Polisi Buru Motor Korban
Pasca Temuan Mayat Pemuda asal Ubud di Pantai
Polisi belum mendeteksi keberadaan sepeda motor Honda Vario pink DK 6092 LI yang dipakai korban.
GIANYAR, NusaBali
Kematian Pande Mahayasa,24, yang mayatnya ditemukan di perbatasan Pantai Lebih, Desa Lebih - Pantai Siyut, Desa Tulikup, Kecamatan Gianyar, Gianyar, masih jadi teka-teki banyak warga. Keluarga korban asal Lingkungan/Banjar Taman Kaja, Kelurahan/Kecamatan Ubud ini juga masih syok sekaligus penasaran atas penyebab kematian korban.
Terlebih, sebelum pamitan dari rumah, kepada keluarganya, korban mengaku akan berangkat interview (wawancara) lamaran kerja ke Jakarta. Ditemui di rumah duka, Jalan Sandat, Nomor 4 Banjar, Banjar Taman Kaja Kelurahan/Kecamatan Ubud, Rabu (16/10), kakak kandung korban, Pande Brahma mengaku masih tidak percaya adiknya meninggal secara tragis. “Ini aneh, karena adik tiang (saya) termasuk orang yang tidak suka bepergian. Kok bisa terjadi (meningal) di Pantai Siyut, kami keluarga masih kepikiran,” ungkapnya.
Meski demikian, Pande Brahma mengatakan tidak ingin menduga-duga. Keluarga sepakat untuk menunggu hasil otopsi dan penyelidikan Polsek Kota Gianyar.
Pasca kejadian itu, katanya, orangtua korban, Pande Made Erawan dan istri, Lai Chiu Siong, lebih banyak menutup diri dalam kamar. “Bapak dan ibu sudah pasti syok dan kepikiran,” ungkapnya.
Bagaimana tidak kepikiran, korban Pande Mahayasa beberapa jam sebelum pamitan masih bersama-sama keluarga melakukan persembahyangan. Bahkan, korban ikut berfoto bersama orangtua, kakak, kakak ipar dan dua keponakannya berpakaian adat.
Kepada keluarganya, korban Pande Mahayasa juga membahas mengenai keberangkatannya ke Jakarta. Korban pada Minggu (13/10) malam akan mampir terlebih dahulu ke rumah kakak tertuanya di Denpasar. Baru kemudian diantar ke Bandara Ngurah Rai, oleh kakaknya. “Katanya, sepeda motor akan dititip di rumah kakak di Denpasar,” jelasnya.
Ternyata, korban Pande Mahayasa tidak pernah sampai di rumah kakaknya. Hingga kakak tertuanya menghubungi keluarganya di Ubud. “Kakak telepon ke rumah, jam segini kenapa dia (Pande Mahayasa, Red) belum juga sampai? Kami di rumah berinisiatif nelpon dia, sampai hubungi tiga kali, tidak diangkat,” jelasnya.
Malam itu juga, ibu korban mencoba mengecek dalam kamar dan ditemukan handphone (Hp) korban dalam kondisi masih dicharger. “Hpnya ternyata tertinggal di kamar. Mungkin dia lupa ambil, karena buru-buru,” jelasnya. Ketika itu, Pande Brahma mengaku sempat mengecek percakapan dalam Hp korban. “Saya lihat ada panggilan masuk dan ‘panggilan tak terjawab’ dari Buana Travel. Otomatis saat itu, saya pikir dia buru-buru sampai lupa Hpnya masih dicharger di rumah,” ujarnya.
Keluarga pun tidak bisa berbuat banyak saat itu dan memilih untuk berpikir positif. Hingga akhirnya pada Selasa (15/10) sore, Kelian Dinas Banjar Taman Kaja menghubunginya terkait temuan mayat di perbatasan Pantai Lebih-Pantai Siyut. “Pak Kelian nelpon, dapat informasi dari Babhin katanya ada temuan mayat atas nama Pande Mahayasa. Langsung semua kaget,” jelasnya.
Keluarga lantas mendatangi ruang jenazah RSUD Sanjiwani sebelum jenazah dikirim ke Forensik RSUP Sanglah Denpasar. Sementara ayah korban, Pande Made Erawan membuat laporan polisi di Mapolsek Kota Gianyar. “Saya sempat dimintai keterangan dan diberikan informasi. Katanya, jempol tangan kanan diikat pakai tali tas, memar di pelipis kanan dan bagian rahang juga katanya bergeser,” jelasnya. Sebelum pamitan, korban memang menggendong tas ransel di punggung.
Selama hidup, korban dikenal pendiam. Termasuk tidak pernah cerita jika mengalami suatu masalah. Apalagi soal pacar, korban di usia 24 tahun tidak pernah cerita. Dijelaskan, korban pada Agustus 2019 diwisuda dari Sekolah Tinggi Desain (STD) Bali, di Panjer, Denpasar. Setelah lulus, korban baru akan mencari-cari pekerjaan hingga menyatakan akan interview lamaran kerja ke Jakarta.
Korban Pande Mahayasa anak bungsu dari empat bersaudara. “Dia sempat berpesan ke nini (nenek) supaya jangan pergi sebelum dia lulus kuliah,” kenangnya. Terkait prosesi penguburan, pihak keluarga masih menunggu hasil otopsi. Dikonfirmasi terpisah, Kapolsek Kota Gianyar Kompol I Ketut Suastika mengaku masih memburu keberadaan sepeda motor korban. Hingga Rabu (16/10), polisi belum mendeteksi keberadaan sepeda motor Honda Vario pink DK 6092 LI yang dipakai korban. “Belum (belum ditemukan, red),” ujarnya. Dijelaskan pula, polisi melakukan penyisiran di sekitar Pantai Lebih, Pantai Siyut dan Pantai Padanggalak, Denpasar.
Sebelumnya diberitakan, Pande Mahayasa,24, ditemukan tewas tergeletak di perbatasan Pantai Lebih - Pantai Siyut, Gianyar, Selasa (15/10) sekitar pukul 15.00 Wita. Jasad korban ditemukan telungkup dengan wajah membusuk. Kepada keluarganya korban pamitan sejak Minggu (13/10) untuk interview pekerjaan ke Jakarta.*nvi
Terlebih, sebelum pamitan dari rumah, kepada keluarganya, korban mengaku akan berangkat interview (wawancara) lamaran kerja ke Jakarta. Ditemui di rumah duka, Jalan Sandat, Nomor 4 Banjar, Banjar Taman Kaja Kelurahan/Kecamatan Ubud, Rabu (16/10), kakak kandung korban, Pande Brahma mengaku masih tidak percaya adiknya meninggal secara tragis. “Ini aneh, karena adik tiang (saya) termasuk orang yang tidak suka bepergian. Kok bisa terjadi (meningal) di Pantai Siyut, kami keluarga masih kepikiran,” ungkapnya.
Meski demikian, Pande Brahma mengatakan tidak ingin menduga-duga. Keluarga sepakat untuk menunggu hasil otopsi dan penyelidikan Polsek Kota Gianyar.
Pasca kejadian itu, katanya, orangtua korban, Pande Made Erawan dan istri, Lai Chiu Siong, lebih banyak menutup diri dalam kamar. “Bapak dan ibu sudah pasti syok dan kepikiran,” ungkapnya.
Bagaimana tidak kepikiran, korban Pande Mahayasa beberapa jam sebelum pamitan masih bersama-sama keluarga melakukan persembahyangan. Bahkan, korban ikut berfoto bersama orangtua, kakak, kakak ipar dan dua keponakannya berpakaian adat.
Kepada keluarganya, korban Pande Mahayasa juga membahas mengenai keberangkatannya ke Jakarta. Korban pada Minggu (13/10) malam akan mampir terlebih dahulu ke rumah kakak tertuanya di Denpasar. Baru kemudian diantar ke Bandara Ngurah Rai, oleh kakaknya. “Katanya, sepeda motor akan dititip di rumah kakak di Denpasar,” jelasnya.
Ternyata, korban Pande Mahayasa tidak pernah sampai di rumah kakaknya. Hingga kakak tertuanya menghubungi keluarganya di Ubud. “Kakak telepon ke rumah, jam segini kenapa dia (Pande Mahayasa, Red) belum juga sampai? Kami di rumah berinisiatif nelpon dia, sampai hubungi tiga kali, tidak diangkat,” jelasnya.
Malam itu juga, ibu korban mencoba mengecek dalam kamar dan ditemukan handphone (Hp) korban dalam kondisi masih dicharger. “Hpnya ternyata tertinggal di kamar. Mungkin dia lupa ambil, karena buru-buru,” jelasnya. Ketika itu, Pande Brahma mengaku sempat mengecek percakapan dalam Hp korban. “Saya lihat ada panggilan masuk dan ‘panggilan tak terjawab’ dari Buana Travel. Otomatis saat itu, saya pikir dia buru-buru sampai lupa Hpnya masih dicharger di rumah,” ujarnya.
Keluarga pun tidak bisa berbuat banyak saat itu dan memilih untuk berpikir positif. Hingga akhirnya pada Selasa (15/10) sore, Kelian Dinas Banjar Taman Kaja menghubunginya terkait temuan mayat di perbatasan Pantai Lebih-Pantai Siyut. “Pak Kelian nelpon, dapat informasi dari Babhin katanya ada temuan mayat atas nama Pande Mahayasa. Langsung semua kaget,” jelasnya.
Keluarga lantas mendatangi ruang jenazah RSUD Sanjiwani sebelum jenazah dikirim ke Forensik RSUP Sanglah Denpasar. Sementara ayah korban, Pande Made Erawan membuat laporan polisi di Mapolsek Kota Gianyar. “Saya sempat dimintai keterangan dan diberikan informasi. Katanya, jempol tangan kanan diikat pakai tali tas, memar di pelipis kanan dan bagian rahang juga katanya bergeser,” jelasnya. Sebelum pamitan, korban memang menggendong tas ransel di punggung.
Selama hidup, korban dikenal pendiam. Termasuk tidak pernah cerita jika mengalami suatu masalah. Apalagi soal pacar, korban di usia 24 tahun tidak pernah cerita. Dijelaskan, korban pada Agustus 2019 diwisuda dari Sekolah Tinggi Desain (STD) Bali, di Panjer, Denpasar. Setelah lulus, korban baru akan mencari-cari pekerjaan hingga menyatakan akan interview lamaran kerja ke Jakarta.
Korban Pande Mahayasa anak bungsu dari empat bersaudara. “Dia sempat berpesan ke nini (nenek) supaya jangan pergi sebelum dia lulus kuliah,” kenangnya. Terkait prosesi penguburan, pihak keluarga masih menunggu hasil otopsi. Dikonfirmasi terpisah, Kapolsek Kota Gianyar Kompol I Ketut Suastika mengaku masih memburu keberadaan sepeda motor korban. Hingga Rabu (16/10), polisi belum mendeteksi keberadaan sepeda motor Honda Vario pink DK 6092 LI yang dipakai korban. “Belum (belum ditemukan, red),” ujarnya. Dijelaskan pula, polisi melakukan penyisiran di sekitar Pantai Lebih, Pantai Siyut dan Pantai Padanggalak, Denpasar.
Sebelumnya diberitakan, Pande Mahayasa,24, ditemukan tewas tergeletak di perbatasan Pantai Lebih - Pantai Siyut, Gianyar, Selasa (15/10) sekitar pukul 15.00 Wita. Jasad korban ditemukan telungkup dengan wajah membusuk. Kepada keluarganya korban pamitan sejak Minggu (13/10) untuk interview pekerjaan ke Jakarta.*nvi
1
Komentar