Tim Smansa Denpasar Berjaya di Ajang IYIA 2019
Hasil Penelitian Berupa ‘Mie Raos’ yang Cocok untuk Penderita DM
Tiga tim dari SMAN 1 Denpasar (Smansa) berhasil membawa pulang tiga medali dalam ajang International Young Inventors Award (IYIA) 2019 di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta, 11-12 Oktober 2019 lalu.
DENPASAR, NusaBali
Mereka masing-masing meraih medali emas, perak, dan perunggu dalam penelitian yang berbeda. Peraih emas dalam ajang tersebut yakni tim yang dimotori oleh Ni Komang Windu Rejeki bersama Putu Ari Shanti Dewi, Ida Ayu Karralika Raidinjana, Kadek Diva Juliantara, dan Anak Agung Pranikencana Darma Putri. Dalam ajang IYIA 2019, tim ini membawakan penelitian berupa Mie Raos yakni mie sehat yang bahannya berasal dari buah mangrove lindur dan jamur tiram putih. Menariknya, mie ini sangat cocok dikonsumsi oleh penderita diabetes mellitus (DM).
Salah satu anggota tim, Komang Windu Rejeki, menjelaskan, pemilihan Mie Raos (Mie Sehat) sebagai bahan penelitiannya berawal dari keinginan timnya untuk membuat bahan baku pengganti nasi. Mereka menggagas temuannya tersebut selama tiga bulan (Maret-Mei 2019) agar bisa memberikan manfaat bagi masyarakat.
Dari gagasan itu munculah ide untuk membuat mie. Namun, mie yang mereka buat bukanlah mie biasa melainkan bisa dikonsumsi oleh penderita penyakit diabetes mellitus. Mereka mengetahui selama ini mie yang dijual di pasaran mengandung kalori yang cukup tinggi sehingga penderita DM dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi mie.
Nah, dengan adanya Mie Raos ini, kata Komang Windu, orang yang menderita DM bebas mengkonsumsi mie karena memiliki kalori yang rendah. Dari 100 gram mie hanya mengandung 7 kalori. Hal ini dikarenakan bahan mie tersebut terbuat dari buah mangrove lindur yang selama ini terbuang sia-sia di kawasan hutan mangrove di Bali.
Buah mangrove itu menurutnya sangat rendah kalori, namun memiliki kandungan protein dan karbohidrat yang tinggi. Selain buah mangrove lindur, timnya juga memadukan dengan jamur putih yang hampir sama kandungannya dengan buah mangrove lindur. "Itu kami gagas selama 3 bulan, dan langsung penelitian sampai praktek hingga ujicoba itu menghabiskan waktu selama 7 bulan. Biayanya juga tidak besar karena semua bahan sudah ada, yang butuh biaya itu sewa lab aja," ungkapnya.
Dari kedua bahan itu, kata Komang Windu, proses pembuatan mie cukup sederhana. Dimana buah mangrove lindur yang mengandung sejenis zat kanin sehingga harus direbus bersamaan dengan jamur putih selama 48 jam dengan menggunakan abu sekam padi. “Setelah melunak maka kedua bahan itu dipotong kecil-kecil dan dijemur atau diopen sampai kering,” jelasnya.
Setelah itu, buah mangrove dan jamur diblender dan disaring hingga membentuk tepung. Selanjutnya baru dibuatkan adonan dicampur dengan air dan dicetak dengan menggunakan cetakan mie pada umumnya. "Kalau campurannya kami menggunakan tiga metode, yang pertama perbandingan 50 persen buah mangrove lindur dan 50 persen jamur putih. Yang kedua, 75 persen buah mangrove lindur, 25 persen jamur putih, dan ketiga 75 persen jamur putih, 25 persen buah mangrove lindur dan hasilnya cukup bagus," jelasnya.
Komang Windu mengatakan, dengan penelitian itu, dia dan rekan-rekannya mencoba mengajukan diri ke sekolah untuk ikut lomba Internasional. “Ternyata penelitian kami bisa tembus perolehan emas dari 256 tim se Asia Tenggara yang ikut serta,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Sekolah SMAN 1 Denpasar, I Made Rida, mengaku bangga dengan hasil yang diperoleh anak didiknya. Kata dia, selama ini apa yang mereka ingin pelajari selalu dapat dukungan dari pihak sekolah dan para guru. "Kami bangga dan berterima kasih kepada anak-anak sudah mengharumkan nama sekolah dan Bali. Tetapi kedepannya peneliti muda ini harus dapat perhatian, dan penelitian yang dihasilkan tidak sampai di sini harus berlanjut karena akan membantu setiap manusia," harapnay. *mis
Salah satu anggota tim, Komang Windu Rejeki, menjelaskan, pemilihan Mie Raos (Mie Sehat) sebagai bahan penelitiannya berawal dari keinginan timnya untuk membuat bahan baku pengganti nasi. Mereka menggagas temuannya tersebut selama tiga bulan (Maret-Mei 2019) agar bisa memberikan manfaat bagi masyarakat.
Dari gagasan itu munculah ide untuk membuat mie. Namun, mie yang mereka buat bukanlah mie biasa melainkan bisa dikonsumsi oleh penderita penyakit diabetes mellitus. Mereka mengetahui selama ini mie yang dijual di pasaran mengandung kalori yang cukup tinggi sehingga penderita DM dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi mie.
Nah, dengan adanya Mie Raos ini, kata Komang Windu, orang yang menderita DM bebas mengkonsumsi mie karena memiliki kalori yang rendah. Dari 100 gram mie hanya mengandung 7 kalori. Hal ini dikarenakan bahan mie tersebut terbuat dari buah mangrove lindur yang selama ini terbuang sia-sia di kawasan hutan mangrove di Bali.
Buah mangrove itu menurutnya sangat rendah kalori, namun memiliki kandungan protein dan karbohidrat yang tinggi. Selain buah mangrove lindur, timnya juga memadukan dengan jamur putih yang hampir sama kandungannya dengan buah mangrove lindur. "Itu kami gagas selama 3 bulan, dan langsung penelitian sampai praktek hingga ujicoba itu menghabiskan waktu selama 7 bulan. Biayanya juga tidak besar karena semua bahan sudah ada, yang butuh biaya itu sewa lab aja," ungkapnya.
Dari kedua bahan itu, kata Komang Windu, proses pembuatan mie cukup sederhana. Dimana buah mangrove lindur yang mengandung sejenis zat kanin sehingga harus direbus bersamaan dengan jamur putih selama 48 jam dengan menggunakan abu sekam padi. “Setelah melunak maka kedua bahan itu dipotong kecil-kecil dan dijemur atau diopen sampai kering,” jelasnya.
Setelah itu, buah mangrove dan jamur diblender dan disaring hingga membentuk tepung. Selanjutnya baru dibuatkan adonan dicampur dengan air dan dicetak dengan menggunakan cetakan mie pada umumnya. "Kalau campurannya kami menggunakan tiga metode, yang pertama perbandingan 50 persen buah mangrove lindur dan 50 persen jamur putih. Yang kedua, 75 persen buah mangrove lindur, 25 persen jamur putih, dan ketiga 75 persen jamur putih, 25 persen buah mangrove lindur dan hasilnya cukup bagus," jelasnya.
Komang Windu mengatakan, dengan penelitian itu, dia dan rekan-rekannya mencoba mengajukan diri ke sekolah untuk ikut lomba Internasional. “Ternyata penelitian kami bisa tembus perolehan emas dari 256 tim se Asia Tenggara yang ikut serta,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Sekolah SMAN 1 Denpasar, I Made Rida, mengaku bangga dengan hasil yang diperoleh anak didiknya. Kata dia, selama ini apa yang mereka ingin pelajari selalu dapat dukungan dari pihak sekolah dan para guru. "Kami bangga dan berterima kasih kepada anak-anak sudah mengharumkan nama sekolah dan Bali. Tetapi kedepannya peneliti muda ini harus dapat perhatian, dan penelitian yang dihasilkan tidak sampai di sini harus berlanjut karena akan membantu setiap manusia," harapnay. *mis
1
Komentar