Perajin Korban Kebakaran di PKB Teriak
“Kita dianggap angin lalu oleh pemerintah, sedangkan saat penutupan PKB digelar dengan mewah dan meriah, tapi kami seperti tidak dipedulikan tidak ada perhatian bagi kami”
Minta Pemprov Bali Tak Lepas Tangan
DENPASAR, NusaBali
Para perajin yang menjadi korban kebakaran stand Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-38 di areal Taman Budaya Bali, pada 1 Juli 2016 dini hari, teriak kepada pemerintah agar ikut membantu dari segi permodalan sehingga mereka bisa kembali melanjutkan usaha.
Salah satu korban kebakaran, Bagus Arya Kusuma, 41, pemilik stand Padma Medical Usadha yaitu tempat penjualan produk Spa Bali mengaku kecewa dengan Pemprov Bali dalam hal ini Dinas Perdagangan dan Dinas Kebudayaan yang dianggap lepas tangan karena tidak ada komunikasi lagi pasca kebakaran. Padahal kata dia, para perajin harus diseleksi ketat ketika ikut berpameran dan membayar stand sebesar Rp 5 juta.
"Kita dianggap angin lalu oleh pemerintah, sedangkan saat penutupan PKB digelar dengan mewah dan meriah, tapi kami seperti tidak dipedulikan tidak ada perhatian bagi kami," keluh Bagus Arya Kusuma, asal Banjar Sakenan, Desa Delod Peken, Tabanan kepada NusaBali, Rabu (13/7).
Bagus Arya yang mengaku mengalami kerugian hingga puluhan juta berharap Pemprov Bali memberikan konpensasi atau ganti rugi meski tidak seluruhnya, karena kebakaran ini bukan kesalahan dari para perajin yang menyewa stand. “Walaupun di media, gubernur sempat mengatakan tidak ada asuransi tapi minimal ada perhatian dari panitia. Misalnya, bantuan permodalan sehingga bisa meringankan kami sebagai perajin kecil. Ya, minimal ada pengembalian sewa stand yang sudah kami bayarkan,” kata Bagus Arya yang juga mengusulkan pada PKB tahun depan para perajin korban kebakaran ini diproritaskan dapat stand tanpa diseleksi lagi dan digratiskan. “Setidaknya kami bisa semangat lagi untuk berusaha," imbuhnya, mewakili para perajin lainnya yang terkena musibah.
Hal yang sama juga diungkapkan, I Wayan Sugita, tukang ukir sekaligus penjual patung yang ikut menjadi korban amukan si jago merah. Ketika ditemui NusaBali di rumahnya di Banjar Puseh, Desa Batubulan Kanginan, Sukawati, Ginyar, Rabu (13/7), Sugita mengaku dirinya belum pernah dihubungi oleh Pemprov Bali hingga PKB berakhir. "Kami dengan teman-teman sebelumnya hanya diminta mengumpulkan data diri dan jumlah kerugian saja. Setelah itu, tidak ada dihubungi lagi sampai sekarang, hingga berakhir PKB," kata Sugita yang mengaku mengalami kerugian sekitar Rp 150 juta karena puluhan patung karyanya hangus terbakar. Kini ia pun hanya mengandalkan sisa kayu dari modalnya dulu. Ia mengaku uang yang dipakai modal merupakan pinjamnya dari bank. "Saya sekarang sudah tidak punya modal, ini juga hanya sisa-sisa dari modal kemarin, saya sudah tidak mampu lagi mengembalikan modal kemarin. Cicilan masih, pemasukan tidak ada karena kebakaran kemarin, saya harap pemerintah mau membantu kami yang sudah tidak berdaya seperti ini," ucapnya sedih sembari mengatakan bebannya makin berat karena saat ini dirinya harus membiayani anaknya bersekolah. 7 cr63
DENPASAR, NusaBali
Para perajin yang menjadi korban kebakaran stand Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-38 di areal Taman Budaya Bali, pada 1 Juli 2016 dini hari, teriak kepada pemerintah agar ikut membantu dari segi permodalan sehingga mereka bisa kembali melanjutkan usaha.
Salah satu korban kebakaran, Bagus Arya Kusuma, 41, pemilik stand Padma Medical Usadha yaitu tempat penjualan produk Spa Bali mengaku kecewa dengan Pemprov Bali dalam hal ini Dinas Perdagangan dan Dinas Kebudayaan yang dianggap lepas tangan karena tidak ada komunikasi lagi pasca kebakaran. Padahal kata dia, para perajin harus diseleksi ketat ketika ikut berpameran dan membayar stand sebesar Rp 5 juta.
"Kita dianggap angin lalu oleh pemerintah, sedangkan saat penutupan PKB digelar dengan mewah dan meriah, tapi kami seperti tidak dipedulikan tidak ada perhatian bagi kami," keluh Bagus Arya Kusuma, asal Banjar Sakenan, Desa Delod Peken, Tabanan kepada NusaBali, Rabu (13/7).
Bagus Arya yang mengaku mengalami kerugian hingga puluhan juta berharap Pemprov Bali memberikan konpensasi atau ganti rugi meski tidak seluruhnya, karena kebakaran ini bukan kesalahan dari para perajin yang menyewa stand. “Walaupun di media, gubernur sempat mengatakan tidak ada asuransi tapi minimal ada perhatian dari panitia. Misalnya, bantuan permodalan sehingga bisa meringankan kami sebagai perajin kecil. Ya, minimal ada pengembalian sewa stand yang sudah kami bayarkan,” kata Bagus Arya yang juga mengusulkan pada PKB tahun depan para perajin korban kebakaran ini diproritaskan dapat stand tanpa diseleksi lagi dan digratiskan. “Setidaknya kami bisa semangat lagi untuk berusaha," imbuhnya, mewakili para perajin lainnya yang terkena musibah.
Hal yang sama juga diungkapkan, I Wayan Sugita, tukang ukir sekaligus penjual patung yang ikut menjadi korban amukan si jago merah. Ketika ditemui NusaBali di rumahnya di Banjar Puseh, Desa Batubulan Kanginan, Sukawati, Ginyar, Rabu (13/7), Sugita mengaku dirinya belum pernah dihubungi oleh Pemprov Bali hingga PKB berakhir. "Kami dengan teman-teman sebelumnya hanya diminta mengumpulkan data diri dan jumlah kerugian saja. Setelah itu, tidak ada dihubungi lagi sampai sekarang, hingga berakhir PKB," kata Sugita yang mengaku mengalami kerugian sekitar Rp 150 juta karena puluhan patung karyanya hangus terbakar. Kini ia pun hanya mengandalkan sisa kayu dari modalnya dulu. Ia mengaku uang yang dipakai modal merupakan pinjamnya dari bank. "Saya sekarang sudah tidak punya modal, ini juga hanya sisa-sisa dari modal kemarin, saya sudah tidak mampu lagi mengembalikan modal kemarin. Cicilan masih, pemasukan tidak ada karena kebakaran kemarin, saya harap pemerintah mau membantu kami yang sudah tidak berdaya seperti ini," ucapnya sedih sembari mengatakan bebannya makin berat karena saat ini dirinya harus membiayani anaknya bersekolah. 7 cr63
Komentar