga teroris yang ditangkap di Bali ini adalah bapak dan anaknya, masing-masing berinisial NK dan JA.
"Di Bali ada 2 orang ditangkap, yakni NK dan anaknya, JA. Mereka sudah membuat rencana serangan di Pulau Dewata. Mereka mempersiapkan amaliyah di wilayah Bali," sebut Brigjen Dedi dalam jumpa pers di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (11/10).
Hanya saja, Brigjen Dedi tidak menyebut secara spesifik kapan penangkapan 2 terduga teroris di Bali ini. Juga tidak dirinci di mana persisnya terduga teroris bapak-anak tersebut ditangkap. Yang jelas, penangkapan itu dilakukan tidak berselang lama dengan penangkapan terduga teroris di Bandung (Jawa Barat) dan Manado (Sulawesi Utara).
Terduga teroris yang ditangkap di Bandung berinisiap WD, sementara yang di Madano berinisial JS. Mereka memiliki keterkaitan dengan pimpinan JAD Bekasi, Fazri Pahlawan alias Abu Zee, yang ditangkap 23 September 2019 lalu bersama 8 orang lainnya di Bekasi dan Cilincing (Jakarta).
Kabid Humas Polda Bali, Kombes Hengky Widjaja, juga mengakui ada penangkapan 2 terduga teroris di Pulau Dewata. Hanya saja, Kombes Hengky belum menjelaskan detail jaringan kedua terduga teroris itu. Dia juga belum menyebut apakah keduanya memiliki keterkaitan dengan Abu Rara atau tidak. "Sedang dilakukan pendalaman pemeriksaan," ungkap Kombes Hengky secara terpisah di Denpasar, Jumat kemarin.
Sementara, Syahril Alamsyah alias Abu Rara, ‘teroris’ jaringan JAD yang nekat tusukWiranto di Alun-alun Menes, mengaku tidak tahu kalau yang ditusuk adalah Menko Polhukam. Pengakuan itu disampaikan Abu Rara kepada penyidik, seba-gaimana diungkapkan Karo Penmas Divisi Humas Mabes Polri, Brigjen Dedi Prasetyo, di Jakarta, Jumat kemarin.
"Dia (Abu Rara) menyampaikan kepada penyidik, 'ada kapal.' Helikopter itu kapal. 'Nggak tahu itu siapa, tapi itu sasaran kita.' Langsung secara spontan menuju ke alun-alun," papar Brigjen Dedi dilansir detikcom.
Begitu melihat ada helikopter, Abu Rara pun berbagi tugas penusukan dengan istrinya, Fitri Diana, 21. Abu Rara akan menyerang pejabat yang ternyata adalah Menko Polhukam. Sedangkan istrinya diperintahkan untuk menyerang polisi yang posisinya terdekat.
Kemudian, Abu Rara langsung menusuk Wiranto. Sedangkan istrinya, Fitria Diana, diduga menusuk Kapolsek Menes, Kompol Dariyanto, yang memang berada di dekat Wiranto. "Ketika kejadian spontan itu, serangan langsung kepada beliau (Wiranto), sementara istrinya serang Kapolsek," ujar Brigjen Dedi.
Serangan itu spontan itu dilakukan karena ada framing sasaran 'amaliyah' adalah thogut, yakni lembaga pemerintah atau polisi. Maka, ketika ada momentum kedatangan Wiranto yang kemudian ramai dikerubuti warga, Abu Rara melakukan se-rangan.
Abu Rara nekat serang Wiranto, karena dendam atas penangakan bosnya, Pimpinan JAD Bekasi (Jawa Barat), Fazri Pahlawan alias Abu Zee Ghuroba, 23 September 2019 lalu. Abu Rara pun mengajak istrinya, Fitria Adriana, untuk melakukan amaliyah. "Baru dua hari ini sebetulnya Abu Rara merasa takut, stres, dan tertekan setelah mendengar ketuanya tertangkap,” ungkap Brigjen Dedi.
Abu Rara disebut takut akan ditangkap polisi, menyusul adanya penangkapan jaringan teroris dari kelompoknya. "Maka, dia bilang ke istrinya, 'Kita harus melakukan persiapan, kita melakukan amaliyah'," katanya.
Menurut Brigjen Dedi, kepolisian sebenarnya sudah memantau Abu Rara sebelum terjadi insiden penusukan terhadap Wiranto. Namun, polisi tidak bisa langsung menangkap Abu Rara, sebelum ada perbuatan melawan hukum. "Abu Rara memang sudah diikuti, dari penangkapan Abu Zee (Pimpinan JAD Bekasi). Kmudian, Abu Zee dalam pemeriksaan menyebutkan bahwa dia juga sudah melakukan rekrutmen kepada 8 orang. Termasuk di 2 orang sudah ditangkap," terang Brigjen Dedi.
Abu Zee merupakan pimpinan kelompok JAD Bekasi yang sudah ditangkap polisi, 23 September 2019 lalu. Abu Rara dan Abu Zee baru sekali bertemu. Mereka juga sempat berkomunikasi lewat media sosial. "Hanya sekali berkomunikasi, terus dia (Abu Rara) pergi ke Kampung Menes. Tapi, di Menes belum ditemukan adanya persiapan ataupun bukti secara otentik perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Abu Rara," katanya.
Disebutkan, kelompok teroris punya beberapa tahapan sebelum beraksi. Tahap pertama, perencanaan dan membangun komunikasi. Setelah itu, ada tokoh yang melakukan rekruitmen, dilanjutkan dengan taklim untuk menyampaikan ajaran-ajaran, doktrin-doktrin, termasuk cara-cara berjihad.
"Setelah itu, lebih khusus lagi mereka akan melakukan ta'lim khusus kepada orang-orang yang sudah mengikuti tahapan tahapan, khususnya menggunakan media sosial." Lalu, kelompok tersebut akan melakukan pelatihan, setelah ada penilaian dari tokoh itu terhadap rekrutmen yang dianggap sudah punya kemauan cukup kuat untuk bergabung. Setelah pelatihan, barulah mereka merencanakan amaliah atau aksi.
"Barulah di tahap keempat dan kelima, Polri dengan menggunakan bukti-bukti permulaan yang cukup, bisa melakukan (penangkapan). Jadi, sebelum pada langkah keempat dan kelima, kita sifatnya masih melakukan monitoring,” kata Brigjen Dedi.
"Ini (Abu Rara) masih tahap ketiga. Artinya, berjaga-jaga sudah kita lihat, taklim umum sudah kita lihat, taklim khusus sudah kita pantau. Tapi, belum ada perbuatan melawan hukum di situ terjadi. Dia tidak melakukan idad (pelatihan). Abu Rara ini baru sekali bersentuhan dengan Abu Zee," imbuhnya.
Sementara itu, istri Abu Rara, Fitria Andriana, sempat marah-marah kepada Kapolsek Menes, Kompol Dariyanto, yang mengamankan Wiranto saat terjadi penyerangan di Alun-alun Menes, Kamis siang. Kemudian, Fitria ini yang diduga menusuk Kompol Dariyanto hingga terluka.
Menurut Kompol Dariyanto, Fitria sempat marah kepada aparat yang mengamankan Wiranto. Namun, Fitria akhirnya diamankan warga yang ada di lokasi. "Bukan bohong saya, sangat perlawanan. Saya nggak merasa (ditusuk), setelah itu ngocor darah, saya ke samping, akhirnya dia (Fitria) nuding-nuding aparat. Kemudian, dengan dibantu masyarakat, ditangkaplah dia," ungkap Kompol Dariyanto di Rumah Sakit Sari Asih, Serang, Banten, Jumat kemarin.
Kompol Dariyanto sendiri mengalami luka di punggung dan tangan. Dia sempat berjalan sekitar 500 meter ke Puskesmas terdekat, begitu terkena tusukan. Kompol Dariyanto mendapat beberapa jahitan atas luka di punggungnya.
Dalam serangan siang itu, Menko Polhukam Wiranto ditusuk oleh Abu Rara, sementara Kompol Dariyanti ditusuk oleh Fitria. Kompol Dariyanto menceritakan, begitu Wiranto ditusuk, tiba-tiba dari arah belakang ada seorang berjilbab yang menusuk dirinya. Perempuan berjilbab itu adalah Fitria.
Istri Abu Rara itu menyerang Kompol Dariyanto menggunakan pisau yang disembunyikan di balik kainnya. "Saya berbalik arah, akhirnya yang berpakaian jilbab menyerang saya. Saat itu, saya nggak tahu, karena pisaunya tertutup kain, dia menghantam saya," katanya.
Kompol Dariyanto sempat membuat perempuan ini terjatuh. Namun, Fitria masih melakukan perlawanan dan menuding-nuding dirinya. Setelah itu, Fitria langsung diamankan petugas. "Dia jatuh, masih nuding-nuding, akhirnya masyarakat tahu, intel kan turun semua." *
Karo Penmas Divisi Humas Mabes Polri, Brigjen Dedi Prasetyo, menyatakan Densus 88 Antiteror sudah menangkap beberapa orang di sejumlah daerah, sejak Maret 2019 lalu. Termasuk 2 terduga teroris yang ditangkap di Bali. Menurut Brigjen Dedi, 2 terduga teroris yang ditangkap di Bali ini adalah bapak dan anaknya, masing-masing berinisial NK dan JA.
"Di Bali ada 2 orang ditangkap, yakni NK dan anaknya, JA. Mereka sudah membuat rencana serangan di Pulau Dewata. Mereka mempersiapkan amaliyah di wilayah Bali," sebut Brigjen Dedi dalam jumpa pers di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (11/10).
Hanya saja, Brigjen Dedi tidak menyebut secara spesifik kapan penangkapan 2 terduga teroris di Bali ini. Juga tidak dirinci di mana persisnya terduga teroris bapak-anak tersebut ditangkap. Yang jelas, penangkapan itu dilakukan tidak berselang lama dengan penangkapan terduga teroris di Bandung (Jawa Barat) dan Manado (Sulawesi Utara).
Terduga teroris yang ditangkap di Bandung berinisiap WD, sementara yang di Madano berinisial JS. Mereka memiliki keterkaitan dengan pimpinan JAD Bekasi, Fazri Pahlawan alias Abu Zee, yang ditangkap 23 September 2019 lalu bersama 8 orang lainnya di Bekasi dan Cilincing (Jakarta).
Kabid Humas Polda Bali, Kombes Hengky Widjaja, juga mengakui ada penangkapan 2 terduga teroris di Pulau Dewata. Hanya saja, Kombes Hengky belum menjelaskan detail jaringan kedua terduga teroris itu. Dia juga belum menyebut apakah keduanya memiliki keterkaitan dengan Abu Rara atau tidak. "Sedang dilakukan pendalaman pemeriksaan," ungkap Kombes Hengky secara terpisah di Denpasar, Jumat kemarin.
Sementara, Syahril Alamsyah alias Abu Rara, ‘teroris’ jaringan JAD yang nekat tusukWiranto di Alun-alun Menes, mengaku tidak tahu kalau yang ditusuk adalah Menko Polhukam. Pengakuan itu disampaikan Abu Rara kepada penyidik, seba-gaimana diungkapkan Karo Penmas Divisi Humas Mabes Polri, Brigjen Dedi Prasetyo, di Jakarta, Jumat kemarin.
"Dia (Abu Rara) menyampaikan kepada penyidik, 'ada kapal.' Helikopter itu kapal. 'Nggak tahu itu siapa, tapi itu sasaran kita.' Langsung secara spontan menuju ke alun-alun," papar Brigjen Dedi dilansir detikcom.
Begitu melihat ada helikopter, Abu Rara pun berbagi tugas penusukan dengan istrinya, Fitri Diana, 21. Abu Rara akan menyerang pejabat yang ternyata adalah Menko Polhukam. Sedangkan istrinya diperintahkan untuk menyerang polisi yang posisinya terdekat.
Kemudian, Abu Rara langsung menusuk Wiranto. Sedangkan istrinya, Fitria Diana, diduga menusuk Kapolsek Menes, Kompol Dariyanto, yang memang berada di dekat Wiranto. "Ketika kejadian spontan itu, serangan langsung kepada beliau (Wiranto), sementara istrinya serang Kapolsek," ujar Brigjen Dedi.
Serangan itu spontan itu dilakukan karena ada framing sasaran 'amaliyah' adalah thogut, yakni lembaga pemerintah atau polisi. Maka, ketika ada momentum kedatangan Wiranto yang kemudian ramai dikerubuti warga, Abu Rara melakukan se-rangan.
Abu Rara nekat serang Wiranto, karena dendam atas penangakan bosnya, Pimpinan JAD Bekasi (Jawa Barat), Fazri Pahlawan alias Abu Zee Ghuroba, 23 September 2019 lalu. Abu Rara pun mengajak istrinya, Fitria Adriana, untuk melakukan amaliyah. "Baru dua hari ini sebetulnya Abu Rara merasa takut, stres, dan tertekan setelah mendengar ketuanya tertangkap,” ungkap Brigjen Dedi.
Abu Rara disebut takut akan ditangkap polisi, menyusul adanya penangkapan jaringan teroris dari kelompoknya. "Maka, dia bilang ke istrinya, 'Kita harus melakukan persiapan, kita melakukan amaliyah'," katanya.
Menurut Brigjen Dedi, kepolisian sebenarnya sudah memantau Abu Rara sebelum terjadi insiden penusukan terhadap Wiranto. Namun, polisi tidak bisa langsung menangkap Abu Rara, sebelum ada perbuatan melawan hukum. "Abu Rara memang sudah diikuti, dari penangkapan Abu Zee (Pimpinan JAD Bekasi). Kmudian, Abu Zee dalam pemeriksaan menyebutkan bahwa dia juga sudah melakukan rekrutmen kepada 8 orang. Termasuk di 2 orang sudah ditangkap," terang Brigjen Dedi.
Abu Zee merupakan pimpinan kelompok JAD Bekasi yang sudah ditangkap polisi, 23 September 2019 lalu. Abu Rara dan Abu Zee baru sekali bertemu. Mereka juga sempat berkomunikasi lewat media sosial. "Hanya sekali berkomunikasi, terus dia (Abu Rara) pergi ke Kampung Menes. Tapi, di Menes belum ditemukan adanya persiapan ataupun bukti secara otentik perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Abu Rara," katanya.
Disebutkan, kelompok teroris punya beberapa tahapan sebelum beraksi. Tahap pertama, perencanaan dan membangun komunikasi. Setelah itu, ada tokoh yang melakukan rekruitmen, dilanjutkan dengan taklim untuk menyampaikan ajaran-ajaran, doktrin-doktrin, termasuk cara-cara berjihad.
"Setelah itu, lebih khusus lagi mereka akan melakukan ta'lim khusus kepada orang-orang yang sudah mengikuti tahapan tahapan, khususnya menggunakan media sosial." Lalu, kelompok tersebut akan melakukan pelatihan, setelah ada penilaian dari tokoh itu terhadap rekrutmen yang dianggap sudah punya kemauan cukup kuat untuk bergabung. Setelah pelatihan, barulah mereka merencanakan amaliah atau aksi.
"Barulah di tahap keempat dan kelima, Polri dengan menggunakan bukti-bukti permulaan yang cukup, bisa melakukan (penangkapan). Jadi, sebelum pada langkah keempat dan kelima, kita sifatnya masih melakukan monitoring,” kata Brigjen Dedi.
"Ini (Abu Rara) masih tahap ketiga. Artinya, berjaga-jaga sudah kita lihat, taklim umum sudah kita lihat, taklim khusus sudah kita pantau. Tapi, belum ada perbuatan melawan hukum di situ terjadi. Dia tidak melakukan idad (pelatihan). Abu Rara ini baru sekali bersentuhan dengan Abu Zee," imbuhnya.
Sementara itu, istri Abu Rara, Fitria Andriana, sempat marah-marah kepada Kapolsek Menes, Kompol Dariyanto, yang mengamankan Wiranto saat terjadi penyerangan di Alun-alun Menes, Kamis siang. Kemudian, Fitria ini yang diduga menusuk Kompol Dariyanto hingga terluka.
Menurut Kompol Dariyanto, Fitria sempat marah kepada aparat yang mengamankan Wiranto. Namun, Fitria akhirnya diamankan warga yang ada di lokasi. "Bukan bohong saya, sangat perlawanan. Saya nggak merasa (ditusuk), setelah itu ngocor darah, saya ke samping, akhirnya dia (Fitria) nuding-nuding aparat. Kemudian, dengan dibantu masyarakat, ditangkaplah dia," ungkap Kompol Dariyanto di Rumah Sakit Sari Asih, Serang, Banten, Jumat kemarin.
Kompol Dariyanto sendiri mengalami luka di punggung dan tangan. Dia sempat berjalan sekitar 500 meter ke Puskesmas terdekat, begitu terkena tusukan. Kompol Dariyanto mendapat beberapa jahitan atas luka di punggungnya.
Dalam serangan siang itu, Menko Polhukam Wiranto ditusuk oleh Abu Rara, sementara Kompol Dariyanti ditusuk oleh Fitria. Kompol Dariyanto menceritakan, begitu Wiranto ditusuk, tiba-tiba dari arah belakang ada seorang berjilbab yang menusuk dirinya. Perempuan berjilbab itu adalah Fitria.
Istri Abu Rara itu menyerang Kompol Dariyanto menggunakan pisau yang disembunyikan di balik kainnya. "Saya berbalik arah, akhirnya yang berpakaian jilbab menyerang saya. Saat itu, saya nggak tahu, karena pisaunya tertutup kain, dia menghantam saya," katanya.
Kompol Dariyanto sempat membuat perempuan ini terjatuh. Namun, Fitria masih melakukan perlawanan dan menuding-nuding dirinya. Setelah itu, Fitria langsung diamankan petugas. "Dia jatuh, masih nuding-nuding, akhirnya masyarakat tahu, intel kan turun semua." *
1
Komentar