Krisis Air, Komponen Pariwisata Deklarasi ‘Panca Kriyamana’ untuk Selamatkan Bali
Masyarakat pariwisata sepakat mendukung program pemerintah dalam upaya perlindungan sumber-sumber dan kelestarian air di Bali.
DENPASAR, NusaBali
Kesepakatan tersebut dicetuskan dalam bentuk Deklarasi Selamatkan Bali yang disebut Panca Kriyamana saat digelarnya Simposium ‘Menyelamatkan dan Menjaga Keberlangsungan Air Bali’ di Gedung Wiswa Sabha Kantor Gubernur Bali, Niti Mandala Denpasar, Kamis (17/10).
Deklarasi Panca Kriyamana ditandatangani para pimpinan stakeholder dan asosiasi industri kepariwisataan, seperti PHRI, GIPI, Asita, Indonesian Hotel General Manager Assosiation (IHGMA), Bali Villa Assosiation (BVA), Asosiasi SMK Pariwisata, Asperapi, Federasi Serikat Pekerja Pariwisata (FSP PAR), ITTA, BSWA, BWA, HFPA, ACE, HILLSI, IHKA, IFBEC, HPI, BHA, serta Paiketan Krama Bali.
Panca Kriyamana yang dideklarasikan kemarin, berisikan 5 poin. Pertama, berkomitmen mendukung program pemerintah dalam upaya perlindungan danau, mata air, sungai, dan laut untuk menjaga kelestarian alam sebagai sumber air Bali. Ke-dua, sepakat membuat biopori dan sumur resapan serta melakukan penanaman pohon kembali (reboisasi) pada daerah tertentu, untuk meningkatkan daya resap air dan menambah cadangan air bawah tanah.
Ketiga, menggunakan air dengan bijak dan efesien dalam kehidupan sehari-hari, serta membantu memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya pengelolaan air secara bertanggung jawab. Keempat, mengurangi penggunaan air ba-wah tanah (ABT) dengan bijak dan bertanggung jawab, sesuai daya dukung dan perizinan yang berlaku. Kelima, menyediakan/memasang sistem pengolahan limbah terpadu (Sewerage Treatment Plant) untuk mendaur ulang air limbah, sehingga dapat digunakan kembali.
Ketua Panitia Suksma Bali (selaku penyelenggara simposium ‘Menyelamatkan dan Menjaga Keberlangsungan Air Bali’), I Gusti Agung Ngurah Darma Suyasa, mengatakan Deklarasi Selamatkan Bali ini bukan hanya sekadar wacana, tetapi bisa dilaksanakan. Salah satunya, komitmen membuat sumur resapan (biopori) di hotel-hotel, sehingga air hujan tidak menggenang atau meluap dan hilang ke laut. Dengan biopori, air hujan meresap ke dalam tanah, berfungsi menambah cadangan air bawah tanah.
“Kita mulai yang kecil saja. Panca Kriyamana adalah lima langkah nyata menuju masa depan yang lebih baik,” ujar Darma Suyasa yang juga Wakil Ketua BPC PHRI Badung dan sekaligus jadi Pengurus IHGMA Bali.
Selain membuat biopori, kata Darma Suyasa, penting dilakukan reboisasi. Dia berharap nantinya ada formula yang mengukur kebutuhan air, serta equivalen dan jenis pohon yang bisa ditanam di tiap lokasi. “Hasil simposium ini akan dilaporkan ke Gubernur dan Wakil Gubernur Bali,” katanya.
Darma Suyasa berharap nantinya ada regulasi atau peraturan yang membantu pelaksanaan Deklarasi Panca Kriyamana lebih luas. Hal itu sebagai program Suksma Bali tahun sebelumnya tentang timbulan sampah plastik sekali pakai yang kemudian disusul dengan Peraturan Gubernur (Pergub) Bali tentang Pembatasan Timbulan Sampah Plastik Sekali Pakai.
Sementara itu, Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace) mengajak masyarakat untuk menyelamatkan dan menjaga keberlangsungan air di daerah setempat, dengan lebih serius menjaga lingkungan dan kelestarian alam. "Selain mengalami permasalahan kuantitas air, Provinsi Bali juga hadapi masalah semakin menurunnya kualitas air dan kemampuan keberlanjutan penyediaannya untuk masyarakat. Hal tersebut bisa dilihat dari berbagai pencemaran di tiga danau kita dan juga berbagai sungai di Bali," ujar Cok Ace saat membuka Simposium ‘Menyelamatkan dan Menjaga Keberlangsungan Air Bali’, Kamis kemarin.
Cok Ace menyebutkan, dari potensi sumber air yang mencapai 7,55 miliar meter kubik per tahun yang berasal dari empat danau, 1.323 mata air, 391 sungai, dan 8 cekungan air tanah (CAT), Provinsi Bali hanya mampu mengelola 3,16 miliar me-ter kubik per tahun untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat yang mencapai 3,72 miliar meter kubik per tahun. Walhasil, masih terjadi kekurangan kemampuan penyediaan.
Karena itu, segenap lapisan masyarakat diharapkan Cok Ace untuk serius menjaga lingkungan dan kelestarian alam Bali, demi keberlangsungan hidup generasi berikutnya. "Mari kita gelorakan gerakan untuk kebersihan, seperti Gerakan Bali Resik Sampah Plastik, Gerakan Danau Lestari (Gendari), Aksi Program Kali Bersih (Prokasi), Aksi Perlindungan Mata Air (Permata), dan sebagainya secara berkesinambungan," tandas tokoh pariwisata asal Puri Agung Ubud, Gianyar ini.
Sekadar dicatat, empat danau yang menjadi sumber air bagi Bali berada di tiga kabupaten. Pertama, Danau Batur di wilayah 6 desa bertetangga di Kecamatan Kintamani, Bangli, yakni Desa Songan A, Desa Songan B, Desa Kedisan, Desa Buahan, Desa Abang Batudinding, dan Desa Trunyan. Kedua, Danau Beratan di kawasan Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti, Tabanan. Ketiga, Danau Buyan di desa Pancasari, Kecamatan Sukasada, Buleleng. Keempat, Danau Tamblingan di Desa Munduk, Kecamatan Banjar, Buleleng. *k16
Kesepakatan tersebut dicetuskan dalam bentuk Deklarasi Selamatkan Bali yang disebut Panca Kriyamana saat digelarnya Simposium ‘Menyelamatkan dan Menjaga Keberlangsungan Air Bali’ di Gedung Wiswa Sabha Kantor Gubernur Bali, Niti Mandala Denpasar, Kamis (17/10).
Deklarasi Panca Kriyamana ditandatangani para pimpinan stakeholder dan asosiasi industri kepariwisataan, seperti PHRI, GIPI, Asita, Indonesian Hotel General Manager Assosiation (IHGMA), Bali Villa Assosiation (BVA), Asosiasi SMK Pariwisata, Asperapi, Federasi Serikat Pekerja Pariwisata (FSP PAR), ITTA, BSWA, BWA, HFPA, ACE, HILLSI, IHKA, IFBEC, HPI, BHA, serta Paiketan Krama Bali.
Panca Kriyamana yang dideklarasikan kemarin, berisikan 5 poin. Pertama, berkomitmen mendukung program pemerintah dalam upaya perlindungan danau, mata air, sungai, dan laut untuk menjaga kelestarian alam sebagai sumber air Bali. Ke-dua, sepakat membuat biopori dan sumur resapan serta melakukan penanaman pohon kembali (reboisasi) pada daerah tertentu, untuk meningkatkan daya resap air dan menambah cadangan air bawah tanah.
Ketiga, menggunakan air dengan bijak dan efesien dalam kehidupan sehari-hari, serta membantu memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya pengelolaan air secara bertanggung jawab. Keempat, mengurangi penggunaan air ba-wah tanah (ABT) dengan bijak dan bertanggung jawab, sesuai daya dukung dan perizinan yang berlaku. Kelima, menyediakan/memasang sistem pengolahan limbah terpadu (Sewerage Treatment Plant) untuk mendaur ulang air limbah, sehingga dapat digunakan kembali.
Ketua Panitia Suksma Bali (selaku penyelenggara simposium ‘Menyelamatkan dan Menjaga Keberlangsungan Air Bali’), I Gusti Agung Ngurah Darma Suyasa, mengatakan Deklarasi Selamatkan Bali ini bukan hanya sekadar wacana, tetapi bisa dilaksanakan. Salah satunya, komitmen membuat sumur resapan (biopori) di hotel-hotel, sehingga air hujan tidak menggenang atau meluap dan hilang ke laut. Dengan biopori, air hujan meresap ke dalam tanah, berfungsi menambah cadangan air bawah tanah.
“Kita mulai yang kecil saja. Panca Kriyamana adalah lima langkah nyata menuju masa depan yang lebih baik,” ujar Darma Suyasa yang juga Wakil Ketua BPC PHRI Badung dan sekaligus jadi Pengurus IHGMA Bali.
Selain membuat biopori, kata Darma Suyasa, penting dilakukan reboisasi. Dia berharap nantinya ada formula yang mengukur kebutuhan air, serta equivalen dan jenis pohon yang bisa ditanam di tiap lokasi. “Hasil simposium ini akan dilaporkan ke Gubernur dan Wakil Gubernur Bali,” katanya.
Darma Suyasa berharap nantinya ada regulasi atau peraturan yang membantu pelaksanaan Deklarasi Panca Kriyamana lebih luas. Hal itu sebagai program Suksma Bali tahun sebelumnya tentang timbulan sampah plastik sekali pakai yang kemudian disusul dengan Peraturan Gubernur (Pergub) Bali tentang Pembatasan Timbulan Sampah Plastik Sekali Pakai.
Sementara itu, Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace) mengajak masyarakat untuk menyelamatkan dan menjaga keberlangsungan air di daerah setempat, dengan lebih serius menjaga lingkungan dan kelestarian alam. "Selain mengalami permasalahan kuantitas air, Provinsi Bali juga hadapi masalah semakin menurunnya kualitas air dan kemampuan keberlanjutan penyediaannya untuk masyarakat. Hal tersebut bisa dilihat dari berbagai pencemaran di tiga danau kita dan juga berbagai sungai di Bali," ujar Cok Ace saat membuka Simposium ‘Menyelamatkan dan Menjaga Keberlangsungan Air Bali’, Kamis kemarin.
Cok Ace menyebutkan, dari potensi sumber air yang mencapai 7,55 miliar meter kubik per tahun yang berasal dari empat danau, 1.323 mata air, 391 sungai, dan 8 cekungan air tanah (CAT), Provinsi Bali hanya mampu mengelola 3,16 miliar me-ter kubik per tahun untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat yang mencapai 3,72 miliar meter kubik per tahun. Walhasil, masih terjadi kekurangan kemampuan penyediaan.
Karena itu, segenap lapisan masyarakat diharapkan Cok Ace untuk serius menjaga lingkungan dan kelestarian alam Bali, demi keberlangsungan hidup generasi berikutnya. "Mari kita gelorakan gerakan untuk kebersihan, seperti Gerakan Bali Resik Sampah Plastik, Gerakan Danau Lestari (Gendari), Aksi Program Kali Bersih (Prokasi), Aksi Perlindungan Mata Air (Permata), dan sebagainya secara berkesinambungan," tandas tokoh pariwisata asal Puri Agung Ubud, Gianyar ini.
Sekadar dicatat, empat danau yang menjadi sumber air bagi Bali berada di tiga kabupaten. Pertama, Danau Batur di wilayah 6 desa bertetangga di Kecamatan Kintamani, Bangli, yakni Desa Songan A, Desa Songan B, Desa Kedisan, Desa Buahan, Desa Abang Batudinding, dan Desa Trunyan. Kedua, Danau Beratan di kawasan Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti, Tabanan. Ketiga, Danau Buyan di desa Pancasari, Kecamatan Sukasada, Buleleng. Keempat, Danau Tamblingan di Desa Munduk, Kecamatan Banjar, Buleleng. *k16
1
Komentar