Banyak Seniman Besar Ciptakan Karya Tanpa Narkoba dan Rokok
ISI Denpasar Cetak Kader Anti-Korupsi, HIV, Narkoba dan Rokok
DENPASAR, NusaBali
Ratusan mahasiswa semester I dari 12 program studi di Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar diberikan pelatihan pengembangan karakter mahasiswa anti-narkoba, korupsi, HIV/AIDS dan rokok serta pelatihan keterampilan manajemen mahasiswa pra dasar bagi mahasiswa angkatan 2019/2020. Dalam kegiatan ini, mahasiswa diingatkan bahwa banyak seniman besar yang menciptakan karya tanpa narkoba dan rokok.
Dua agenda penting tersebut, telah masuk program rutin tiap tahun karena sifatnya sangat penting. Demikian dikatakan Rektor ISI Denpasar yang diwakili Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan Dr Drs I Gusti Ngurah Seramasara MHum, saat membuka kegiatan, belum lama ini di kampus setempat.
Seramasara mengungkapkan, mahasiswa adalah aset bangsa yang meneruskan tonggak kepemimpinan ke depan, sehingga keterampilan mereka harus diasah disertai dengan karakter yang baik, sesuai visi pemerintah memerangi korupsi, narkoba, HIV/AIDS dan rokok.
"Pelatihan ini sejalan dengan agenda pemeritah yang getol memerangi korupsi, narkoba, HIV dan perilaku lain yang merugikan kesehatan generasi muda. Kami dukung dari dalam kampus lewat kegiatan ini," kata Seramasara.
Sementara Ketua Pantia Pelatihan Drs I Gusti Bagus Priatmaka MM, ISI Denpasar yang notabene kampus negeri menjadi garda terdepan dalam menyukseskan visi pemerintah. Kegiatan ini diharapkan mampu menekan angka perokok dan mencegah perokok pemula di kalangan mahasiswa, begitu pun tentang penyalahgunaan narkoba, seks bebas dan sebagainya.
Lebih lanjut dikatakan, ISI Denpasar telah memiliki kader anti-narkoba, rokok, HIV/AIDS dan korupsi di setiap angkatan. Kader inilah yang menjadi pionir menangkal faktor negatif tersebut, baik di lingkungan kampus dan di masyarakat.
Priatmaka mengingatkan, banyak seniman besar yang menciptakan karya tanpa narkoba dan rokok. "Jadi kalau ada yang bilang seniman itu harus merokok untuk dapat inspirasi apalagi pakai narkoba, itu tidak benar, ngawur itu. Karya terbaik justru lahir dari tubuh yang sehat," ujarnya.
Pelatihan tersebut menghadirkan narasumber dari Universitas Udayana, Badan Narkotika Nasional (BNN), Dinas Sosial Provinsi Bali, Indonesia Corruption Watch (ICW), serta dosen internal ISI Denpasar. Kegiatan ini berlangsung selama empat hari. *
Dua agenda penting tersebut, telah masuk program rutin tiap tahun karena sifatnya sangat penting. Demikian dikatakan Rektor ISI Denpasar yang diwakili Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan Dr Drs I Gusti Ngurah Seramasara MHum, saat membuka kegiatan, belum lama ini di kampus setempat.
Seramasara mengungkapkan, mahasiswa adalah aset bangsa yang meneruskan tonggak kepemimpinan ke depan, sehingga keterampilan mereka harus diasah disertai dengan karakter yang baik, sesuai visi pemerintah memerangi korupsi, narkoba, HIV/AIDS dan rokok.
"Pelatihan ini sejalan dengan agenda pemeritah yang getol memerangi korupsi, narkoba, HIV dan perilaku lain yang merugikan kesehatan generasi muda. Kami dukung dari dalam kampus lewat kegiatan ini," kata Seramasara.
Sementara Ketua Pantia Pelatihan Drs I Gusti Bagus Priatmaka MM, ISI Denpasar yang notabene kampus negeri menjadi garda terdepan dalam menyukseskan visi pemerintah. Kegiatan ini diharapkan mampu menekan angka perokok dan mencegah perokok pemula di kalangan mahasiswa, begitu pun tentang penyalahgunaan narkoba, seks bebas dan sebagainya.
Lebih lanjut dikatakan, ISI Denpasar telah memiliki kader anti-narkoba, rokok, HIV/AIDS dan korupsi di setiap angkatan. Kader inilah yang menjadi pionir menangkal faktor negatif tersebut, baik di lingkungan kampus dan di masyarakat.
Priatmaka mengingatkan, banyak seniman besar yang menciptakan karya tanpa narkoba dan rokok. "Jadi kalau ada yang bilang seniman itu harus merokok untuk dapat inspirasi apalagi pakai narkoba, itu tidak benar, ngawur itu. Karya terbaik justru lahir dari tubuh yang sehat," ujarnya.
Pelatihan tersebut menghadirkan narasumber dari Universitas Udayana, Badan Narkotika Nasional (BNN), Dinas Sosial Provinsi Bali, Indonesia Corruption Watch (ICW), serta dosen internal ISI Denpasar. Kegiatan ini berlangsung selama empat hari. *
Komentar