Menikmati Sajian Tari Kontemporer ala SMKN 3 Sukawati
Sepanjang pertunjukan 1 jam, penonton diajak berpindah-pindah pada tiga titik di Kalangan Angsoka yang menjadi tempat menari.
DENPASAR, NusaBali.com
Bukan sekadar pertunjukan tari kontemporer, karena nilai-nilai pada kesenian tradisional Bali masih dijadikan pegangan. Demikian kata I Gusti Ngurah Agung Giri Putra, yang merupakan penggarap Gelar Tari Kontemporer Komunitas Seni SMKN 3 Sukawati. Siswa-siswi yang dia latih, mampu tampil apik dalam Festival Seni Bali Jani, Minggu (3/11/2018) di Taman Budaya Art Centre, Denpasar.
Ngurah membawa pakem tarian tradisional Bali dalam tarian yang ditampilkan siswanya. Uniknya meski koreografi yang ditampilkan tak ubahnya tarian tradisional, konsep pertunjukan ditata dengan gaya kontemporer. Sepanjang pertunjukan penonton diajak tidak hanya diam di satu tempat untuk menikmati. Mereka berpindah-pindah di tiga titik di Kalangan Angsoka yang menjadi tempat menari.
"Secara bentuk koreografi mungkin penonton menganggap ini adalah tarian tradisional. Tapi secara feel yang didapatkan penonton dengan mengajak mereka berpindah-pindah untuk menikmati tarian tadi mengarah pada pola pertunjukan kontemporer," lanjutnya.
Ngurah yang juga pernah mengenyam studi Magister Penciptaan dan Pengkajian Seni di ISI Denpasar ini menceritakan butuh waktu hingga satu bulan untuk mempersiapkan siswanya ikut serta dalam pesta seni kontemporer perdana di Bali ini. Selama selama satu jam pertunjukan, Ngurah melibatkan hingga 45 siswanya untuk menyajikan tarian selama satu jam penuh tersebut.
Tarian ini mengambil tema 'Atap Tradisi' dengan tiga set koreografi yang ditampilkan. Ngurah bersama timnya sengaja memilih tema ini untuk merespons tema Festival Seni Bali Jani 2019 'Hulu-Teben'. "Hulu kami adposi sebagai atap tradisi, sedangkan orang-orang yang menjaga atap tradisi agar tetap kokoh pada tarian tadi adalah 'Teben' itu sendiri," ucapnya.
Apapun yang ia dan siswanya lakukan dalam berkesenian, dikatakan tetap kembali pada 'Atap Tradisi' yang dimiliki. "Walaupun kesenian itu berwujud kontemporer dengan sejumlah inovasi di dalamnya, ke manapun kami tetap menjaga 'Atap Tradisi' kesenian agar tetap kuat. Karena itu yang jadi identitas kesenian kami," ujarnya.*has
Komentar