Hampir Sepertiga Pantai Buleleng Tergerus Abrasi
Kabupaten Buleleng sebagai daerah yang memiliki garis pantai terpanjang di Bali, menerima dampak buruk perubahan iklim global.
SINGARAJA, NusaBali
Saat ini, sepanjang 44 kilometer atau hampir sepertiga dari total 157,05 kilometer panjang pantai wilayah Buleleng sudah tergerus abrasi parah. Bencana abrasi yang merusak pesisir pantai wilayah Buleleng sepanjang 44 kilometer ini sudah terjadi sejak tahun 1995 silam. Berdasarkan data dari Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kabupaten Buleleng, awalnya bencana abrasi tidak terlalu hebat. Bencana abrasil masuk tahap mengkhawatirkan sejak beberapa tahun terakhir.
Menurut Plt Kepala Dinas PU Buleleng, I Ketut Suparta Wijaya, dari total 157,05 kilometer panjang pantai wilayah Buleleng, sebanyak 44 kilometer di antaranya sudah tergerus abrasi. Terjangan abrasi tersebar merata dari wilayah Buleleng Timur (Kecamatan Tejakula) hingga Buleleng Barat (Kecamatan Gerokgak). Jika dikerucutkan, titik bencana abrasi tersebar di 53 desa kawasan pantai utara Buleleng.
Suparta Wijaya menagatakan, bencana abrasi tersebut sudah merusak sejumlah tempat suci (pura), setra (kuburan), lahan pertanian, kawasan wisata, hingga perumahan penduduk. “Salah satu yang paling parah dan memerlukan penanganan mendesak adalah bencana abrasi di Pantai Celukan Bawang (Desa Celukan Bawang, Kecamatan Gerokgak, Buleleng),” jelas Suparta Wijaya saat ditemui NusaBali di ruang kerjanya di Singaraja, Kamis (14/7).
Selain Pantai Celukan Bawang, kata Suparta Wijaya, kerusakan terparah akibat abrasi juga terjadi di pantai Desa Banyupoh (Kecamatan Gerokgak), pantai Desa Tukadmungga (Kecamatan Buleleng), pantai Desa Kubutambahan (Kecamatan Kubutambahan), dan pantai Desa Bungkulan (Kecamatan Sawan). Semuanya membutuhkan penanganan mendesak.
Salah satu yang paling mengkhawatirkan adalah bencana abrasi di Pantai Celukan Ba-wang. Bencana abrasi di kawasan ini bahkan telah leluluhlantakkan tembok penyengker Pura Segara di Desa Pakraman Tinga Tinga, Desa Celukan Bawang, Kecamatan Gerokgak.
Pantauan NusaBali di lokasi bencana, Kamis kemarin, pagar beton yang semula berdiri membatasi areal Pura Segara dengan Pantai Celukan Bawang sudah hilang. Hanya tinggal beberapa puing beton yang masih tertanam di dalam pasir. Bahkan, Utama mandala Pura Segara dengan air laut di pantai Celukan Bawang kini hanya berjarak sekitar 10 meter. Artinya, suatu saat Pura Segara, Desa Pakraman Tinga Tinga terancam tenggelam.
Menurut Suparta Wijaya, dari total 44 kilometer panjang pantai wilayah Buleleng yang tergerus abrasi, tinggal 5,8 kilometer saja yang belum tertangani saat ini. Termasuk di antaranya abrasi di Pantai Celukan Bawang di mana Pura Segara Desa Pakraman Tinga Tinga sudah porakporanda.
“Abrasi parah di Pantai Celukan Bawang ini sudah terjdi sejak tahun 2012, namun hingga saat ini, hal tersebut belum tertangani,” papar Suparta Wijaya. Dia mengatakan, lambannya penanganan bencana abrasi ini bukannya tanpa alasan. Dinas PU Buleleng, kata dia, tidak memiliki wewenang menangani masalah abrasi. Kewenangan itu ada di Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali-Penida, yang notabene perpanjangan tangan Direktorat Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Pemerintah, kata Suparta Wijaya, sudah melakukan tindakan pencegahan dan penanganan nyata untuk mengatasi bencana abrasi di wilayah Buleleng. “Pemerintah sudah berupaya. Ada pembuatan revetment pantai dengan konstruksi pasangan batu kali dan armor (batu besar, Red) di pantai yang tergerus abrasi,” katanya.
Biaya pembuatan revetment pantai itu pun tidak murah. Pemerintah perlu merogoh dana sedikitnya Rp 20 juta per 1 meter revetment pantai. Pemkab Buleleng sendiri telah mengajukan permohonan perbaikan melalui proposal ke Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat atau Balai Wilayah Sungai Bali-Penida di Denpasar, melalui dana APBN. Dari keterangan pihak BWS, kata Suparta Wijaya, kondisi kerusakan akibat bencana abrasi di Pantai Celukan Bawang akan diusulkan tahun 2017 depan. 7 k23
Saat ini, sepanjang 44 kilometer atau hampir sepertiga dari total 157,05 kilometer panjang pantai wilayah Buleleng sudah tergerus abrasi parah. Bencana abrasi yang merusak pesisir pantai wilayah Buleleng sepanjang 44 kilometer ini sudah terjadi sejak tahun 1995 silam. Berdasarkan data dari Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kabupaten Buleleng, awalnya bencana abrasi tidak terlalu hebat. Bencana abrasil masuk tahap mengkhawatirkan sejak beberapa tahun terakhir.
Menurut Plt Kepala Dinas PU Buleleng, I Ketut Suparta Wijaya, dari total 157,05 kilometer panjang pantai wilayah Buleleng, sebanyak 44 kilometer di antaranya sudah tergerus abrasi. Terjangan abrasi tersebar merata dari wilayah Buleleng Timur (Kecamatan Tejakula) hingga Buleleng Barat (Kecamatan Gerokgak). Jika dikerucutkan, titik bencana abrasi tersebar di 53 desa kawasan pantai utara Buleleng.
Suparta Wijaya menagatakan, bencana abrasi tersebut sudah merusak sejumlah tempat suci (pura), setra (kuburan), lahan pertanian, kawasan wisata, hingga perumahan penduduk. “Salah satu yang paling parah dan memerlukan penanganan mendesak adalah bencana abrasi di Pantai Celukan Bawang (Desa Celukan Bawang, Kecamatan Gerokgak, Buleleng),” jelas Suparta Wijaya saat ditemui NusaBali di ruang kerjanya di Singaraja, Kamis (14/7).
Selain Pantai Celukan Bawang, kata Suparta Wijaya, kerusakan terparah akibat abrasi juga terjadi di pantai Desa Banyupoh (Kecamatan Gerokgak), pantai Desa Tukadmungga (Kecamatan Buleleng), pantai Desa Kubutambahan (Kecamatan Kubutambahan), dan pantai Desa Bungkulan (Kecamatan Sawan). Semuanya membutuhkan penanganan mendesak.
Salah satu yang paling mengkhawatirkan adalah bencana abrasi di Pantai Celukan Ba-wang. Bencana abrasi di kawasan ini bahkan telah leluluhlantakkan tembok penyengker Pura Segara di Desa Pakraman Tinga Tinga, Desa Celukan Bawang, Kecamatan Gerokgak.
Pantauan NusaBali di lokasi bencana, Kamis kemarin, pagar beton yang semula berdiri membatasi areal Pura Segara dengan Pantai Celukan Bawang sudah hilang. Hanya tinggal beberapa puing beton yang masih tertanam di dalam pasir. Bahkan, Utama mandala Pura Segara dengan air laut di pantai Celukan Bawang kini hanya berjarak sekitar 10 meter. Artinya, suatu saat Pura Segara, Desa Pakraman Tinga Tinga terancam tenggelam.
Menurut Suparta Wijaya, dari total 44 kilometer panjang pantai wilayah Buleleng yang tergerus abrasi, tinggal 5,8 kilometer saja yang belum tertangani saat ini. Termasuk di antaranya abrasi di Pantai Celukan Bawang di mana Pura Segara Desa Pakraman Tinga Tinga sudah porakporanda.
“Abrasi parah di Pantai Celukan Bawang ini sudah terjdi sejak tahun 2012, namun hingga saat ini, hal tersebut belum tertangani,” papar Suparta Wijaya. Dia mengatakan, lambannya penanganan bencana abrasi ini bukannya tanpa alasan. Dinas PU Buleleng, kata dia, tidak memiliki wewenang menangani masalah abrasi. Kewenangan itu ada di Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali-Penida, yang notabene perpanjangan tangan Direktorat Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Pemerintah, kata Suparta Wijaya, sudah melakukan tindakan pencegahan dan penanganan nyata untuk mengatasi bencana abrasi di wilayah Buleleng. “Pemerintah sudah berupaya. Ada pembuatan revetment pantai dengan konstruksi pasangan batu kali dan armor (batu besar, Red) di pantai yang tergerus abrasi,” katanya.
Biaya pembuatan revetment pantai itu pun tidak murah. Pemerintah perlu merogoh dana sedikitnya Rp 20 juta per 1 meter revetment pantai. Pemkab Buleleng sendiri telah mengajukan permohonan perbaikan melalui proposal ke Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat atau Balai Wilayah Sungai Bali-Penida di Denpasar, melalui dana APBN. Dari keterangan pihak BWS, kata Suparta Wijaya, kondisi kerusakan akibat bencana abrasi di Pantai Celukan Bawang akan diusulkan tahun 2017 depan. 7 k23
Komentar