'Pertama Kali, Enjoy dan Dinikmati Saja'
Saat Para Gadis Ikut Body Painting di Festival Payangan
Atraksi body painting (melukis bermedia tubuh) melibatkan delapan model seksi memikat ratusan pengunjung di Festival Payangan, Desa Melinggih, Kecamatan Payangan, Gianyar, Kamis (31/10) sore.
GIANYAR, NusaBali
Para model masih gadis itu dilukis oleh para seniman Payangan yang tergabung dalam Himpunan Perupa Payangan berjumlah 15 seniman.
Salah seorang model, Putu Nawa Nita mengaku baru pertama kali menjadi model body painting. Dia mau ikut kegiatan ini berawal dari melihat temannya yang sering dilukis tubuhnya. Dia pun penasaran dan ingin mencoba. "Ini baru pertama kali ikut, penasaran saja melihat teman sering dilukis tubuhnya. Grogi sih tidak, yang penting siap mental dan persiapan seperti pakaian sama sepatu saja," jelas siswi kelas III SMA swasta di Denpasar ini.
Hal senada dirasakan model lain, Dea Kenia, siswi SMK Kesehatan di Denpasar. "Baru pertama kali, rasanya enjoy dan dinikmati saja. Memang harus kuat mental," ungkapnya.
Salah seorang seniman senior, I Made Dolar Astawa menjelaskan body painting ini berkonsep alam dan isinya. Pria asli Banjar Sema, Desa Melinggih, Kecamatan Payangan yang biasa menjuri lomba lukis ini ingin menyampaikan pada masyarakat bahwa seni body painting tidak semata negative, melainkan sebagai seni murni. "Body painting sedikit berbeda. Karena objeknya bergerak. Jadi agak susah dikontrol. Sering juga tergoda, tidak kuat lihat model, jadi bisa agak grogi," ungkapnya.
Dia menambahkan, waktu untuk melukis satu tubuh diperlukan sekitar satu sampai dua jam. Satu model bisa dilukis oleh dua sampai tiga seniman. Begitu juga cat yang digunakan merupakan khusus badan dan gampang dihapus.
Camat Payangan Anak Agung Gede Raka Surya Diputra menjelaskan Festival Payangan telah berlangsung tiga kali, 29 - 31 Oktober 2019. Even ini bertujuan untuk membangkitkan dan mengembangkan potensi seni, wirausaha, dan kreasi anak muda di Payangan. "Seperti arahan Bupati, dalam rangka membangkitkan mengembangkan potensi seni di Payangan. Semua pelaku seni kami libatkan," jelasnya.*nvi
Salah seorang model, Putu Nawa Nita mengaku baru pertama kali menjadi model body painting. Dia mau ikut kegiatan ini berawal dari melihat temannya yang sering dilukis tubuhnya. Dia pun penasaran dan ingin mencoba. "Ini baru pertama kali ikut, penasaran saja melihat teman sering dilukis tubuhnya. Grogi sih tidak, yang penting siap mental dan persiapan seperti pakaian sama sepatu saja," jelas siswi kelas III SMA swasta di Denpasar ini.
Hal senada dirasakan model lain, Dea Kenia, siswi SMK Kesehatan di Denpasar. "Baru pertama kali, rasanya enjoy dan dinikmati saja. Memang harus kuat mental," ungkapnya.
Salah seorang seniman senior, I Made Dolar Astawa menjelaskan body painting ini berkonsep alam dan isinya. Pria asli Banjar Sema, Desa Melinggih, Kecamatan Payangan yang biasa menjuri lomba lukis ini ingin menyampaikan pada masyarakat bahwa seni body painting tidak semata negative, melainkan sebagai seni murni. "Body painting sedikit berbeda. Karena objeknya bergerak. Jadi agak susah dikontrol. Sering juga tergoda, tidak kuat lihat model, jadi bisa agak grogi," ungkapnya.
Dia menambahkan, waktu untuk melukis satu tubuh diperlukan sekitar satu sampai dua jam. Satu model bisa dilukis oleh dua sampai tiga seniman. Begitu juga cat yang digunakan merupakan khusus badan dan gampang dihapus.
Camat Payangan Anak Agung Gede Raka Surya Diputra menjelaskan Festival Payangan telah berlangsung tiga kali, 29 - 31 Oktober 2019. Even ini bertujuan untuk membangkitkan dan mengembangkan potensi seni, wirausaha, dan kreasi anak muda di Payangan. "Seperti arahan Bupati, dalam rangka membangkitkan mengembangkan potensi seni di Payangan. Semua pelaku seni kami libatkan," jelasnya.*nvi
1
Komentar