4 Siswi SMPN 4 Banjarangkan Kesurupan
Saat Digelar Upacara Guru Piduka di Padmasana Sekolah
Wabup, Made Kasta, yang juga penekun spiritual ikut turun tangan meredam peristiwa kesurupan yang nyaris tiap hari terjadi sejak tiga minggu lalu.
SEMARAPURA, NusaBali
Empat (4) orang siswa SMPN 4 Banjarangkan, di Desa Timuhun, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung, kesurupan saat melantunkan Puja Trisandya, serangkaian upacara Guru Piduka di Padmasana sekolah, Selasa (22/10) pagi. Untuk menyadarkan siswa yang kesurupan tersebut Wakil Bupati Klungkung, I Made Kasta, yang juga seorang penekun spiritual turun untuk membantu.
Empat orang siswa yang kerauhan tersebut, yakni Dewa Ayu Nadiya Cahyani, 14, kelas IX, Nengah Devi Ariani, 14, kelas IX, Ni Kadek Ginanti, 13, kelas VII dan Ni Ketut Martini Asih, 13, kelas VII. Mereka awalnya sedang mengikuti persembahyangan serangkaian prosesi Guru Piduka di Padmasana sekolah. Upacara ini digelar untuk memohon keselamatan dan memohon supaya tidak diganggu oleh mahluk halus yang menyebabkan sejumlah siswi mengalami kesurupan sejak 3 minggu lalu, secara berturut-turut hampir setiap harinya.
Pantauan NusaBali, kesurupan tersebut terjadi saat guru dan siswa melantunkan Puja Trisandya, pukul 09.00 Wita, tiba tiba seorang siswa pingsan. Namun saat akan ditolong siswa yang bersangkutan langsung berteriak. Kejadian ini kemudian diikuti oleh tiga siswi lainnya. Dalam keadaan riuh, sejumlah guru dibantu siswa laki laki pun langsung membawa siswi yang mengalami kesurupan tersebut ke ruang kelas untuk ditenangkan. Ketika itu Wabup Kasta turut membantu menyadarkan siswa yang kesurupan dengan memerciki tirta (air suci).
Peristiwa kesurupan di SMPN 4 Banjarangkan sendiri, sebenarnya sudah terjadi sejak 3 minggu lalu, tepatnya 30 September 2019, hingga berlanjut sampai sekarang dengan rata-rata siswa perempuan (siswi) yang kesurupan 1-2 orang setiap harinya. Namun kesurupan semakin menjadi-jadi sejak, Senin (21/10) pagi, di mana 8 orang siswi kesurupan dari pukul 06.30 Wita. Mereka berteriak histeris, menangis dan menari.
Karena kesurupan berlanjut sampai siang maka untuk menyadarkan mereka, pihak sekolah sampai mendatangkan 4 paranormal ke sekolah dan 2 jero mangku. Setelah diperciki tirta mereka mulai sadar sekitar pukul 14.00 Wita. Kemudian mereka pulang ke rumah masing-masing dengan dijemput orang tuanya.
“Dari kejadian Senin itu, kami dari sekolah berinisiatif menghaturkan Guru Piduka, Selasa pagi. Namun saat melantunkan Puja Trisandya ada 4 siswa kami yang kesurupan lagi,” katanya.
Dari siswa yang kesurupan tersebut mereka menyebut kalau tempat tinggalnya, yakni pada sebuah Pohon Tingkih (Kemiri) di belakang SMPN 4 Banjarangkan, ditebang saat mengerjakan proyek saluran irigasi subak di bawahnya oleh para pekerja, pada Juni 2019 lalu. Sehingga mahluk astral tersebut kehilangan tempat tinggalnya, maka mereka memutuskan menempati sebuah gudang di sekolah itu. Karena gudang dibersihkan beberapa hari lalu, mereka pun tidak punya tempat tinggal.
Oleh karena itu mahluk astral ini merasuki para siswi, sejak 30 September 2019 sampai sekarang. “Sesuai petunjuk jero tapakan, kita diminta untuk membuat sebuah palinggih rong satu dan rong tiga, dengan posisi di Kaja-Kangin dan Kelod-Kangin sekolah,” ujarnya.
Pelinggih sementara dibuat berupa turus dari carang dapdap, sementara untuk bangunan permanennya akan segera dibangun. “Kalau secara kasat mata di belakang sekolah memang berupa saluran irigasi, namun secara niskala diyakini merupakan griya,” katanya. Tak hanya itu puluhan tahun silam pada saluran irigasi subak itu sempat menelan 2 orang korban jiwa kakak beradik, mereka tewas tenggelam saat mandi di sana.
Kondisi ini juga membuat pembelajaran di sekolah tidak kondusif, bahkan untuk menghindari kejadian serupa 8 orang siswa yang kesurupan pada Senin lalu, diminta untuk belajar di rumah masing-masing. Namun mereka tetap bersikeras untuk sekolah hingga akhirnya 4 di antaranya kembali kesurupan.
Kata Kasek Ngenteg, beberapa hari yang lalu sampai ada siswa kerauhan dan sudah perjalanan pulang berjarak 100 meter dari sekolah, kembali kesurupan kemudian datang lagi ke sekolah. “Hampir setiap hari siswa kami ada kesurupan sejak 30 September lalu, suasana pembelajaran menjadi terganggu, masalah ini juga sudah kami sampaikan kepada Dinas Pendidikan (Disdik) Klungkung,” katanya.
Sementara itu Wabup Made Kasta mengatakan, penyebab kegaduhan ini adalah ulah mahluk halus penghuni area di belakang sekolah. Dirinya juga telah dihubungi pihak sekolah sejak hari, Senin (21/10), namun karena ada kesibukan sidang paripurna dan monev pemerintahan desa, dirinya baru bisa hadir pada, Selasa (22/10) kemarin.
Proses penyembuhan dilakukan Wabub Kasta dengan memercikkan tirta yang telah diberi mantra. Selain melakukan penyembuhan terhadap para siswi, Wabup Made Kasta juga sempat melakukan penelusuran lokasi-lokasi yang diduga menjadi tempat mahluk astral tersebut di areal sekolah. Dengan menggunakan media lilin yang menyala Wabup Made Kasta memeriksa dua buah bangunan bekas mes guru yang sudah rusak dan memasuki satu-persatu kamar yang ada di dalamnya. Saat memasuki satu ruangan, tiba tiba lilin yang digenggam Wabup Kasta padam layaknya ada yang meniup lilin tersebut. Seketika itu pula Wabup Kasta tersenyum seraya mengucapkan di sinilah mahluk itu berada.
Kepada Kasek Wayan Ngenteg, Wabup Kasta berpesan untuk secepatnya membuatkan sebuah palinggih, serta segera melakukan upacara mecaru manca warna. “Semoga dengan upacara ini proses belajar mengajar para siswa bisa kembali berjalan normal tanpa gangguan dari mahluk astral tersebut,” katanya.
Sementara itu seorang siswa yang sadar dari kesurupan, Devi Ariani, mengaku melihat diikuti oleh sosok perempuan saat kesurupan. “Saya diikuti sosok perempuan mengenakan pakaian serba hitam,” katanya. *wan
Empat orang siswa yang kerauhan tersebut, yakni Dewa Ayu Nadiya Cahyani, 14, kelas IX, Nengah Devi Ariani, 14, kelas IX, Ni Kadek Ginanti, 13, kelas VII dan Ni Ketut Martini Asih, 13, kelas VII. Mereka awalnya sedang mengikuti persembahyangan serangkaian prosesi Guru Piduka di Padmasana sekolah. Upacara ini digelar untuk memohon keselamatan dan memohon supaya tidak diganggu oleh mahluk halus yang menyebabkan sejumlah siswi mengalami kesurupan sejak 3 minggu lalu, secara berturut-turut hampir setiap harinya.
Pantauan NusaBali, kesurupan tersebut terjadi saat guru dan siswa melantunkan Puja Trisandya, pukul 09.00 Wita, tiba tiba seorang siswa pingsan. Namun saat akan ditolong siswa yang bersangkutan langsung berteriak. Kejadian ini kemudian diikuti oleh tiga siswi lainnya. Dalam keadaan riuh, sejumlah guru dibantu siswa laki laki pun langsung membawa siswi yang mengalami kesurupan tersebut ke ruang kelas untuk ditenangkan. Ketika itu Wabup Kasta turut membantu menyadarkan siswa yang kesurupan dengan memerciki tirta (air suci).
Peristiwa kesurupan di SMPN 4 Banjarangkan sendiri, sebenarnya sudah terjadi sejak 3 minggu lalu, tepatnya 30 September 2019, hingga berlanjut sampai sekarang dengan rata-rata siswa perempuan (siswi) yang kesurupan 1-2 orang setiap harinya. Namun kesurupan semakin menjadi-jadi sejak, Senin (21/10) pagi, di mana 8 orang siswi kesurupan dari pukul 06.30 Wita. Mereka berteriak histeris, menangis dan menari.
Karena kesurupan berlanjut sampai siang maka untuk menyadarkan mereka, pihak sekolah sampai mendatangkan 4 paranormal ke sekolah dan 2 jero mangku. Setelah diperciki tirta mereka mulai sadar sekitar pukul 14.00 Wita. Kemudian mereka pulang ke rumah masing-masing dengan dijemput orang tuanya.
“Dari kejadian Senin itu, kami dari sekolah berinisiatif menghaturkan Guru Piduka, Selasa pagi. Namun saat melantunkan Puja Trisandya ada 4 siswa kami yang kesurupan lagi,” katanya.
Dari siswa yang kesurupan tersebut mereka menyebut kalau tempat tinggalnya, yakni pada sebuah Pohon Tingkih (Kemiri) di belakang SMPN 4 Banjarangkan, ditebang saat mengerjakan proyek saluran irigasi subak di bawahnya oleh para pekerja, pada Juni 2019 lalu. Sehingga mahluk astral tersebut kehilangan tempat tinggalnya, maka mereka memutuskan menempati sebuah gudang di sekolah itu. Karena gudang dibersihkan beberapa hari lalu, mereka pun tidak punya tempat tinggal.
Oleh karena itu mahluk astral ini merasuki para siswi, sejak 30 September 2019 sampai sekarang. “Sesuai petunjuk jero tapakan, kita diminta untuk membuat sebuah palinggih rong satu dan rong tiga, dengan posisi di Kaja-Kangin dan Kelod-Kangin sekolah,” ujarnya.
Pelinggih sementara dibuat berupa turus dari carang dapdap, sementara untuk bangunan permanennya akan segera dibangun. “Kalau secara kasat mata di belakang sekolah memang berupa saluran irigasi, namun secara niskala diyakini merupakan griya,” katanya. Tak hanya itu puluhan tahun silam pada saluran irigasi subak itu sempat menelan 2 orang korban jiwa kakak beradik, mereka tewas tenggelam saat mandi di sana.
Kondisi ini juga membuat pembelajaran di sekolah tidak kondusif, bahkan untuk menghindari kejadian serupa 8 orang siswa yang kesurupan pada Senin lalu, diminta untuk belajar di rumah masing-masing. Namun mereka tetap bersikeras untuk sekolah hingga akhirnya 4 di antaranya kembali kesurupan.
Kata Kasek Ngenteg, beberapa hari yang lalu sampai ada siswa kerauhan dan sudah perjalanan pulang berjarak 100 meter dari sekolah, kembali kesurupan kemudian datang lagi ke sekolah. “Hampir setiap hari siswa kami ada kesurupan sejak 30 September lalu, suasana pembelajaran menjadi terganggu, masalah ini juga sudah kami sampaikan kepada Dinas Pendidikan (Disdik) Klungkung,” katanya.
Sementara itu Wabup Made Kasta mengatakan, penyebab kegaduhan ini adalah ulah mahluk halus penghuni area di belakang sekolah. Dirinya juga telah dihubungi pihak sekolah sejak hari, Senin (21/10), namun karena ada kesibukan sidang paripurna dan monev pemerintahan desa, dirinya baru bisa hadir pada, Selasa (22/10) kemarin.
Proses penyembuhan dilakukan Wabub Kasta dengan memercikkan tirta yang telah diberi mantra. Selain melakukan penyembuhan terhadap para siswi, Wabup Made Kasta juga sempat melakukan penelusuran lokasi-lokasi yang diduga menjadi tempat mahluk astral tersebut di areal sekolah. Dengan menggunakan media lilin yang menyala Wabup Made Kasta memeriksa dua buah bangunan bekas mes guru yang sudah rusak dan memasuki satu-persatu kamar yang ada di dalamnya. Saat memasuki satu ruangan, tiba tiba lilin yang digenggam Wabup Kasta padam layaknya ada yang meniup lilin tersebut. Seketika itu pula Wabup Kasta tersenyum seraya mengucapkan di sinilah mahluk itu berada.
Kepada Kasek Wayan Ngenteg, Wabup Kasta berpesan untuk secepatnya membuatkan sebuah palinggih, serta segera melakukan upacara mecaru manca warna. “Semoga dengan upacara ini proses belajar mengajar para siswa bisa kembali berjalan normal tanpa gangguan dari mahluk astral tersebut,” katanya.
Sementara itu seorang siswa yang sadar dari kesurupan, Devi Ariani, mengaku melihat diikuti oleh sosok perempuan saat kesurupan. “Saya diikuti sosok perempuan mengenakan pakaian serba hitam,” katanya. *wan
1
Komentar