IKM Batik Diminta Perluas Pasar di Kancah Global
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) akan semakin gencar memfasilitasi pelaku industri kecil dan menengah (IKM) sektor batik untuk berpartisipasi dalam ajang pameran tingkat internasional.
JAKARTA, NusaBali
Upaya strategis ini, diharapkan bakal memperluas akses pasar IKM batik nasional di kancah global sehingga dapat menggenjot nilai ekspor. “Kami menginginkan ke depannya ada pameran-pameran batik di dunia yang skalanya besar. Misalnya di New York, Paris, London, Tokyo, Sydney, atau kota-kota lainnya yang potensial untuk penetrasi pasar produk batik Indonesia,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita seperti dilansir kontan, Senin (28/10).
Menperin Agus optimistis, langkah tersebut dapat lebih mengenalkan keragaman dan kekhasan batik Nusantara kepada konsumen mancanegara. "Tentunya ini akan memberikan multiplier effect yang luas, dengan menghasilkan devisa dan menciptakan lapangan kerja melalui industri batik itu sendiri,” ujarnya.
Untuk itu, Menurut Agus, perlu adanya kerja sama yang sinergi dengan pemangku kepentingan terkait agar bisa terealisasi. Ia memberi contoh, seperti Yayasan Batik Indonesia, yang dinilai telah konsisten melestarikan batik sampai saat ini.
Ia melanjutkan, industri batik memiliki peran penting bagi perekonomian nasional. Bahkan, industri batik menjadi penggerak perekonomian nasional dan regional, penyedia lapangan kerja, serta penyumbang devisa negara.
“Industri batik didominasi oleh pelaku IKM yang tersebar di 101 sentra. Nilai ekspor batik dan produk batik selama periode Januari-Agustus 2019 mencapai US$ 20,54 juta dengan pasar utamanya ke Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa,” paparnya
Lebih lanjut, industri batik nasional dinilai memiliki daya saing komparatif dan kompetitif di atas rata-rata dunia. Hal ini membuat Indonesia menjadi market leader yang menguasai pasar batik dunia.
Di samping itu, batik yang menjadi identitas bangsa semakin populer dan mendunia. Apalagi, saat ini batik bertransformasi menjadi berbagai bentuk produk fesyen, kerajinan dan dekorasi rumah yang mampu menyentuh berbagai lapisan masyarakat baik di dalam maupun luar negeri.
“Perdagangan produk pakaian jadi dunia yang mencapai US$479 miliar menjadi peluang besar bagi industri batik untuk meningkatkan pangsa pasarnya, mengingat batik sebagai salah satu bahan baku produk pakaian jadi,” imbuhnya.
Dalam upaya pengembangan industri batik nasional agar lebih produktif dan berdaya saing, Kemenperin memiliki berbagai program strategis, antara lain melalui peningkatan kompetensi SDM, kualitas produk, dan standardisasi. Selanjutnya, program restrukturisasi mesin dan peralatan, fasilitasi pemberian mesin dan peralatan, serta promosi dan pameran untuk para perajin dan pelaku usaha batik.
Sementara untuk meningkatkan akses pasar, pihaknya mengaku telah memiliki program e-Smart IKM. Dengan cara tersebut, Kemenperin merasa telah mendorong industri batik memanfaatkan berbagai fasilitas pembiayaan seperti KUR dan lembaga pembiayaan perbankan dan non perbankan lainnya untuk memperkuat struktur modalnya. *
Menperin Agus optimistis, langkah tersebut dapat lebih mengenalkan keragaman dan kekhasan batik Nusantara kepada konsumen mancanegara. "Tentunya ini akan memberikan multiplier effect yang luas, dengan menghasilkan devisa dan menciptakan lapangan kerja melalui industri batik itu sendiri,” ujarnya.
Untuk itu, Menurut Agus, perlu adanya kerja sama yang sinergi dengan pemangku kepentingan terkait agar bisa terealisasi. Ia memberi contoh, seperti Yayasan Batik Indonesia, yang dinilai telah konsisten melestarikan batik sampai saat ini.
Ia melanjutkan, industri batik memiliki peran penting bagi perekonomian nasional. Bahkan, industri batik menjadi penggerak perekonomian nasional dan regional, penyedia lapangan kerja, serta penyumbang devisa negara.
“Industri batik didominasi oleh pelaku IKM yang tersebar di 101 sentra. Nilai ekspor batik dan produk batik selama periode Januari-Agustus 2019 mencapai US$ 20,54 juta dengan pasar utamanya ke Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa,” paparnya
Lebih lanjut, industri batik nasional dinilai memiliki daya saing komparatif dan kompetitif di atas rata-rata dunia. Hal ini membuat Indonesia menjadi market leader yang menguasai pasar batik dunia.
Di samping itu, batik yang menjadi identitas bangsa semakin populer dan mendunia. Apalagi, saat ini batik bertransformasi menjadi berbagai bentuk produk fesyen, kerajinan dan dekorasi rumah yang mampu menyentuh berbagai lapisan masyarakat baik di dalam maupun luar negeri.
“Perdagangan produk pakaian jadi dunia yang mencapai US$479 miliar menjadi peluang besar bagi industri batik untuk meningkatkan pangsa pasarnya, mengingat batik sebagai salah satu bahan baku produk pakaian jadi,” imbuhnya.
Dalam upaya pengembangan industri batik nasional agar lebih produktif dan berdaya saing, Kemenperin memiliki berbagai program strategis, antara lain melalui peningkatan kompetensi SDM, kualitas produk, dan standardisasi. Selanjutnya, program restrukturisasi mesin dan peralatan, fasilitasi pemberian mesin dan peralatan, serta promosi dan pameran untuk para perajin dan pelaku usaha batik.
Sementara untuk meningkatkan akses pasar, pihaknya mengaku telah memiliki program e-Smart IKM. Dengan cara tersebut, Kemenperin merasa telah mendorong industri batik memanfaatkan berbagai fasilitas pembiayaan seperti KUR dan lembaga pembiayaan perbankan dan non perbankan lainnya untuk memperkuat struktur modalnya. *
1
Komentar