'Wayang Plastik' Meriahkan FSBJ
Garapan ini melibatkan tak kurang 60 seniman, tampil menyajikan konsep cerita sarat kritik, membedah pemahaman secara sederhana mengatasi masalah sampah plastik di muka bumi ini.
DENPASAR, NusaBali
Hari pertama, Festival Seni Bali Jani (FSBJ) 2019 menyajikan garapan-garapan menarik. Salah satunya garapan ‘Wayang Plastik’ dari Bajrajnyana Musik Theater Gianyar yang berjudul ‘Balada Dalang Kangkung’ yang tampil di depan Gedung Kriya, Taman Budaya Provinsi Bali, Minggu (27/10) malam.
Balada Dalang Kangkung merupakan gambaran tentang kehidupan dalang yang mengembara bersama cerita dan ratapan kehidupan yang dilantunkan dalam tembang, tembang kesedihan, asmara, perjuangan, pergulatan dalam keringkihan hidup, mengembara dalam nyanyian jiwa.
Menurut I Gusti Putu Sudarta selaku penggarap wayang plastik, medium karya ini sudah lama, namun garapan yang disusun dalam konteks kekinian dihadirkan kritik plastik, mulai dari bahaya pemakaian plastik dan mengatasi masalah plastik dalam bentuk sederhana. “Hampir 20 tahun mencoba, tetapi untuk mengedukasi kesadaran masyarakat berperilaku agar tidak sembarangan membuang sampah plastik, itu tidak serta merta diterima. Jadi kami lebih kepada contoh bagaimana bijak menggunakan plastik,” ujarnya ditemui usai pementasan.
Secara komposisi garapan, pihaknya menitik beratkan konsep Sang Gita. Sang Gita atau nyanyian menjadi pokok garapan untuk mengiringi tarian, gamelan dan teater itu, di mana sang dalang, penari dan gamelan, memerankan sebuah tranformasi gagasan tembang, Meski medium karya yang ditampilkan sudah cukup lama, namun secara konteks materi tentang plastik menjadi inti pesan yang ingin diungkapkan sang penggarap.
Adapun kidung atau geguritan yang dibawakan adalah geguritan Sucita Subudi, tentang pelajaran spiritual yang diterapkan dalam sehari- hari. “Gita menjadi pokok, baik ke tarian, gamelan, teater, dasarnya dari nyanyian. Intinya tari dan musik hadir dari tranformasi tembang,”ungkapnya.
Garapan Wayang Plastik di bawah asuhan I Gusti Putu Sudarta dan penata tari Kadek Desi Aryani Arsa Wijaya ini melibatkan tak kurang 60 seniman, tampil menyajikan konsep cerita sarat kritik, membedah pemahaman secara sederhana mengatasi masalah sampah plastik di muka bumi ini. Melalui garapan ini, mereka ingin mengajak kesadaran menjaga bumi ini agar tetap lestari. Disinggung mengenai apresiasi penonton, Sudarta berharap pada kualitas bukan pada kuantitas. Hadirnya penonton apalagi didominasi kaum pelajar ini dianggap sebagai langkah bagus dan sasarannya tepat. *ind
Balada Dalang Kangkung merupakan gambaran tentang kehidupan dalang yang mengembara bersama cerita dan ratapan kehidupan yang dilantunkan dalam tembang, tembang kesedihan, asmara, perjuangan, pergulatan dalam keringkihan hidup, mengembara dalam nyanyian jiwa.
Menurut I Gusti Putu Sudarta selaku penggarap wayang plastik, medium karya ini sudah lama, namun garapan yang disusun dalam konteks kekinian dihadirkan kritik plastik, mulai dari bahaya pemakaian plastik dan mengatasi masalah plastik dalam bentuk sederhana. “Hampir 20 tahun mencoba, tetapi untuk mengedukasi kesadaran masyarakat berperilaku agar tidak sembarangan membuang sampah plastik, itu tidak serta merta diterima. Jadi kami lebih kepada contoh bagaimana bijak menggunakan plastik,” ujarnya ditemui usai pementasan.
Secara komposisi garapan, pihaknya menitik beratkan konsep Sang Gita. Sang Gita atau nyanyian menjadi pokok garapan untuk mengiringi tarian, gamelan dan teater itu, di mana sang dalang, penari dan gamelan, memerankan sebuah tranformasi gagasan tembang, Meski medium karya yang ditampilkan sudah cukup lama, namun secara konteks materi tentang plastik menjadi inti pesan yang ingin diungkapkan sang penggarap.
Adapun kidung atau geguritan yang dibawakan adalah geguritan Sucita Subudi, tentang pelajaran spiritual yang diterapkan dalam sehari- hari. “Gita menjadi pokok, baik ke tarian, gamelan, teater, dasarnya dari nyanyian. Intinya tari dan musik hadir dari tranformasi tembang,”ungkapnya.
Garapan Wayang Plastik di bawah asuhan I Gusti Putu Sudarta dan penata tari Kadek Desi Aryani Arsa Wijaya ini melibatkan tak kurang 60 seniman, tampil menyajikan konsep cerita sarat kritik, membedah pemahaman secara sederhana mengatasi masalah sampah plastik di muka bumi ini. Melalui garapan ini, mereka ingin mengajak kesadaran menjaga bumi ini agar tetap lestari. Disinggung mengenai apresiasi penonton, Sudarta berharap pada kualitas bukan pada kuantitas. Hadirnya penonton apalagi didominasi kaum pelajar ini dianggap sebagai langkah bagus dan sasarannya tepat. *ind
Komentar