Pasung: Sebuah Dokumenter oleh Rudi Waisnawa
UWRF 2019
Ubud Writers & Readers Festival
Ubud Writers and Readers Festival 2019
Kesehatan Jiwa
Gangguan Mental
Sejak lima tahun silam, Rudi Waisnawa mendedikasikan dirinya untuk membantu penderita gangguan jiwa melalui fotografi
GIANYAR, NusaBali.com
Di beberapa bagian Indonesia yang masih memegang teguh adat dan kebudayaan, ternyata memiliki stigma negatif kepada para penderita gangguan kejiwaan. Hal ini diungkapkan dalam salah satu Main Program Ubud Writers and Readers Festival 2019 yang bertajuk ‘Writing Mental Health’ pada Kamis (24/10/2019).
Diskusi yang berlangsung di Taman Baca Ubud ini menghadirkan empat pembicara, yaitu Kate Richards, Lindsay Wang, Rudi Waisnawa, dan Valiant Budi yang dimoderatori oleh Luke Williams mengupas berbagai stigma negatif terhadap gangguan kejiwaan dari berbagai negara, termasuk Indonesia.
Salah satu cerita mengenai stigma negatif tersebut datang dari Valiant Budi, penulis buku ‘Tukar Takdir’ ini bercerita mengenai dirinya yang pada 2015 lalu terkena serangan stroke hemoragik yang kemudian mengubah cara kerja otaknya. Semenjak itu, orang-orang yang berada di sekitarnya menganggap bahwa kejadian tersebut terjadi karena dosa-dosanya di masa lalu.
Cerita lain yang juga berasal dari Indonesia, tepatnya di Bali, datang dari seorang Rudi Waisnawa, seorang fotografer. Rudi telah menjadi relawan di Suryani Institute of Mental Health di Kesiman Kertalangu, Denpasar. Tak hanya menjadi relawan yang membantu para pasien gangguan jiwa, Rudi juga mengabadikan perkembangan para pasien tersebut melalui foto yang akhirnya menjadi buku dokumenter berjudul ‘Pasung’.
Judul ini dipilih karena kebanyakan pasien gangguan jiwa pada awalnya dipasung dan dirantai di rumah keluarga pasien. “Alasan utama keluarganya memasung karena keluarga mereka malu, selain itu juga karena mereka merasa tidak punya harapan. Sebelumnya keluarga sudah ke rumah sakit jiwa selama 10-15 kali, tapi selang dua minggu kambuh lagi,” ujar Rudi Waisnawa.
Sejak saat itu, Rudi membantu gerakan untuk membebaskan pasien gangguan jiwa ini. Hasilnya? Sebanyak 75 persen pasien yang dibebaskan kini berangsur-angsur pulih. Pencapaian ini sontak menuai beragam pujian dari para peserta UWRF yang menyaksikan diskusi ini. Pertama karena dedikasi Rudi bagi para penderita gangguan jiwa, dan yang kedua, karena buku dokumenter Rudi ini tidak dijual, yang menandakan bahwa Rudi murni bertujuan untuk menolong para penderita gangguan kejiwaan tersebut.
“Foto saya memang tidak bisa menyembuhkan, tetapi melalui foto kita bisa mengetahui perkembangan para pasien tersebut,” kesannya.*yl
Komentar