Pulang dari Setrum Ikan, Jatuh ke Jurang, Tewas
Seorang warga Banjar Umaanyar, Desa Karyasari, Kecamatan Pupuan, Tabanan, Wayan Regen, 33, jatuh ke jurang sedalam sekitar 25 meter hingga tewas pada Sabtu (12/10) sekitar pukul 03.00 Wita.
TABANAN, NusaBali
Korban jatuh ke jurang di sebelah timur Pura Jatiluwih masuk Banjar Sarinbuana, Desa Wanagiri, Kecamatan Selemadeg, Tabanan, saat perjalanan pulang dari nyetrum ikan bersama tiga orang rekannya.
Tiga orang teman korban yang bersama-sama nyetrum ikan adalah, I Ketut Darmanadi, Nengah Riana, dan Wiradana, yang sama-sama warga dari Desa Karyasari, Kecamatan Pupuan, Tabanan.
Awal mula kematian tragis korban Wayan Regen yang masih bujang di usia 33 tahun ini, pada Jumat (11/10) sekitar pukul 19.00 Wita, dia bersama tiga rekannya berencana nyetrum ikan di sungai sekitaran lokasi kejadian. Karena tidak mendapatkan ikan, pada Jumat malam sekitar pukul 22.00 Wita mereka memutuskan pulang.
Namun hingga Sabtu (12/10) sekitar pukul 02.30 Wita mereka ini tidak menemukan jalan pulang (diduga tersesat, Red). Saat itu korban dan ketiga rekannya berjalan beriringan, posisi korban berjalan nomor 2 dari depan, berjarak sekitar 5 meter dari rekannya. Sekitar pukul 03.00 Wita saat mereka ini kebingungan mencari jalan pulang, saksi Nengah Riana dan Wiradana mendengar suara seperti batu jatuh. Dan setelah dihampiri ternyata korban Wayan Regen hilang dan dilihat telah jatuh ke jurang.
Ketiga rekan korban ini pun mengecek ke dalam jurang yang dalamnya sekitar 25 meter. Saat di lokasi ditemukan Wayan Regen sudah tergeletak bersimbah darah dengan posisi menengadah. Tiga rekan korban pun panik dan langsung mencari pertolongan. Mereka sempat melapor ke Polsek Pupuan. Namun karena wilayah masuk Polsek Selemadeg,mereka diarahkan melapor ke Polsek Selemadeg.
Kapolsek Selemadeg AKP I Made Budi Astawa ketika dikonfirmasi mengatakan pihaknya mendapat laporan dari warga pada Sabtu pagi. Setelah mendapat laporan bersama dengan anggota langsung meluncur ke lokasi kejadian. Berbarengan dengan itu turut dihubungi instansi terkait mulai dari Puskesmas Selemadeg, Basarnas Provinsi Bali, SAR Polda Bali, BPBD Tabanan, dan Polres Tabanan. “Evakuasi kami mulai pada Sabtu kemarin pukul 12.30 hingga pukul 17.30 Wita,” ungkapnya.
Diakui proses evakuasi memang memerlukan waktu lama. Selain akses menuju lokasi kejadian harus melintasi hutan, medan evakuasi juga berat. Sebab lokasinya tepat di sebelah timur atau berjarak 1 kilometer dari Pura Jatiluwih Banjar Saribuana, Desa Wanagiri, Kecamatan Selemadeg.
AKP Budi Astawa menerangkan proses evakuasi korban menggunakan cara gotong royong. Terlebih dahulu dilempar tali, dimana anggota Polsek Selemadeg, Basarnas, dan beberapa warga telah menunggu di dasar jurang. Jenazah korban diikat dengan tali lalu dikerek naik dibawa ke dataran. Setelah di dataran, baru korban ditandu menuju mobil ambulans yang telah menunggu di sisi jalan. “Kami lakukan evakuasi bersama warga, Basarnas, BPBD Tabanan, dan relawan RAPI,” bebernya.
Hingga Sabtu malam kemarin jenazah korban masih berada di BRSUD Tabanan, dan sudah dilakukan pembersihan. Terungkap kondisi jenazah korban diduga mengalami patah leher, pecah kepala, dan sejumlah luka lecet di tangan kanan. “Kepalanya pecah itu karena tempat dia (korban) jatuh tepat di atas batu dan posisinya menengadah,” tutur AKP Budi Astawa.
Ditambahkannya, korban masih bujang kesehariannya bekerja sebagai petani. “Korban jatuh saat hendak balik pulang bersama rekannya. Mereka belum dapat ikan,” tandas AKP Budi Astawa. *des
Tiga orang teman korban yang bersama-sama nyetrum ikan adalah, I Ketut Darmanadi, Nengah Riana, dan Wiradana, yang sama-sama warga dari Desa Karyasari, Kecamatan Pupuan, Tabanan.
Awal mula kematian tragis korban Wayan Regen yang masih bujang di usia 33 tahun ini, pada Jumat (11/10) sekitar pukul 19.00 Wita, dia bersama tiga rekannya berencana nyetrum ikan di sungai sekitaran lokasi kejadian. Karena tidak mendapatkan ikan, pada Jumat malam sekitar pukul 22.00 Wita mereka memutuskan pulang.
Namun hingga Sabtu (12/10) sekitar pukul 02.30 Wita mereka ini tidak menemukan jalan pulang (diduga tersesat, Red). Saat itu korban dan ketiga rekannya berjalan beriringan, posisi korban berjalan nomor 2 dari depan, berjarak sekitar 5 meter dari rekannya. Sekitar pukul 03.00 Wita saat mereka ini kebingungan mencari jalan pulang, saksi Nengah Riana dan Wiradana mendengar suara seperti batu jatuh. Dan setelah dihampiri ternyata korban Wayan Regen hilang dan dilihat telah jatuh ke jurang.
Ketiga rekan korban ini pun mengecek ke dalam jurang yang dalamnya sekitar 25 meter. Saat di lokasi ditemukan Wayan Regen sudah tergeletak bersimbah darah dengan posisi menengadah. Tiga rekan korban pun panik dan langsung mencari pertolongan. Mereka sempat melapor ke Polsek Pupuan. Namun karena wilayah masuk Polsek Selemadeg,mereka diarahkan melapor ke Polsek Selemadeg.
Kapolsek Selemadeg AKP I Made Budi Astawa ketika dikonfirmasi mengatakan pihaknya mendapat laporan dari warga pada Sabtu pagi. Setelah mendapat laporan bersama dengan anggota langsung meluncur ke lokasi kejadian. Berbarengan dengan itu turut dihubungi instansi terkait mulai dari Puskesmas Selemadeg, Basarnas Provinsi Bali, SAR Polda Bali, BPBD Tabanan, dan Polres Tabanan. “Evakuasi kami mulai pada Sabtu kemarin pukul 12.30 hingga pukul 17.30 Wita,” ungkapnya.
Diakui proses evakuasi memang memerlukan waktu lama. Selain akses menuju lokasi kejadian harus melintasi hutan, medan evakuasi juga berat. Sebab lokasinya tepat di sebelah timur atau berjarak 1 kilometer dari Pura Jatiluwih Banjar Saribuana, Desa Wanagiri, Kecamatan Selemadeg.
AKP Budi Astawa menerangkan proses evakuasi korban menggunakan cara gotong royong. Terlebih dahulu dilempar tali, dimana anggota Polsek Selemadeg, Basarnas, dan beberapa warga telah menunggu di dasar jurang. Jenazah korban diikat dengan tali lalu dikerek naik dibawa ke dataran. Setelah di dataran, baru korban ditandu menuju mobil ambulans yang telah menunggu di sisi jalan. “Kami lakukan evakuasi bersama warga, Basarnas, BPBD Tabanan, dan relawan RAPI,” bebernya.
Hingga Sabtu malam kemarin jenazah korban masih berada di BRSUD Tabanan, dan sudah dilakukan pembersihan. Terungkap kondisi jenazah korban diduga mengalami patah leher, pecah kepala, dan sejumlah luka lecet di tangan kanan. “Kepalanya pecah itu karena tempat dia (korban) jatuh tepat di atas batu dan posisinya menengadah,” tutur AKP Budi Astawa.
Ditambahkannya, korban masih bujang kesehariannya bekerja sebagai petani. “Korban jatuh saat hendak balik pulang bersama rekannya. Mereka belum dapat ikan,” tandas AKP Budi Astawa. *des
Komentar