Penjualan Elektronik Masih Menjanjikan
Pasar online masih belum bisa menggantikan penjualan peralatan elektronik secara offline di Bali.
DENPASAR, NusaBali
Setelah empat tahun mengalami penurunan penjualan, pasar elektronik nasional diperkirakan mengalami pertumbuhan pada 2019. Optimisme ini pun ditangkap oleh para pengusaha elektrtonik di Bali yang selama 2019 terus membuka super store baru. Jika sebelumnya UFO Electronics, Bali Electronic Center menambah super store-nya di Denpasar, kali ini Bumi Mas Electronic ikut menyerbu Denpasar. Toko yang sebelumnya lebih dikenal di Tabanan ini secara resmi membuka gerai ketiganya pada Sabtu (12/10/2019) lalu. “Kami mau menjemput bola di Denpasar,” kata Richie Caesar Bumi, Direktur Grand Bumi Electronic & Furniture.
Diakui bahwa Denpasar dan Badung adalah pasar potensial, oleh karena itu pengusaha muda lulusan AS ini memilih lokasi Gatot Subroto Barat sebagai titik ‘jemput bolanya.’ “Pasar masih sangat terbuka luas, dan kami yakin kebutuhan berbagai produk elektronik masih tinggi,” ujarnya.
Menanggapi persaingan dengan pasar online, Richie pun mengaku tak khawatir. “Konsumen di Bali masih lebih suka melihat langsung peralatan elektronik yang ingin dibeli, jadi saya kira penjualan online tidak berdampak pada penjualan pasar elektronik di Bali,” ujarnya.
Hal senada diungkapkan oleh Kevin Andrian. Pria yang bertanggungjawab pada penjualan produk furniture pun menampik persaingan dengan pasar online. “Apalagi furniture, pembeli pasti ingin melihat langsung. Kan banyak kasus apa yang dilihat di gambar berbeda dengan yang dikirim. Ketika dikirim ternyata ukurannya kecil,” tangkis Kevin.
Tapi Ritchie pun mengaku selalu mengantisipasi perubahan perilaku konsumen. Disebutkan bahwa harga acapkali juga melihat bandrol pada penjualan online, sehingga harga yang ditawarkan tetap bersaing, bahkan bisa lebih murah. Untuk ke depannya, Ritchie pun tak alergi jika ikut bermain di pasar online.
Peta penjualan elektronik pada 2019 sendiri dinilai Branch Manager LG Denpasar, Sugito Puspo Aji, menjanjikan. “Sekarang harga lebih murah dengan berbagai fitur yang lebih baik,” kata Sugito. “Contohnya, TV 4K dulu masih sedikit, sekarang permintaan banyak sehingga produksi bisa lebih massal dan membuat harga lebih murah,” urainya.
Untuk penjualan di Bali pun, LG menargetkan angka Rp 20 miliar per bulan, dan Rp 1,5 miliar diyakini bisa diperoleh dari penjualan pada superstore Bumi Mas Electronic. “TV menjadi produk elektronik yang cukup tinggi permintaannya di Bali,” kata Sugito. Bahkan diakui bahwa event-event terkait klub sepakbola kebanggaan Pulau Dewata, Bali United, ikut mendongkrak penjualan TV dari pabrikan asal Korea Selatan tersebut. “Kalau Bali United mau bertanding, ngefek sama penjualan TV kami,” ungkap Sugito senang. *mao
Setelah empat tahun mengalami penurunan penjualan, pasar elektronik nasional diperkirakan mengalami pertumbuhan pada 2019. Optimisme ini pun ditangkap oleh para pengusaha elektrtonik di Bali yang selama 2019 terus membuka super store baru. Jika sebelumnya UFO Electronics, Bali Electronic Center menambah super store-nya di Denpasar, kali ini Bumi Mas Electronic ikut menyerbu Denpasar. Toko yang sebelumnya lebih dikenal di Tabanan ini secara resmi membuka gerai ketiganya pada Sabtu (12/10/2019) lalu. “Kami mau menjemput bola di Denpasar,” kata Richie Caesar Bumi, Direktur Grand Bumi Electronic & Furniture.
Diakui bahwa Denpasar dan Badung adalah pasar potensial, oleh karena itu pengusaha muda lulusan AS ini memilih lokasi Gatot Subroto Barat sebagai titik ‘jemput bolanya.’ “Pasar masih sangat terbuka luas, dan kami yakin kebutuhan berbagai produk elektronik masih tinggi,” ujarnya.
Menanggapi persaingan dengan pasar online, Richie pun mengaku tak khawatir. “Konsumen di Bali masih lebih suka melihat langsung peralatan elektronik yang ingin dibeli, jadi saya kira penjualan online tidak berdampak pada penjualan pasar elektronik di Bali,” ujarnya.
Hal senada diungkapkan oleh Kevin Andrian. Pria yang bertanggungjawab pada penjualan produk furniture pun menampik persaingan dengan pasar online. “Apalagi furniture, pembeli pasti ingin melihat langsung. Kan banyak kasus apa yang dilihat di gambar berbeda dengan yang dikirim. Ketika dikirim ternyata ukurannya kecil,” tangkis Kevin.
Tapi Ritchie pun mengaku selalu mengantisipasi perubahan perilaku konsumen. Disebutkan bahwa harga acapkali juga melihat bandrol pada penjualan online, sehingga harga yang ditawarkan tetap bersaing, bahkan bisa lebih murah. Untuk ke depannya, Ritchie pun tak alergi jika ikut bermain di pasar online.
Peta penjualan elektronik pada 2019 sendiri dinilai Branch Manager LG Denpasar, Sugito Puspo Aji, menjanjikan. “Sekarang harga lebih murah dengan berbagai fitur yang lebih baik,” kata Sugito. “Contohnya, TV 4K dulu masih sedikit, sekarang permintaan banyak sehingga produksi bisa lebih massal dan membuat harga lebih murah,” urainya.
Untuk penjualan di Bali pun, LG menargetkan angka Rp 20 miliar per bulan, dan Rp 1,5 miliar diyakini bisa diperoleh dari penjualan pada superstore Bumi Mas Electronic. “TV menjadi produk elektronik yang cukup tinggi permintaannya di Bali,” kata Sugito. Bahkan diakui bahwa event-event terkait klub sepakbola kebanggaan Pulau Dewata, Bali United, ikut mendongkrak penjualan TV dari pabrikan asal Korea Selatan tersebut. “Kalau Bali United mau bertanding, ngefek sama penjualan TV kami,” ungkap Sugito senang. *mao
1
Komentar