Kemendikbud-GTS Institute Gelar Diskusi Pelibatan Keluarga dalam Pendidikan
Ketua Perdiknas: Penting Membangun Komunikasi dengan Anak
DENPASAR, NusaBali
Kementarian Pendidikan dan Kebudayaan RI bersinergi dengan GTS Instutute Bali dan Perdiknas Denpasar, menggelar ‘Program Penyelenggaraan Pendidikan Keluarga bagi Masyarakat’ yang mengusung tema ‘Pelibatan Keluarga dalam Penyelenggaraan Pendidikan’. Kegiatan yang dilaksanakan di Auditorium Perdiknas, Jalan Tukad Yeh Aya, Denpasar, Rabu (30/10) pagi ini diikuti 100-an peserta baik dari kalangan guru, penyuluh agama, maupun tokoh masyarakat.
Direktur Eksekutif GTS Institute Bali Dr AAA Ngurah Tini Rusmini Gorda SH MM MH mengatakan, kegiatan ini merupakan program dari Kemendikbud sekaligus untuk mengenang 26 tahun kehilangan ibunda tercintanya, Ratyni Gorda. “Kegiatan ini adalah program nasional dan kebetulan hari ini (30 Oktober 2019), 26 tahun kami kehilangan ibunda tercinta. Konsep keluarga dalam dunia pendidikan ini terinspirasi dari Ibu saya. Jadi momennya sangat pas untuk dilaksanakan,” ujar Tini Gorda ditemui sebelum acara.
Dijelaskannya, keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang mempunyai peran penting dalam pedidikan anak untuk mewujudkan Generasi Emas 2045. Menurut Tini Gorda, perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh pengasuhan yang diterapkan dalam keluarga. Selain itu, faktor lingkungan masyarakat dan satuan pendidikan juga berperan dalam perkembanga anak tersebut. “Jadi, kemitraan antara keluarga, satuan pendidikan, dan masyarakat diharapkan menjadi satu kesatuan dalam mendukung perkembangan anak secara optimal,” harapnya.
Dalam diskusi yang dimoderatori oleh Anak Agung Mia Intentilia SIP MA ini menghadirkan empat narasumber yakni Ketua Perdiknas Denpasar Dr AA Ngurah Eddy Supriyadinata Gorda, Direktur Eksekutif GTS Institute Bali Dr AAA Ngurah Tini Rusmini Gorda SH MM MH, serta dua orang Psikolog, AA Ketut Sri Wiraswati MPsi dan Made Padma Dewi Bajirani MPsi.
Dr AA Ngurah Eddy Supriyadinata Gorda yang menjadi narasumber pertama menekankan pentingnya membangun komunikasi efektif dengan anak. “Komunikasi merupakan kunci sukses hubungan antara orangtua dengan anak-anaknya. Bentuk komunikasi verbal dengan kata-kata maupun komunikasi non verbal seperti pelukan, ciuman, sentuhan merupakan bentuk komunikasi yang perlu dipupuk dan dilatih kepada anak sejak usia dini, sehingga sampai kapanpun ‘komunikasi kasih sayang’ dari kedua orangtua kepada anak-anaknya dapat terus berlangsung tanpa anak merasa malu dan terganggu,” ujar akademisi yang akrab disapa Gung Eddy, ini.
Narasumber kedua, AA Ketut Sri Wiraswati MPsi menjelaskan tentang pola pengusuhan anak di era digital. Menurutnya, terdapat beberapa perbedaan khas pada karakteristik pengasuhan orangtua masa sebelum era digital dan saat era digital bergulir. “Sebelum era digital, salah satunya adalah orangtua cenderung bersikap otoriter, sementara dalam era digital ini orangtua sering menempatkan diri sebagai teman bagi anak,” ujarnya
Narasumber ketiga, Made Padma Dewi Bajirani MPsi menjelaskan tentang pentingnya pengembangan kreativitas pada anak. “Dorong dan dukung kreativitas pada anak. Misalnya, ikut sertalah dengan anak ketika mereka menggambar atau mewarnai. Hal ini juga memberi kesempatan bagi keluarga untuk menjadi lebih dekat,” ujarnya.
Sebagai narasumber tarakhir, Tini Gorda lebih banyak bercerita tentang pola asuh yang dilakukan orangtuanya Prof IGN Gorda dan IGN Ratyni Gorda kepada anak-anaknya. “Orangtua saya dulu kadang otoriter juga kepada anak-anaknya tapi ada komunikasi yang jelas. Ketika orangtua saya tidak ada di rumah, misalnya ke luar kota, saya sebagai kakak tertua juga kadang otoriter kepada adik-adik saya, seperti orangtua saya,” ceritanya. Namun demikian, kata dia, pola asuh Prof Gorda terbukti sukses mengantarkan empat anaknya dalam dunia pendidikan seperti saat ini. “Jadi pola asuh otoriter itu tidak semuanya jelek kalau disertai dengan komunikasi dan penjelasan atau alasan yang jelas kepada sang anak,” pungkas ibu dua anak ini. *isu
Direktur Eksekutif GTS Institute Bali Dr AAA Ngurah Tini Rusmini Gorda SH MM MH mengatakan, kegiatan ini merupakan program dari Kemendikbud sekaligus untuk mengenang 26 tahun kehilangan ibunda tercintanya, Ratyni Gorda. “Kegiatan ini adalah program nasional dan kebetulan hari ini (30 Oktober 2019), 26 tahun kami kehilangan ibunda tercinta. Konsep keluarga dalam dunia pendidikan ini terinspirasi dari Ibu saya. Jadi momennya sangat pas untuk dilaksanakan,” ujar Tini Gorda ditemui sebelum acara.
Dijelaskannya, keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang mempunyai peran penting dalam pedidikan anak untuk mewujudkan Generasi Emas 2045. Menurut Tini Gorda, perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh pengasuhan yang diterapkan dalam keluarga. Selain itu, faktor lingkungan masyarakat dan satuan pendidikan juga berperan dalam perkembanga anak tersebut. “Jadi, kemitraan antara keluarga, satuan pendidikan, dan masyarakat diharapkan menjadi satu kesatuan dalam mendukung perkembangan anak secara optimal,” harapnya.
Dalam diskusi yang dimoderatori oleh Anak Agung Mia Intentilia SIP MA ini menghadirkan empat narasumber yakni Ketua Perdiknas Denpasar Dr AA Ngurah Eddy Supriyadinata Gorda, Direktur Eksekutif GTS Institute Bali Dr AAA Ngurah Tini Rusmini Gorda SH MM MH, serta dua orang Psikolog, AA Ketut Sri Wiraswati MPsi dan Made Padma Dewi Bajirani MPsi.
Dr AA Ngurah Eddy Supriyadinata Gorda yang menjadi narasumber pertama menekankan pentingnya membangun komunikasi efektif dengan anak. “Komunikasi merupakan kunci sukses hubungan antara orangtua dengan anak-anaknya. Bentuk komunikasi verbal dengan kata-kata maupun komunikasi non verbal seperti pelukan, ciuman, sentuhan merupakan bentuk komunikasi yang perlu dipupuk dan dilatih kepada anak sejak usia dini, sehingga sampai kapanpun ‘komunikasi kasih sayang’ dari kedua orangtua kepada anak-anaknya dapat terus berlangsung tanpa anak merasa malu dan terganggu,” ujar akademisi yang akrab disapa Gung Eddy, ini.
Narasumber kedua, AA Ketut Sri Wiraswati MPsi menjelaskan tentang pola pengusuhan anak di era digital. Menurutnya, terdapat beberapa perbedaan khas pada karakteristik pengasuhan orangtua masa sebelum era digital dan saat era digital bergulir. “Sebelum era digital, salah satunya adalah orangtua cenderung bersikap otoriter, sementara dalam era digital ini orangtua sering menempatkan diri sebagai teman bagi anak,” ujarnya
Narasumber ketiga, Made Padma Dewi Bajirani MPsi menjelaskan tentang pentingnya pengembangan kreativitas pada anak. “Dorong dan dukung kreativitas pada anak. Misalnya, ikut sertalah dengan anak ketika mereka menggambar atau mewarnai. Hal ini juga memberi kesempatan bagi keluarga untuk menjadi lebih dekat,” ujarnya.
Sebagai narasumber tarakhir, Tini Gorda lebih banyak bercerita tentang pola asuh yang dilakukan orangtuanya Prof IGN Gorda dan IGN Ratyni Gorda kepada anak-anaknya. “Orangtua saya dulu kadang otoriter juga kepada anak-anaknya tapi ada komunikasi yang jelas. Ketika orangtua saya tidak ada di rumah, misalnya ke luar kota, saya sebagai kakak tertua juga kadang otoriter kepada adik-adik saya, seperti orangtua saya,” ceritanya. Namun demikian, kata dia, pola asuh Prof Gorda terbukti sukses mengantarkan empat anaknya dalam dunia pendidikan seperti saat ini. “Jadi pola asuh otoriter itu tidak semuanya jelek kalau disertai dengan komunikasi dan penjelasan atau alasan yang jelas kepada sang anak,” pungkas ibu dua anak ini. *isu
1
Komentar