Teroris di Bali Sudah Dipantau 5 Bulan
Agenda Kegiatan Pimpinan Dewan Mendapatkan Atensi dari Polda Bali
Dua terduga teroris bapak-anak yang ditangkap di Bali, AT dan ZAI, diketahui punya grup Medsos ‘Menanti Imam Al-Mahdi’
DENPASAR, NusaBali
Dua terduga teroris yang ditangkap di Bali yakni AT dan anaknya, ZAI, sudah selama 5 bulan dipantau Densus 88 Antiteror dan Satuan Tugas Counter Transnational and Organized Crime (Satgas CTOC) Polda Bali, sebelum kemudian dilakukan penangkapan. Terungkap, dua terduga teroris ini memiliki grup media sosial (Medsos) ‘Menanti Imam Al-Mahdi’ dan intens berkomunikasi dengan anggotanya.
Hal ini diungkapkan Kapolda Bali, Irjen Pol Dr Petrus Reinhard Golose, saat di-konfirmasi NusaBali di Denpasar, Minggu (13/10) malam. "Mereka ini (AT dan ZAI) punya media sosial juga bernama ‘Menanti Imam Al-Mahdi’. Yang komunikasi di Medsos itu saya katakan cyber terorism,” papar Kapolda Petrus Golose.
Sebenarnya, kata Petrus Golose, tidak salah orang bikin grup Medsos. “Tapi, beruhubung ada pergerakan, maka preventif straight perlu dilakukan. Kita cegah mereka sebelum melakukan kegiatan," lanjut Petrus Golose menyebut alasan kenapa AT dan ZAI akhirnya ditangkap.
Kedua terduga teroris ini, AT dan ZAI, ditangkap di Bali, Kamis (10/10) dinihari pukul 02.35 Wita, karena hendak melakukan aksi teror di Pulau Dewata. Dari tangan mereka, petugas Densus 88 mengamankan barang bukti berupa panah, airsoft gun, dan senjata sangkur yang diduga bertujuan untuk amaliyah di Bali.
Menurut Petrus Golose, AT dan ZAI merupakan satu jaringan dengan Abu Rara, teroris anggota JAD pelaku penusukan terhadap Menko Polhukam Jenderal TNI (Purn) Wiranto di Alun-alun Menes, Kabupaten Pandeglang, Banten, Kamis siang itu. Hari itu pula, sel jaringan AT dan ZAI ini mulai bergerak untuk melakukan tindakan teror. Karena terdeteksi mulai melakukan gerakan, maka terduga teroris bapak-anak itu ditangkap. Sebelumnya, selama 5 bulan, mereka terpantau aktif berkomunikasi di grup Medsos ‘Menanti Imam Al-Mahdi’.
Petrus Golose menyebutkan, selain melakukan teror, jaringan ini juga mengikuti perkembangan di Medsos. "Contohnya, saya sekarang diwawancara, nantinya dimonitor oleh mereka (jaringan AT dan ZAI, Red) melalui Medsos. Kemudian, mereka membuat counter. Ini yang harus diwaspadai dari Medsos," katanya.
Terkait adanya penangkapan dua terduga teroris di Bali, Petrus Golose mengaku sudah menginformasikan ke seluruh dunia bahwa Pulau Dewata aman. Tujuannya, agar wisatawan asing tetap berkunjung ke Bali.
Menurut Petrus Golose, tidak ada peningkatan pengamanan pasca penangkapan dua terduga teroris. Pasalnya, di Bali pengetatan pengamanan itu sudah dilakukan setiap hari, mengingat tiap jam wisatawan datang ke Pulau Dewata. "Yang ke Bali ini bukan cuma besok saja, tapi tiap hari wisatawan datang. Di Bali setiap hari siaga," tegas Jenderal Polisi Bintang Dua asal Manado, Sulawesi Utara yang bikin tiarap aksi premanisme di Pulau Dewata selama hampir 3 tahun bertugas sebagai Kapolda Bali sjak Desember 2016 ini.
Sementara itu, sisi keamanan Pimpinan DPRD Bali mulai dapat atensi dari pihak Polda Bali, pasca insisden penusukan Menko Polhukam Wiranto oleh tersangka teroris Abu Rara, Kamis lalu. Masalahnya, aksi menyerang pejabat diperkirakan akan menjadi modus baru jaringan teroris.
Wakil Ketua DPRD Bali dari Fraksi Golkar, Nyoman Sugawa Korry, menyatakan Pimpinan Dewan saat ini selalu dapat atensi dari Polda Bali terkait dengan agenda kegiatan mereka. "Kalau atensi dari pihak keamanan tentang kegiatan kita di level impinan memang ada. Namun, tidak sampai dilakukan pengamanan melekat atau dikawal secara fisik. Kita juga belum ada permintaaan untuk pengawalan seperti itu," ujar Sugawa Korry kepada NusaBali, Minggu kemarin.
Menurut Sugawa Korry, petugas keamanan menanyakan agenda kegiatan Pim-pinan Dewan, diperkirakan sebagai protap dari kepolisian dikaitkan dengan se-rangan teror terhadap pejabat negara. "Kami percayakan masalah keamanan kepada petugas kepolisian. Kami di DPRD Bali berharap situasi dan kondisi keamanan kondusif, tidak terjadi gangguan oleh aksi teror," jelas politisi senior asal Desa Banyuatis,Kecamatan Banjar, Buleleng yang juga Sekretaris DPD I Golkar Bali ini.
Paparan senada juga diungkapkan Wakil Ketua DPRD Bali dari Fraksi Demokrat, Tjokorda Gede Asmara Putra Sukawati alias Cok Asmara. Menurut Cok Asmara, sampai saat ini pihaknya tidak ada meminta pengamanan khusus secara fisik kepada polisi pasca penusukan terhadap Wiranto.
"Kalau was-was sih semua pasti was-was dengan kasus teror terhadap Menko Polhukam kemarin. Apalagi, di Bali ada ditangkap terduga teroris. Tetapi, kami sebagai Pimpinan Dewan tidak ada minta pengawalan khusus. Kalau nanti kepolisian memberikan pengamanan, tentu kami tidak masalah," tandas politisi Demokrat asal Puri Agung Ubud, Gianyar ini secara terpisah, Minggu kemarin.
Cok Asmara menyebutkan, sampai saat ini kondisi keamanan DPRD Bali dan kegiatan Pimpinan Dewan tidak ada gangguan. "Aman-aman saja sebenarnya, ti-dak ada gangguan. Mudah-mudahan kondisi aman seperti ini terjaga terus. Kami sepenuhnya serahkan kepada pihak kepolisian," harap Ketua DPC Demokrat Gianyar ini.
Di sisi lain, Wakil Bupati Jembrana Made Kembang Hartawan menyebut Guber-nur Bali Wayan Koster berencana melakukan sweeping secara serentak terhadap penduduk penduktang yang akan dilakukan serentak di seluruh Bali. Sekalian juga mengingatkan agar pemilik kos, kontrakan ataupun tempat-tempat yang bisa dijadikan tempat persembunyian, aktif menginformasikan keberadaan duktang yang menempati tempat mereka. “Kami masih menunggu perintah Pak Gubernur. Ada rencana sweeping serentak di seluruh Bali,” ujar Kembang Hartawan di Negara, Minggu kemarin.
Mamun, Gubernur Koster membantah tegas ada rencana seperti itu. "Nggak benar itu, nggak ada," ujar Gubernur Koster melalui pesan WhatsApp kepada NusaBali tadi malam. *pol,nat,ode
Hal ini diungkapkan Kapolda Bali, Irjen Pol Dr Petrus Reinhard Golose, saat di-konfirmasi NusaBali di Denpasar, Minggu (13/10) malam. "Mereka ini (AT dan ZAI) punya media sosial juga bernama ‘Menanti Imam Al-Mahdi’. Yang komunikasi di Medsos itu saya katakan cyber terorism,” papar Kapolda Petrus Golose.
Sebenarnya, kata Petrus Golose, tidak salah orang bikin grup Medsos. “Tapi, beruhubung ada pergerakan, maka preventif straight perlu dilakukan. Kita cegah mereka sebelum melakukan kegiatan," lanjut Petrus Golose menyebut alasan kenapa AT dan ZAI akhirnya ditangkap.
Kedua terduga teroris ini, AT dan ZAI, ditangkap di Bali, Kamis (10/10) dinihari pukul 02.35 Wita, karena hendak melakukan aksi teror di Pulau Dewata. Dari tangan mereka, petugas Densus 88 mengamankan barang bukti berupa panah, airsoft gun, dan senjata sangkur yang diduga bertujuan untuk amaliyah di Bali.
Menurut Petrus Golose, AT dan ZAI merupakan satu jaringan dengan Abu Rara, teroris anggota JAD pelaku penusukan terhadap Menko Polhukam Jenderal TNI (Purn) Wiranto di Alun-alun Menes, Kabupaten Pandeglang, Banten, Kamis siang itu. Hari itu pula, sel jaringan AT dan ZAI ini mulai bergerak untuk melakukan tindakan teror. Karena terdeteksi mulai melakukan gerakan, maka terduga teroris bapak-anak itu ditangkap. Sebelumnya, selama 5 bulan, mereka terpantau aktif berkomunikasi di grup Medsos ‘Menanti Imam Al-Mahdi’.
Petrus Golose menyebutkan, selain melakukan teror, jaringan ini juga mengikuti perkembangan di Medsos. "Contohnya, saya sekarang diwawancara, nantinya dimonitor oleh mereka (jaringan AT dan ZAI, Red) melalui Medsos. Kemudian, mereka membuat counter. Ini yang harus diwaspadai dari Medsos," katanya.
Terkait adanya penangkapan dua terduga teroris di Bali, Petrus Golose mengaku sudah menginformasikan ke seluruh dunia bahwa Pulau Dewata aman. Tujuannya, agar wisatawan asing tetap berkunjung ke Bali.
Menurut Petrus Golose, tidak ada peningkatan pengamanan pasca penangkapan dua terduga teroris. Pasalnya, di Bali pengetatan pengamanan itu sudah dilakukan setiap hari, mengingat tiap jam wisatawan datang ke Pulau Dewata. "Yang ke Bali ini bukan cuma besok saja, tapi tiap hari wisatawan datang. Di Bali setiap hari siaga," tegas Jenderal Polisi Bintang Dua asal Manado, Sulawesi Utara yang bikin tiarap aksi premanisme di Pulau Dewata selama hampir 3 tahun bertugas sebagai Kapolda Bali sjak Desember 2016 ini.
Sementara itu, sisi keamanan Pimpinan DPRD Bali mulai dapat atensi dari pihak Polda Bali, pasca insisden penusukan Menko Polhukam Wiranto oleh tersangka teroris Abu Rara, Kamis lalu. Masalahnya, aksi menyerang pejabat diperkirakan akan menjadi modus baru jaringan teroris.
Wakil Ketua DPRD Bali dari Fraksi Golkar, Nyoman Sugawa Korry, menyatakan Pimpinan Dewan saat ini selalu dapat atensi dari Polda Bali terkait dengan agenda kegiatan mereka. "Kalau atensi dari pihak keamanan tentang kegiatan kita di level impinan memang ada. Namun, tidak sampai dilakukan pengamanan melekat atau dikawal secara fisik. Kita juga belum ada permintaaan untuk pengawalan seperti itu," ujar Sugawa Korry kepada NusaBali, Minggu kemarin.
Menurut Sugawa Korry, petugas keamanan menanyakan agenda kegiatan Pim-pinan Dewan, diperkirakan sebagai protap dari kepolisian dikaitkan dengan se-rangan teror terhadap pejabat negara. "Kami percayakan masalah keamanan kepada petugas kepolisian. Kami di DPRD Bali berharap situasi dan kondisi keamanan kondusif, tidak terjadi gangguan oleh aksi teror," jelas politisi senior asal Desa Banyuatis,Kecamatan Banjar, Buleleng yang juga Sekretaris DPD I Golkar Bali ini.
Paparan senada juga diungkapkan Wakil Ketua DPRD Bali dari Fraksi Demokrat, Tjokorda Gede Asmara Putra Sukawati alias Cok Asmara. Menurut Cok Asmara, sampai saat ini pihaknya tidak ada meminta pengamanan khusus secara fisik kepada polisi pasca penusukan terhadap Wiranto.
"Kalau was-was sih semua pasti was-was dengan kasus teror terhadap Menko Polhukam kemarin. Apalagi, di Bali ada ditangkap terduga teroris. Tetapi, kami sebagai Pimpinan Dewan tidak ada minta pengawalan khusus. Kalau nanti kepolisian memberikan pengamanan, tentu kami tidak masalah," tandas politisi Demokrat asal Puri Agung Ubud, Gianyar ini secara terpisah, Minggu kemarin.
Cok Asmara menyebutkan, sampai saat ini kondisi keamanan DPRD Bali dan kegiatan Pimpinan Dewan tidak ada gangguan. "Aman-aman saja sebenarnya, ti-dak ada gangguan. Mudah-mudahan kondisi aman seperti ini terjaga terus. Kami sepenuhnya serahkan kepada pihak kepolisian," harap Ketua DPC Demokrat Gianyar ini.
Di sisi lain, Wakil Bupati Jembrana Made Kembang Hartawan menyebut Guber-nur Bali Wayan Koster berencana melakukan sweeping secara serentak terhadap penduduk penduktang yang akan dilakukan serentak di seluruh Bali. Sekalian juga mengingatkan agar pemilik kos, kontrakan ataupun tempat-tempat yang bisa dijadikan tempat persembunyian, aktif menginformasikan keberadaan duktang yang menempati tempat mereka. “Kami masih menunggu perintah Pak Gubernur. Ada rencana sweeping serentak di seluruh Bali,” ujar Kembang Hartawan di Negara, Minggu kemarin.
Mamun, Gubernur Koster membantah tegas ada rencana seperti itu. "Nggak benar itu, nggak ada," ujar Gubernur Koster melalui pesan WhatsApp kepada NusaBali tadi malam. *pol,nat,ode
Komentar