Rindik Bambu Bali Beberkan Rahasia Bermain Rindik
Festival Seni Bali Jani (FSBJ) 2019 mewadahi kesenian modern dan inovatif.
DENPASAR, NusaBali
Salah satunya Rindik Bambu Bali yang menginovasi alat musik rindik dipadukan dengan ilmu teknik, sehingga menghasilkan alat musik rindik yang unik. Dalam kesempatan tampil di FSBJ 2019 di Madya Mandala Taman Budaya Provinsi Bali, Jumat (1/11) sore, Rindik Bambu Bali bahkan membeberkan rahasia bermain rindik. Sembari perform, Rindik Bambu Bali sambil memberikan workshop singkat senam otak kanan untuk memudahkan bermain rindik.
“Orang bilang susah belajar rindik karena tangannya kaku. Bukan tangannya yang kaku, tapi otaknya yang belum diaktifkan keduanya (otak kanan dan otak kiri). Jadi bermain rindik itu tidak sulit, asal tahu caranya dan mau,” ujar Gusti Rai, sang pencipta rindik inovatif, saat ditemui usai acara.
Gusti Rai ingin penampilannya di ajang Festival Seni Bali Jani tidak hanya sebatas menghibur, namun juga mengedukasi. Karena itu, di sela perform, dia selingi dengan memberikan workshop melatih otak kanan melalui senam jari.
“Saya ingin ada interaksi dengan penonton, sehingga penonton juga ikut belajar bermain rindik. Saya lebih banyak membuka kesempatan kepada pengunjung khususnya mereka yang senang memainkan rindik untuk sharing ilmu,” tuturnya.
Sembari memberikan workshop singkat, Rindik Bambu Bali menampilkan beberapa gending seperti gending rindik Kangen Bali. Gusti Rai juga memainkan tawa-tawa dan kenyur (suaranya seperti gong). Di sisi lain, dia juga menyajikan musik kolaborasi Rindik Bambu Bali dengan kedua anaknya yaitu, I Gusti Putu Ryan Raidika dan I Gusti Made Dwidi Raidika yang piawai bermain alat musik modern.
Kiprah Gusti Rai dalam menginovasi rindik patut diacungi jempol. Jika dilihat secara seksama, Rindik Bambu Bali karya Gusti Rai ini memang beda. Arsitek asal Banjar Santi, Desa Selat, Kecamatan Selat, Karangasem ini berhasil menciptakan rindik bertingkat dua dan bertingkat tiga (piano). Rindik ini bisa dimainkan oleh dua orang, dari yang biasanya tiga sampai empat penabuh rindik.
Gamelan rindik tersebut dibuat dengan analisis teknik yang tepat yakni tangga nada, ketetapan oktaf, ketepatan reng-nya. Selain menciptakan rindik piano, Gusti Rai juga menginovasi rindik biasa menjadi rindik dengan bilah bambu (biasanya disebut tingklik) dengan kombinasi pipa PVC. Kombinasi ini bisa menghasilkan suara yang lebih bergema. Atas inovasi tersebut, Gusti Rai menerima Penghargaan Silpakara Nugraha serangkaian HUT Provinsi Bali tahun 2015 dalam kategori pembangunan teknologi dalam rangka mendukung pelestarian dan pengembangan seni dan budaya Bali.
Saat ini Gusti Rai terus berinovasi. Setelah sukses dengan rindik bertingkat dua dan tiga, kini dia menbuat karya baru yang masih dalam bentuk prototype, yakni gamelan kincir angin.
Konon, karya ini nantinya bisa dijadikan sebagai healing relaksasi. Menurutnya, di Thailand banyak kreasi kincir air namun kurang menarik karena tidak diisi bunyi. Nah, Bali memiliki nilai plus karena memiliki begitu banyak gamelan. Maka, terpikirlah untuk menggabungkan keduanya, tentunya dengan teknik yang tepat. “Saya ingin menghadirkan sesuatu yang berbunyi dan bisa menjadi suatu healing untuk relaksasi, dengan penggerak air. Kalau peruntukannya bisa di lobi rumah, lobi hotel, atau kantor-kantor pemerintahan. Masih banyak yang akan saya kembangkan nanti,” tandasnya. *ind
“Orang bilang susah belajar rindik karena tangannya kaku. Bukan tangannya yang kaku, tapi otaknya yang belum diaktifkan keduanya (otak kanan dan otak kiri). Jadi bermain rindik itu tidak sulit, asal tahu caranya dan mau,” ujar Gusti Rai, sang pencipta rindik inovatif, saat ditemui usai acara.
Gusti Rai ingin penampilannya di ajang Festival Seni Bali Jani tidak hanya sebatas menghibur, namun juga mengedukasi. Karena itu, di sela perform, dia selingi dengan memberikan workshop melatih otak kanan melalui senam jari.
“Saya ingin ada interaksi dengan penonton, sehingga penonton juga ikut belajar bermain rindik. Saya lebih banyak membuka kesempatan kepada pengunjung khususnya mereka yang senang memainkan rindik untuk sharing ilmu,” tuturnya.
Sembari memberikan workshop singkat, Rindik Bambu Bali menampilkan beberapa gending seperti gending rindik Kangen Bali. Gusti Rai juga memainkan tawa-tawa dan kenyur (suaranya seperti gong). Di sisi lain, dia juga menyajikan musik kolaborasi Rindik Bambu Bali dengan kedua anaknya yaitu, I Gusti Putu Ryan Raidika dan I Gusti Made Dwidi Raidika yang piawai bermain alat musik modern.
Kiprah Gusti Rai dalam menginovasi rindik patut diacungi jempol. Jika dilihat secara seksama, Rindik Bambu Bali karya Gusti Rai ini memang beda. Arsitek asal Banjar Santi, Desa Selat, Kecamatan Selat, Karangasem ini berhasil menciptakan rindik bertingkat dua dan bertingkat tiga (piano). Rindik ini bisa dimainkan oleh dua orang, dari yang biasanya tiga sampai empat penabuh rindik.
Gamelan rindik tersebut dibuat dengan analisis teknik yang tepat yakni tangga nada, ketetapan oktaf, ketepatan reng-nya. Selain menciptakan rindik piano, Gusti Rai juga menginovasi rindik biasa menjadi rindik dengan bilah bambu (biasanya disebut tingklik) dengan kombinasi pipa PVC. Kombinasi ini bisa menghasilkan suara yang lebih bergema. Atas inovasi tersebut, Gusti Rai menerima Penghargaan Silpakara Nugraha serangkaian HUT Provinsi Bali tahun 2015 dalam kategori pembangunan teknologi dalam rangka mendukung pelestarian dan pengembangan seni dan budaya Bali.
Saat ini Gusti Rai terus berinovasi. Setelah sukses dengan rindik bertingkat dua dan tiga, kini dia menbuat karya baru yang masih dalam bentuk prototype, yakni gamelan kincir angin.
Konon, karya ini nantinya bisa dijadikan sebagai healing relaksasi. Menurutnya, di Thailand banyak kreasi kincir air namun kurang menarik karena tidak diisi bunyi. Nah, Bali memiliki nilai plus karena memiliki begitu banyak gamelan. Maka, terpikirlah untuk menggabungkan keduanya, tentunya dengan teknik yang tepat. “Saya ingin menghadirkan sesuatu yang berbunyi dan bisa menjadi suatu healing untuk relaksasi, dengan penggerak air. Kalau peruntukannya bisa di lobi rumah, lobi hotel, atau kantor-kantor pemerintahan. Masih banyak yang akan saya kembangkan nanti,” tandasnya. *ind
Komentar