IRT Tewas Akibat Rabies
Pihak keluarga kecewa karena pegawai Puskesmas Melaya kurang peka meski dapat laporan korban tergigit anjing.
NEGARA, NusaBali
Seorang Ibu Rumah Tangga (IRT), Ni Komang Sastra Wati, 36, dari Banjar Taman, Desa Tuwed, Kecamatan Melaya, Jembrana, meninggal di RSUP Sanglah, Denpasar, akibat positif rabies, Kamis (14/7) malam. Korban punya riwayat diserang dan tergigit anjing saat ambil jejahitan (rangkaian janur untuk upacara) di rumah langganannya, Banjar Berawantangi, Desa Tuwed, Melaya, Kamis (7/4). Korban mengalami luka akibat tergigit anjing pada punggung kaki kanan.
Korban yang terluka kemudian dibawa berobat ke Puskesmas Melaya oleh suaminya, I Gede Sukayasa, 40. Meski telah melaporkan jadi korban tergigit anjing yang menyerang tiba-tiba, petugas hanya membersihkan luka, berikan obat merah lalu luka diperban tanpa mendapatkan vaksin anti rabies (VAR). Dua minggu setelahnya, pada Selasa (19/7), korban mengalami panas dingin. Lagi-lagi diajak berobat ke Puskesmas Melaya. Petugas kesehatan juga tak mencurigai jika korban tergigit anjing rabies. “Hanya diminta kontrol lagi. Katanya, kalau anjing yang menggigit mati, baru kemungkinan rabies,” ungkap Sukayasa saat ditemui di rumah duka, Jumat (15/7).
Setelah hampir tiga bulan tergigit anjing, korban kembali mengalami panas dingin. Karena semakin parah, bahkan disertai kejang-kejang, Sukayasa kembali melarikan istrinya ke Puskemas Melaya, Kamis (14/7). Karena dinilai kondisinya parah, malam itu juga dirujuk ke RSUD Negara. Dari RSUD Negara kemudian dirujuk ke RSUP Sanglah. Dalam perawatan itu, korban meninggal pada pukul 23.00 Wita. “Istri saya dinyatakan positif rabies,” ungkap Sukayasa yang kesehariannya sebagai pengepul jejahitan ini.
Korban meninggalkan dua anak yang masih balita dan masih sekolah dasar (SD). Pihak keluarga yang kehilangan kecewa dengan pelayanan Puskemas Melaya dan RSUD Negara yang kurang tanggap ancaman rabies. Padahal sewaktu mengantar istrinya berobat sudah disampaikan ada riwayat tergigit anjing. Sukayasa juga mengaku kecewa karena menunggu 1,5 jam mendapatkan ambulance sebelum dirujuk ke RSUP Sanglah. “Kalau tidak dibawa ke rumah sakit Sanglah, saya tidak akan tahu penyebab kematian istri saya ini,” sesal Sukayasa.
Mendengar informasi, korban tergigit anjing meninggal karena rabies, Kepala Dinas Kesehatan Jembrana dr Putu Suasta dan pegawai Puskesmas Melaya melayat ke rumah duka, Jumat kemarin. Kedatangan Kadiskes dan petugas Puskesmas Melaya menjadi luapan kekecewaan keluarga. dr Putu Suasta mengatakan, saat berobat ke Puskesmas Melaya, suami korban tergigit anjing sudah diberikan blangko kontrol perkembangan kondisi anjing yang mengingit. Kondisinya agar dilaporkan dalam batasan dua minggu. Namun, hingga batasan tersebut, pihak keluarga tidak datang lagi ke Puskesmas Melaya sehingga diperkirakan sudah tidak ada masalah.
Disamping itu, menurut dr Suasta, tahapan wawancara tentang korban gigitan anjing, tidak ada indikasi rabies. Kecurigaan terhadap anjing rabies dinilai atas beberapa indikator. Seperti menyerang secara membabibuta terhadap setiap orang. Tetapi, dalam penelusuran awal, dinyatakan hanya korban yang sempat tergigit. “Pemberian VAR juga ada prosedurnya. Tidak bisa sembarangan, harus suspect rabies. Karena kalau tidak rabies, bisa berbahaya,” tambahnya. Ia pun menyebut stok VAR dan SAR di Jembrana masih aman. Kehabisan stok VAR dan SAR hanya terjadi pada bulan Februari dan Maret 2016. 7 ode
Seorang Ibu Rumah Tangga (IRT), Ni Komang Sastra Wati, 36, dari Banjar Taman, Desa Tuwed, Kecamatan Melaya, Jembrana, meninggal di RSUP Sanglah, Denpasar, akibat positif rabies, Kamis (14/7) malam. Korban punya riwayat diserang dan tergigit anjing saat ambil jejahitan (rangkaian janur untuk upacara) di rumah langganannya, Banjar Berawantangi, Desa Tuwed, Melaya, Kamis (7/4). Korban mengalami luka akibat tergigit anjing pada punggung kaki kanan.
Korban yang terluka kemudian dibawa berobat ke Puskesmas Melaya oleh suaminya, I Gede Sukayasa, 40. Meski telah melaporkan jadi korban tergigit anjing yang menyerang tiba-tiba, petugas hanya membersihkan luka, berikan obat merah lalu luka diperban tanpa mendapatkan vaksin anti rabies (VAR). Dua minggu setelahnya, pada Selasa (19/7), korban mengalami panas dingin. Lagi-lagi diajak berobat ke Puskesmas Melaya. Petugas kesehatan juga tak mencurigai jika korban tergigit anjing rabies. “Hanya diminta kontrol lagi. Katanya, kalau anjing yang menggigit mati, baru kemungkinan rabies,” ungkap Sukayasa saat ditemui di rumah duka, Jumat (15/7).
Setelah hampir tiga bulan tergigit anjing, korban kembali mengalami panas dingin. Karena semakin parah, bahkan disertai kejang-kejang, Sukayasa kembali melarikan istrinya ke Puskemas Melaya, Kamis (14/7). Karena dinilai kondisinya parah, malam itu juga dirujuk ke RSUD Negara. Dari RSUD Negara kemudian dirujuk ke RSUP Sanglah. Dalam perawatan itu, korban meninggal pada pukul 23.00 Wita. “Istri saya dinyatakan positif rabies,” ungkap Sukayasa yang kesehariannya sebagai pengepul jejahitan ini.
Korban meninggalkan dua anak yang masih balita dan masih sekolah dasar (SD). Pihak keluarga yang kehilangan kecewa dengan pelayanan Puskemas Melaya dan RSUD Negara yang kurang tanggap ancaman rabies. Padahal sewaktu mengantar istrinya berobat sudah disampaikan ada riwayat tergigit anjing. Sukayasa juga mengaku kecewa karena menunggu 1,5 jam mendapatkan ambulance sebelum dirujuk ke RSUP Sanglah. “Kalau tidak dibawa ke rumah sakit Sanglah, saya tidak akan tahu penyebab kematian istri saya ini,” sesal Sukayasa.
Mendengar informasi, korban tergigit anjing meninggal karena rabies, Kepala Dinas Kesehatan Jembrana dr Putu Suasta dan pegawai Puskesmas Melaya melayat ke rumah duka, Jumat kemarin. Kedatangan Kadiskes dan petugas Puskesmas Melaya menjadi luapan kekecewaan keluarga. dr Putu Suasta mengatakan, saat berobat ke Puskesmas Melaya, suami korban tergigit anjing sudah diberikan blangko kontrol perkembangan kondisi anjing yang mengingit. Kondisinya agar dilaporkan dalam batasan dua minggu. Namun, hingga batasan tersebut, pihak keluarga tidak datang lagi ke Puskesmas Melaya sehingga diperkirakan sudah tidak ada masalah.
Disamping itu, menurut dr Suasta, tahapan wawancara tentang korban gigitan anjing, tidak ada indikasi rabies. Kecurigaan terhadap anjing rabies dinilai atas beberapa indikator. Seperti menyerang secara membabibuta terhadap setiap orang. Tetapi, dalam penelusuran awal, dinyatakan hanya korban yang sempat tergigit. “Pemberian VAR juga ada prosedurnya. Tidak bisa sembarangan, harus suspect rabies. Karena kalau tidak rabies, bisa berbahaya,” tambahnya. Ia pun menyebut stok VAR dan SAR di Jembrana masih aman. Kehabisan stok VAR dan SAR hanya terjadi pada bulan Februari dan Maret 2016. 7 ode
1
Komentar