Rahwana Jadi Orang Baik
Singgung Sifat Manusia Masa Kini
Sutradara Gus Martin mengangkat kisah Drama 'Rahu' terinspirasi dari buku Rahuvana Tattwa karya Agus Sunyoto (2006).
DENPASAR, NusaBali
Jika melihat pertunjukan sendratari Ramayana, tokoh sentral dan utama yang selalu hadir di dalam cerita adalah Rama dan Rahwana. Rama digambarkan sebagai tokoh yang baik hati (protagonis) sedangkan Rahwana digambarkan sebagai tokoh yang kejam, rakus dan mengagungkan sifat-sifat kebatilan. Namun, Teater Agustus mengungkap ‘sisi berbeda’ dari cerita Ramayana karya Walmiki. Oleh Teater Agustus, justru semua itu disajikan berbanding terbalik. Ada kesantunan Rama dan kekonyolan Rama yang ditampilkan.
Garapan berjudul ‘Rahu’ tersebut ditampilkan di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Provinsi Bali, Kamis (31/10) lalu. Penulis naskah sekaligus sutradara, Gus Martin mengatakan, kisah Drama Rahu terinspirasi dari buku Rahuvana Tattwa karya Agus Sunyoto (2006) yang mengedepankan Rahwana dan kesatria Alengka (dari suku bangsa Rakhsa) sebagai pahlawan-pahlawan yang gagah berani mempertahankan negerinya dari serangan para aggressor kulit putih.
Rahwana diceritakan sebagai raja yang sangat dicintai rakyatnya. Julukannya sebagai Dasamuka merupakan penggambaran dari sepuluh cabang ilmu pengetahuan yang dikuasainya, seperti seni, kedokteran, astronomi, arstitektur, ilmu perang, tata kota hingga negarawan. Dalam rangka merekonstruksi kisah Ramayana, kata Gus Martin, penulis buku tersebut tidak asal membongkar-balikan fakta, melainkan telah melakukan studi yang sangat mendalam.
Hal inilah yang kemudian menguatkan niat Sanggar teater Agustus mengangkat kisah Rahwana dalam versi berbeda. “Buku Rahuvana Tattwa yang menjadi acuan inspiratif drama ‘Rahu’ ini menggunakan referensi atau daftar pustaka sejumlah lebih dari 40 judul buku yang semuanya berbobot,” ujarnya.
Di sisi lain, para pendatang yang diwakili oleh Rama dan bala tentaranya dikisahkan melakukan sebagai keculasan agar bisa menguasai pribumi. Untuk mengaitkan dengan masa kini, Gus Martin memasukkan tokoh Joker ke dalam garapan. Joker juga mengatakan bahwa Rama yang tidak setia, dengan membiarkan istrinya Dewi Sita menceburkan diri ke dalam api.
Mestinya Rama yang memiliki kesaktian itu bisa mencegahnya, namun tak dilakukannya. Rama juga diam-diam membunuh Subali untuk membela Sugriwa. Semua itu kemunafikan Rama yang dibeberkan Sang Joker. Tokoh Joker itu bertutur tentang Rahwana yang sesungguhnya bukan raja yang lalim dan tak beradab, melainkan raja yang santun.
Didukung 35 pemain, drama ‘Rahu’ sesungguhnya kisah drama yang sengaja diangkat karena ingin menyelipkan pesan moral. Sebab, sekarang ini banyak sekali orang tampil bukan sebagai dirinya sendiri, munafik dan cenderung menyalahkan orang lain. “Saya memasukkan tokoh Joker yang membeberkan kemunafikan Rama, kabar hoaks dan kelicikan Rama yang mengajak para wanara untuk membebeskan istrinya yang diculik Rahwana,” tandas Gus Martin yang juga seorang jurnalis senior Bali, ini. *ind
Jika melihat pertunjukan sendratari Ramayana, tokoh sentral dan utama yang selalu hadir di dalam cerita adalah Rama dan Rahwana. Rama digambarkan sebagai tokoh yang baik hati (protagonis) sedangkan Rahwana digambarkan sebagai tokoh yang kejam, rakus dan mengagungkan sifat-sifat kebatilan. Namun, Teater Agustus mengungkap ‘sisi berbeda’ dari cerita Ramayana karya Walmiki. Oleh Teater Agustus, justru semua itu disajikan berbanding terbalik. Ada kesantunan Rama dan kekonyolan Rama yang ditampilkan.
Garapan berjudul ‘Rahu’ tersebut ditampilkan di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Provinsi Bali, Kamis (31/10) lalu. Penulis naskah sekaligus sutradara, Gus Martin mengatakan, kisah Drama Rahu terinspirasi dari buku Rahuvana Tattwa karya Agus Sunyoto (2006) yang mengedepankan Rahwana dan kesatria Alengka (dari suku bangsa Rakhsa) sebagai pahlawan-pahlawan yang gagah berani mempertahankan negerinya dari serangan para aggressor kulit putih.
Rahwana diceritakan sebagai raja yang sangat dicintai rakyatnya. Julukannya sebagai Dasamuka merupakan penggambaran dari sepuluh cabang ilmu pengetahuan yang dikuasainya, seperti seni, kedokteran, astronomi, arstitektur, ilmu perang, tata kota hingga negarawan. Dalam rangka merekonstruksi kisah Ramayana, kata Gus Martin, penulis buku tersebut tidak asal membongkar-balikan fakta, melainkan telah melakukan studi yang sangat mendalam.
Hal inilah yang kemudian menguatkan niat Sanggar teater Agustus mengangkat kisah Rahwana dalam versi berbeda. “Buku Rahuvana Tattwa yang menjadi acuan inspiratif drama ‘Rahu’ ini menggunakan referensi atau daftar pustaka sejumlah lebih dari 40 judul buku yang semuanya berbobot,” ujarnya.
Di sisi lain, para pendatang yang diwakili oleh Rama dan bala tentaranya dikisahkan melakukan sebagai keculasan agar bisa menguasai pribumi. Untuk mengaitkan dengan masa kini, Gus Martin memasukkan tokoh Joker ke dalam garapan. Joker juga mengatakan bahwa Rama yang tidak setia, dengan membiarkan istrinya Dewi Sita menceburkan diri ke dalam api.
Mestinya Rama yang memiliki kesaktian itu bisa mencegahnya, namun tak dilakukannya. Rama juga diam-diam membunuh Subali untuk membela Sugriwa. Semua itu kemunafikan Rama yang dibeberkan Sang Joker. Tokoh Joker itu bertutur tentang Rahwana yang sesungguhnya bukan raja yang lalim dan tak beradab, melainkan raja yang santun.
Didukung 35 pemain, drama ‘Rahu’ sesungguhnya kisah drama yang sengaja diangkat karena ingin menyelipkan pesan moral. Sebab, sekarang ini banyak sekali orang tampil bukan sebagai dirinya sendiri, munafik dan cenderung menyalahkan orang lain. “Saya memasukkan tokoh Joker yang membeberkan kemunafikan Rama, kabar hoaks dan kelicikan Rama yang mengajak para wanara untuk membebeskan istrinya yang diculik Rahwana,” tandas Gus Martin yang juga seorang jurnalis senior Bali, ini. *ind
1
Komentar