Kreasikan Wayang Kontemporer Berbahan Plastik
Kiprah Pegiat Linkungan I Wayan Purwana
I Wayan Purwana asal Banjar Tameng Desa/Kecamatan Sukawati, Gianyar, tergolong salajh seorang pegiat lingkungan yang kreatif.
GIANYAR, NusaBali
Dia berhasil mengkreasikan wayang dari bahan plastik. Ada empat wayang kontemporer berbahan plastik yakni Duryodana, Sekuni, Sangut, dan Raksasa. Rata-rata, wayang kontemporer ini memiliki panjang 90 cm - 1 meter. ‘’Wayang plastik ini berawal dari permintaan dari Sanggar Bajra Jnana, Desa Bona, Blahbatuh, Gianyar, ‘’ujarnya ditemui di rumahnya, Banjar Tameng Desa/Kecamatan Sukawati. Purwana menjelaskan wayang kontemporer hasil karyanya itu telah dipentaskan di Festival Seni Bali Jani, Denpasara, beberapa waktu lalu dalam pertunjukan teater. Usai pentas, diakui wayang ini tiada guna karena memang tidak metaksu karena bahannya dari sampah plastik. Namun demikian, wayang ini dibuat sebagai perantara edukasi tentang bahaya sampah plastik yang disampaikan melalui pertunjukkan teater. "Wayang ini dibuat untuk pelengkap teater yang mengkritisi dampak ekologi dari sampah plastik terhadap lingkungan," jelasnya.
Purwana pun tidak berencana untuk memproduksi lagi. Sebab pria yang aktif dalam kelompok sosial Trash Hero Indonesia ini berkepentingan agar sampah plastik masuk pabrik. "Sempat dilema, karena saya mendaur ulang sampah plastik. Yang justru tetap akan menghasilkan sampah. Berbeda ketika kita kumpulkan sampah plastik, masuk pabrik diolah jadi produk baru," ujarnya.
Untuk pembuatan wayang ini, diakui proses pemilahan sampahnya yang cukup lama. Setelah sampah dirasa cukup, termasuk komposisi warna barulah membuat pola. "Polanya saya buat berbahan kemasn botol plastik yang disetrika biar datar. Setelah itu baru ditempel sampah berwarna," jelasnya.
Pada saat pemilihan warna dan bentuk inilah memerlukan kreativitas tinggi. Sebab tidak bisa sembarang tempel. "Harua disesuaikan warna rambut, mata, gigi, dan ornamen lain agar sesuai dengan karakter tokoh," jelasnya
Untuk bahan baku, diakui mudah didapatkan dari lingkungan sekitar. Khususnya lagi, hanya didapatkan dari sampah rumah tangga. "Yang beli cuma kayu dan lem sebagai perekat," ujarnya. Biaya yang dihabiskan kisaran Rp 500.000.
Purwana yang sejak 1,5 tahun terakhir aktif di Trash Hero, turut mambawa kebiasaan memilah sampah dari rumah. "Di rumah saya sedia 3 bak sampah. Untuk organik, plastik dan bahan berbahaya. Untuk memilah jika ada yg tertukar, saya siagakan satu sepit," ujarnya. Dalam rumahnya, Purwana sudah punya gunungan sampah plastik. Sementara sampah organik, dia kubur dalam lahan sebagai pupuk alami. Sampah plastik yang terkumpul, akan ia tabung di bank sampah. "Kebetulan di desa Sukawati ada rencana pendirian bank sampah, nanti akan disalurkan kesana," ujarnya berharap bank sampah tersebut segera terwujud.*nvi
Purwana pun tidak berencana untuk memproduksi lagi. Sebab pria yang aktif dalam kelompok sosial Trash Hero Indonesia ini berkepentingan agar sampah plastik masuk pabrik. "Sempat dilema, karena saya mendaur ulang sampah plastik. Yang justru tetap akan menghasilkan sampah. Berbeda ketika kita kumpulkan sampah plastik, masuk pabrik diolah jadi produk baru," ujarnya.
Untuk pembuatan wayang ini, diakui proses pemilahan sampahnya yang cukup lama. Setelah sampah dirasa cukup, termasuk komposisi warna barulah membuat pola. "Polanya saya buat berbahan kemasn botol plastik yang disetrika biar datar. Setelah itu baru ditempel sampah berwarna," jelasnya.
Pada saat pemilihan warna dan bentuk inilah memerlukan kreativitas tinggi. Sebab tidak bisa sembarang tempel. "Harua disesuaikan warna rambut, mata, gigi, dan ornamen lain agar sesuai dengan karakter tokoh," jelasnya
Untuk bahan baku, diakui mudah didapatkan dari lingkungan sekitar. Khususnya lagi, hanya didapatkan dari sampah rumah tangga. "Yang beli cuma kayu dan lem sebagai perekat," ujarnya. Biaya yang dihabiskan kisaran Rp 500.000.
Purwana yang sejak 1,5 tahun terakhir aktif di Trash Hero, turut mambawa kebiasaan memilah sampah dari rumah. "Di rumah saya sedia 3 bak sampah. Untuk organik, plastik dan bahan berbahaya. Untuk memilah jika ada yg tertukar, saya siagakan satu sepit," ujarnya. Dalam rumahnya, Purwana sudah punya gunungan sampah plastik. Sementara sampah organik, dia kubur dalam lahan sebagai pupuk alami. Sampah plastik yang terkumpul, akan ia tabung di bank sampah. "Kebetulan di desa Sukawati ada rencana pendirian bank sampah, nanti akan disalurkan kesana," ujarnya berharap bank sampah tersebut segera terwujud.*nvi
1
Komentar