Tekan Angka Stunting, Kader PKK Desa Dikuatkan
Pemkab Buleleng saat ini sedang konsen menekan angka stunting pada anak-anak yang masih dalam tahap pertumbuhan.
SINGARAJA, NusaBali
Puluhan anak di Kabupaten Buleleng yang terdata mengalami gangguan pertumbuhan pada masa keemasannya saat ini telah ditangani oleh dinas terkait. Upaya pencegahan pun digenjot dengan penguatan peran kader Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) di masing-masing desa.
Wakil Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Buleleng, Ayu Wardhany Sutjidra saat ditemui usai menjadi pemateri dalam Bimbingan Teknis (Bimtek) ‘Pendidikan Keluarga Dalam Rangka Penurunan Angka Stunting’ mengklaim saat ini angka stunting yang terjadi di Buleleng cenderung menurun dari tahun sebelumnya. Hanya saja hal itu tak menjadikan kader dan pemerintah bersantai diri tetapi terus fokus mengentaskannya.
Menurut istri Wakil Bupati Buleleng, I Nyoman Sutjidra, PKK sebenarnya memiliki 10 program pokok yang dibagi ke dalam empat kelompok kerja (pokja). Dalam empat pokja tersebut ada pokja yang mengurus tentang kesehatan. Selama ini, peningkatan kapasitas kader PKK mengenai kesehatan, khususnya stunting, telah diberikan dalam bentuk transfer pengetahuan. Selain itu, pemberdayaan masyarakat juga dilakukan melalui pelatihan pengetahuan tentang pola asuh anak. “Khususnya mengenai konsumsi yang diberikan kepada anak sehingga menciptakan generasi yang cerdas,” jelasnya.
PKK menurutnya juga memiliki peran penting dalam upaya meningkatkan penghasilan keluarga. Sehingga dengan penghasilan yang mencukupi, gizi anak-anak juga semakin terjaga. “Kader sangat berperan mentransfer ilmunya kepada masyarakat agar tidak ada lagi stunting di Buleleng,” ujar Ayu Wardhany Sutjidra.
Sementara itu, Kepala Seksi (Kasi) Pendampingan Pembelajaran Orangtua, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI, Suradi mengungkapkan, Bimtek dan sosialisasi ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang pola asuh anak. Utamanya pada saat 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Pola asuh pada 1.000 HPK ini tidak hanya berpengaruh pada anak saja melainkan bagi nusa dan bangsa juga di kemudian hari. “Karena pola asuh pada 1000 HPK ini akan membentuk intelektual anak-anak pada masa yang akan datang,” ungkapnya.
Sementara itu, Asisten Bidang Administrasi Umum Setda Buleleng, Gede Suyasa, mengatakan permasalahan stunting bukan hanya menjadi domain Dinas Kesehatan saja. Penanganan stunting juga menjadi domain dinas-dinas lain termasuk pemerintah desa. Ini dikarenakan yang mengetahui secara riil kondisi warganya adalah pemerintah desa. “Ini harus dilakukan dengan program-program yang ada di desa. Di dinas-dinas juga dipertimbangkan untuk ada tim penanganan stunting lintas sektoral,” tutupnya.*k23
Puluhan anak di Kabupaten Buleleng yang terdata mengalami gangguan pertumbuhan pada masa keemasannya saat ini telah ditangani oleh dinas terkait. Upaya pencegahan pun digenjot dengan penguatan peran kader Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) di masing-masing desa.
Wakil Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Buleleng, Ayu Wardhany Sutjidra saat ditemui usai menjadi pemateri dalam Bimbingan Teknis (Bimtek) ‘Pendidikan Keluarga Dalam Rangka Penurunan Angka Stunting’ mengklaim saat ini angka stunting yang terjadi di Buleleng cenderung menurun dari tahun sebelumnya. Hanya saja hal itu tak menjadikan kader dan pemerintah bersantai diri tetapi terus fokus mengentaskannya.
Menurut istri Wakil Bupati Buleleng, I Nyoman Sutjidra, PKK sebenarnya memiliki 10 program pokok yang dibagi ke dalam empat kelompok kerja (pokja). Dalam empat pokja tersebut ada pokja yang mengurus tentang kesehatan. Selama ini, peningkatan kapasitas kader PKK mengenai kesehatan, khususnya stunting, telah diberikan dalam bentuk transfer pengetahuan. Selain itu, pemberdayaan masyarakat juga dilakukan melalui pelatihan pengetahuan tentang pola asuh anak. “Khususnya mengenai konsumsi yang diberikan kepada anak sehingga menciptakan generasi yang cerdas,” jelasnya.
PKK menurutnya juga memiliki peran penting dalam upaya meningkatkan penghasilan keluarga. Sehingga dengan penghasilan yang mencukupi, gizi anak-anak juga semakin terjaga. “Kader sangat berperan mentransfer ilmunya kepada masyarakat agar tidak ada lagi stunting di Buleleng,” ujar Ayu Wardhany Sutjidra.
Sementara itu, Kepala Seksi (Kasi) Pendampingan Pembelajaran Orangtua, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI, Suradi mengungkapkan, Bimtek dan sosialisasi ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang pola asuh anak. Utamanya pada saat 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Pola asuh pada 1.000 HPK ini tidak hanya berpengaruh pada anak saja melainkan bagi nusa dan bangsa juga di kemudian hari. “Karena pola asuh pada 1000 HPK ini akan membentuk intelektual anak-anak pada masa yang akan datang,” ungkapnya.
Sementara itu, Asisten Bidang Administrasi Umum Setda Buleleng, Gede Suyasa, mengatakan permasalahan stunting bukan hanya menjadi domain Dinas Kesehatan saja. Penanganan stunting juga menjadi domain dinas-dinas lain termasuk pemerintah desa. Ini dikarenakan yang mengetahui secara riil kondisi warganya adalah pemerintah desa. “Ini harus dilakukan dengan program-program yang ada di desa. Di dinas-dinas juga dipertimbangkan untuk ada tim penanganan stunting lintas sektoral,” tutupnya.*k23
1
Komentar