Kerap Bikin Ulah, Satpol PP Amankan 10 Pemuda Punk
Tempati Bangunan Kosong, Kerap Bikin Ulah
Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kabupaten Badung mengamankan 10 remaja berpakaian layaknya anak punk di Lingkungan Abianbase, Kuta, Minggu (3/11).
MANGUPURA, NusaBali
Ditangkapnya para remaja ini karena kerap berulah. Komandan Regu Satpol PP Kuta I Nengah Wika Kejus, saat dikonfirmasi membenarkan terkait adanya penangkapan 10 remaja punk yang berasal dari luar Bali. Dari pendataan, para remaja tersebut masing-masing 5 orang di antaranya dari Jawa Tengah, 3 orang dari Jawa Barat, 1 orang dari Sumatra, dan 1 orang dari Kalimantan Selatan. “Ada 10 orang yang kami amankan, salah satu di antaranya cewek. Ya, usia mereka rata-rata 19-23 tahun. Saat kita periksa, hanya 3 orang yang membawa KTP, 1 hanya berbekal ID bekerja, dan sisanya tidak membawa apa-apa. Saat kami tanya maksud dan tujuannya, mereka mengaku datang untuk melancong dan hendak mencari kerja di Bali. Bahkan yang cewek mengaku sudah diterima kerja di penyuplai gas elpiji,” kata Kejus, Senin (4/11) siang.
Ihwal penangkapan terhadap 10 pemuda ini berawal dari temuan Kepala Lingkungan Abianbase sejak tiga hari sebelumnya. Dalam laporannya disebutkan, segerombolan pemuda kerap berulah dan membuat resah di lingkungan tersebut. Setelah mendapat laporan tersebut, Satpol PP langsung menyikapi dengan terjun ke lokasi. Namun sayangnya, saat itu para pemuda punk berhasil kabur dari tempat persembunyiannya di wilayah Abianbase. Setelah diintai sekian lama, akhirnya pada Minggu sore, mereka berhasil terciduk saat menggepeng di Jalan Mertanadi, Abianbase. “Kami berhasil amankan mereka berkat kerjasama dan koordinasi yang baik dengan pak kaling, pecalang, dan suka duka di sana. Mereka sudah kami bawa ke Mako Induk dan diserahkan ke Dinas Sosial. Kami harap mereka bisa dipulangkan,” ucap Kejus.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Lingkungan Abianbase I Gusti Made Sukada menerangkan semula gerombolan pemuda tersebut dikeluhkan oleh salah satu karyawan minuman kemasan. Di mana pemuda punk tersebut menggunakan bangunan kosong yang sudah ditinggal pemiliknya, letaknya di sebelah perusahaan. “Mereka menggedor-gedor pintu di sekitar bangunan itu, bahkan saya juga sempat digedor. Karena tidak ditanggapi maka yang bersangkutan pergi,” tutur Sukada.
Menurut dia, gerombolan pemuda tersebut kerap mengamen dan terkadang memalak pengendara di seputaran Jalan Sunset Road dan sekitarnya. Untuk mengatensi hal yang tidak diinginkan, pihaknya kemudian berkoordinasi dengan kelian adat, pecalang, dan Satpol PP untuk menurunkan tim. Dari sanalah kemudian disusun strategi untuk menangkap gerombolan pemuda yang berpakaian kumal dan sangar tersebut. Sehingga Minggu (3/11) kemarin tim berhasil mengamankan pemuda tersebut.
“Saat penangkapan, tim sempat masuk ke bangunan yang dipergunakan pemuda tersebut. Dalam bangunan berlantai dua tersebut ditemukan pakaian, tempat tidur, dan minuman yang diduga minuman beralkohol. Selain itu kondisi kaca bangunan tersebut banyak yang pecah, karena mereka katanya sempat berkelahi saat mabuk. Hal itu diperkuat dengan adanya muntahan-muntahan yang berbau alkohol,” ungkap Sukada.
Dia mengaku tidak tahu pemilik dari bangunan kosong yang dipergunakan pemuda punk tersebut. Namun dari pengecekan di lokasi, bangunan itu sebenarnya sudah dipagari. Diduga para pemuda punk tersebut nekat masuk melalui celah pagar. Karena itulah, Sukada berharap hal itu bisa menjadi atensi dengan pengawasan bersama. Pihaknya di lingkungan mengaku siap untuk menginformasikan jika terjadi hal serupa.
“Kami harap hal ini agar bisa diatensi, karena membawa citra negatif bagi wilayah dan lingkungan yang merupakan kawasan pariwisata,” ujarnya. *dar
Ihwal penangkapan terhadap 10 pemuda ini berawal dari temuan Kepala Lingkungan Abianbase sejak tiga hari sebelumnya. Dalam laporannya disebutkan, segerombolan pemuda kerap berulah dan membuat resah di lingkungan tersebut. Setelah mendapat laporan tersebut, Satpol PP langsung menyikapi dengan terjun ke lokasi. Namun sayangnya, saat itu para pemuda punk berhasil kabur dari tempat persembunyiannya di wilayah Abianbase. Setelah diintai sekian lama, akhirnya pada Minggu sore, mereka berhasil terciduk saat menggepeng di Jalan Mertanadi, Abianbase. “Kami berhasil amankan mereka berkat kerjasama dan koordinasi yang baik dengan pak kaling, pecalang, dan suka duka di sana. Mereka sudah kami bawa ke Mako Induk dan diserahkan ke Dinas Sosial. Kami harap mereka bisa dipulangkan,” ucap Kejus.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Lingkungan Abianbase I Gusti Made Sukada menerangkan semula gerombolan pemuda tersebut dikeluhkan oleh salah satu karyawan minuman kemasan. Di mana pemuda punk tersebut menggunakan bangunan kosong yang sudah ditinggal pemiliknya, letaknya di sebelah perusahaan. “Mereka menggedor-gedor pintu di sekitar bangunan itu, bahkan saya juga sempat digedor. Karena tidak ditanggapi maka yang bersangkutan pergi,” tutur Sukada.
Menurut dia, gerombolan pemuda tersebut kerap mengamen dan terkadang memalak pengendara di seputaran Jalan Sunset Road dan sekitarnya. Untuk mengatensi hal yang tidak diinginkan, pihaknya kemudian berkoordinasi dengan kelian adat, pecalang, dan Satpol PP untuk menurunkan tim. Dari sanalah kemudian disusun strategi untuk menangkap gerombolan pemuda yang berpakaian kumal dan sangar tersebut. Sehingga Minggu (3/11) kemarin tim berhasil mengamankan pemuda tersebut.
“Saat penangkapan, tim sempat masuk ke bangunan yang dipergunakan pemuda tersebut. Dalam bangunan berlantai dua tersebut ditemukan pakaian, tempat tidur, dan minuman yang diduga minuman beralkohol. Selain itu kondisi kaca bangunan tersebut banyak yang pecah, karena mereka katanya sempat berkelahi saat mabuk. Hal itu diperkuat dengan adanya muntahan-muntahan yang berbau alkohol,” ungkap Sukada.
Dia mengaku tidak tahu pemilik dari bangunan kosong yang dipergunakan pemuda punk tersebut. Namun dari pengecekan di lokasi, bangunan itu sebenarnya sudah dipagari. Diduga para pemuda punk tersebut nekat masuk melalui celah pagar. Karena itulah, Sukada berharap hal itu bisa menjadi atensi dengan pengawasan bersama. Pihaknya di lingkungan mengaku siap untuk menginformasikan jika terjadi hal serupa.
“Kami harap hal ini agar bisa diatensi, karena membawa citra negatif bagi wilayah dan lingkungan yang merupakan kawasan pariwisata,” ujarnya. *dar
Komentar