nusabali

Presiden NIT Dipat Predikat Tokoh Pelopor Impresario Seni

  • www.nusabali.com-presiden-nit-dipat-predikat-tokoh-pelopor-impresario-seni

Selain mantan Presiden Negara Indonesia Timur (NIT) Tjokorda Gde Raka Sukawati, adiknya yakni Tjokorda Gde Agung Sukawati juga dianugerahi predikat Tokoh Perintis dan Pembaharuan Pariwisata Budaya Bali.

Dalam acara paparan pra-penganugerahan penghargaan Parama Bhakti Pariwisata di Museum Puri Lukisan, Ubud, Minggu (8/11), Prof Made Bandem mengatakan, semasa hidupnya, Tjokorda Gde Raka Sukawati sempat menjadi promotor seni budaya, dengan membawa misi kesenian dari Belaluan untuk pentas di Festival Pasar Gambir, Batavia (Jakarta) 1929. Para seniman yang dilibatkan Tjokorda Gde Raka Sukawati kala itu, antara lain, I Marya (penari Kebyar), Ni Gusti Made Rai (penari Legong), Ni Gusti Putu Adi (penari Legong), I Gusti Alit Oka (penabuh), I Made Regog (komposer, penabuh) dan I Gejor Kelambu (penyanyi).

“Kesuksesan misi kesenian itu kemudian mengantarkan Tjok Raka Sukawati dipercaya pemerintah untuk memimpin kesenian Bali mengadakan pementasan dan pameran dalam ‘Paris Colonial Exposition (Exposition Coloniale Internationale)’ di Paris, Prancis tahun 1931,” beber Prof Bandem.

Prof Bandem menyebutkan, misi kesenian ke Paris kala itu melibatkan 51 seniman tari dan tabuh Bali asal Desa Peliatan (Kecamatan Ubud), desa Ubud (Kecamatan Ubud), dan beberapa desa lainnya di Bali. Termasuk di antara mereka adalah AA Mandra, I Ketut Rindha, Tjokorda Oka Tublen, Tjokorda Gde Rai Sayan, Dewa Gde Raka, Tjokorda Anom, Jero Tjandra, dan Ni Rimpeg. 

Beberapa seniman lukis dan patung, serta perajin juga diajak memamerkan karya-karya di Anjungan Hindia Belanda, yang berdiri megah di Bois de Vincennes, Paris Timur. Misi kesenian kala itu juga menampilkan dramatari Calonarang dan Legong Keraton. Pementasan dan pameran misi kesenian Bali berlangsung selama 7 bulan, sejak 6 Mei 1931 hingga 6 November 1931. Cok 

Menurut Prof Bandem, Tjok Raka Sukawati sendiri selaku penasihat dalam perancangan dan pembangunan Anjungan Hindia Belanda, yang menampilkan kombinasi unik antara arsitektur Barat dan keberagaman arsitektur pulau-pulau Hindia Belanda. Lugasnya diplomasi Tjok Raka Sukawati mempromotori kebudayaan Bali kala itu, tidak terlepas dari tanggung jawabnya sebagai Punggawa Ubud dan anggota Volksraad, Dewan Pertimbangan bagi keseluruhan Kepulauan Hindia Belanda.

Kemahirannya dalam berdiplomasi budaya pula yang membawa Tjok Raka Sukawati berhasil membujuk Walter Spies, pelukis kondang Jerman, untuk datang ke Ubud tahun 1925 dan 1927. Walter Spies selanjutnya tinggal menetap di Ubud. Tjok Raka Sukawati pun meminta adiknya, Tjokorda Gde Agung Sukawati, Raja Ubud, untuk memberi akses dan akomodasi kepada Walter Spies.

Selanjutnya...

Komentar