Jalan Menuju Balingkang Diperlebar, Pamedek Lebih Nyaman di Perjalanan
Hari Ini, Puncak Karya Pujawali di Pura Dalem Balingkang, Desa Adat Pinggan, Kintamani
Meski proyek peningkatan jalan baru dikerjakan 50 persen, namun kendaraan roda empat sudah bisa berpapasan dengan lancar di medan tanjakan bagian atas Banjar Paketan, Desa Sukawana, Kintamani
BANGLI, NusaBali
Puncak Karya Pujawali Warsa 2019 di Pura Dalem Balingkang, Desa Adat Pinggan, Kecamatan Kintamani, Bangli akan dilaksanakan saat Purnamaning Kalima pada Anggara Umanis Wayang, Selasa (12/11) ini. Berbeda dengan karya pujawali tahun-tahun sebelumnya, kali ini pamedek (umat yang tangkil sembahyang) bisa menempuh perjalanan lebih nyaman, menyusul telah diperlebarnya jalan dari Pura Pucak Penulisan (Desa Adat Sukawana, Kecamatan Kintamani) menuju Pura Dalem Balingkang.
Dalam Karya Pujawali Pura Dalem Balingkang Warsa 2019 ini, Ida Batara nyejer selama 11 hari. Diawali dengan prosesi Ngamedalang Ida Batara pada Radite Wage Wayang, Minggu (21/10) tengah malam pukul 24.00 Wita. Ida Batara kamedalang dari sthananya di Pura Makulem, kawasan Alas Metahun di perbatasan Kabupaten Bangli dan Buleleng, yang berjarak sekitar 20 kilometer arah timur laut Pura Dalem Balingkang. Ida Batara akan nyejer hingga upacara Pasineban pada Sukra Umanis Kelawu, Jumat (22/11) mendatang.
Sedangkan puncak Karya Pujawali Pura Dalem Balingkang pada Purnamaning Kalima hari ini, akan ditandai dengan prosesi ritual Mapepada pukul 11.00 Wita. Sebagaimana tradisi yang diwarisi secara turun temurun, upacara Mapepada haruslah dipuput oleh Jero Kubayan Kiwa dari Desa Adat Sukawana. Jero Kubayan Kiwa pula yang nuek (menusuk) Kebo bertanduk emas, hewan kurban berupa kerbau yang oleh krama setempat disebut Jero Gede, saat upacara Mapepada.
Prosesi Mapepada dengan ritual mengarak Kebo bertanduk emas mengelilingi pura tiga kali putaran, biasanya melibatkan krama pangempon, krama penyungsung, dan krama banua Pura Dalem Balingkang, yang berasal dari berbagai kabupaten berbeda. Misalnya, krama Desa Adat Pinggan (Kecamatan Kintamani, Bangli), Desa Adat Sambirenteng (Kecamatan Tejakula, Buleleng), Desa Adat Les-Penuktukan (Kecamatan Tejakula, Buleleng), dan Desa Adat Petak (Kecamatan Gianyar).
Sementara itu, sebelum digelarnya karya pujawali Pura Dalem Balingkang sudah dilakukan peningkatan jalan dari Pura Pucak Penulisan menuju Pura Dalem Balingkang, yang berjarak sekitar 7 kilometer ke arah timur. Pelebaran jalan yang menggunakan sumber dana dari Bantuan Khusus Keuangan (BKK) Provinsi Bali ini kini tengah dalam tahap pengerjaan.
Item pekerjaan proyek seniai Rp 10 miliar tersebut meliputi pengaspalan badan jalan dan membuat bangunan pelengkap. Di samping itu, pekerjaan tambahan di luar kontrak yakni pemangkasan tebing. Sejauh ini, belum dilakukan pemangkasan tebing. Hingga memasuki bulan ketiga pelakdanaan proyek, pengerjaan baru mencapai 50 persen. Namun, pamedek yang hendak tangkil ke Pura Dalem Balingkang sudah bisa lebih nyaman dalam perjalanan. Pasalnya, jalan tanjakan di atas kawasan Banjar Paketan, Desa Sukawana yang panjangnya mencapai sekitar 3 kilometer, sudah lebih lebar dan dua kendaraan bisa papasan tanpa bersenggolan.
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Peningkatan Jalan Penulisan-Pinggan, Dede Agusta Sastra Yana, mengungkapkan status jalan ini adalah ‘jalan kabupaten’, sehingga segala sesuatunya menjadi tanggung jawab Pemkab Bangli. “Untuk perbaikan dan pemenuhan sarana penunjang jalan lainya, menjadi tanggung jawab Pemkab Bangli,” ungkap Dede Agusta kepada NusaBali, Minggu (10/11).
Disebutkan, untuk tahun ini ruas jalan di jalur Pura Pucak Penulisan-Pura Dalem Ba-lingkang tersebut mendapat perbaikan berikut badan jalan diperlebar lagi. Pemkab Bangli menyediakan anggaran total sebesar Rp 17,60 miliar. Setelah melalui proses tender lewat Unit Layanan Pengadaan (ULP), kegiatan dimenangkan oleh PT Pramana Arta Raharja dengan nilai kontrak Rp10.691.453.893 atau Rp 10,69 miliar. Masa pengerjaan proyek selama 120 hari kalender hingga Desember 2019 mendatang, sementara masa pemeliharaan selama 180 hari kalender.
Menurut Dede Agusta, ada beberapa item pekerjaan dari kegiatan fisik proyek ini yang mendapat pengawalan dari Tim TP4D, yakni pengaspaan dengan space hotmix dari pertigaan Pura Pucak Penulisan sampai pertigaan Pura Dalem Balingkang sepanjang 7 kilometer. Sealin itu, badan jalan mengalami pelebaran dari semula 3 meter menjadi 5 meter, dengan bahu jalan di kanan-kiri 0,50 meter. “Dengan dilebarkanya badan jalan ini, tidak lagi menyulitkan kendaraan melintas saat berpapasan. Kalau sebelumnya, saat berpapasan, salah satu kendaraan harus berhenti,” jelas Dede Agusta.
Dede Agusta menyebutkan, selain dilakukan pelebaran badan jalan, juga dibuat bangunan pelengkap, seperti diding penahanan tanah. “Untuk dinding penahan tanah dibangun pada kondisi tanah yang dianggap labil dan berpotensi amblas,” katanya.
Pada kegiatan fisik ini, lanjut Dede Agusta, juga dilakukan penguatan dranase yang sebeumnya sudah ada. “Memang tidak ada kegiatan membuat saluran drainase baru, hanya diakukan penguatan saja,” beber pejabat asal Kelurahan Kawan, Kecamatan Bangli ini.
Menurut Dede Agusta, medan jalan dati Pura Pucak Penulisan menuju Pura Dalem Balingkang memang cukup menangtang, karena memiliki banyak tikungan dan tanjakan yang tajam. Kondisi ini diperparah lagi dengan keberadaan tebing di pinggir jalan. Ada keinginan masyarakat agar diakukan pemangkasan terhadap tebing di tikungan yang dianggap mengganggu pengendara.
“Untuk pemangkasan tebing memang tidak masuk daam kontrak kerja. Tapi, kami sudah berkoordinasi dengan pihak kontraktor. Dan, pihak kontraktor pun sudah menyatakan kesiapanya untuk melakukan pemangkasan tebing, dengan catatan pemiik lahan rela tanahnya dipangkas. Apalagi, tanah yang dipangkas berisi tanaman jeruk,” ujar Dede Agusta seraya menyebut ada 5 titik tebing yang peru dipangkas.
Terkait progres pekerjaan proyek peningkatan jalan Pura Pucak Penulisan-Pura Dalem Balingkang, menurut Dede Agusta, sampai saat ini sudah mencapai 50 persen. Untuk tahap awal, pekerjaan yang dikebut adalah membuat bangunan pendukung jalan, yang memang menyita waku agak lama. “Kami berharap pengerjaan bisa tuntas sesuai yang waktu yang tertera dalam kontrak kerja,” katanya.
Ditanya terkait tingginya penurunan angka penawaran hingga Rp 7 miliar dari nilai pagu, Dede Agusta tidak berani memberikan argumen. “Mungkin saja pihak rekanan punya hitung-hitungan sendiri, sehingga berani menawar kegiatan sampai turun Rp 7 miliar. Kami tidak mau kecolongan, tim pengawas setiap hari turun. Jika ditemukan pekerjaan tidak sesuai dengan spesifikasi, maka kami minta rekanan agar membongkarnya,” tegas Dede Agusta. *esa
Dalam Karya Pujawali Pura Dalem Balingkang Warsa 2019 ini, Ida Batara nyejer selama 11 hari. Diawali dengan prosesi Ngamedalang Ida Batara pada Radite Wage Wayang, Minggu (21/10) tengah malam pukul 24.00 Wita. Ida Batara kamedalang dari sthananya di Pura Makulem, kawasan Alas Metahun di perbatasan Kabupaten Bangli dan Buleleng, yang berjarak sekitar 20 kilometer arah timur laut Pura Dalem Balingkang. Ida Batara akan nyejer hingga upacara Pasineban pada Sukra Umanis Kelawu, Jumat (22/11) mendatang.
Sedangkan puncak Karya Pujawali Pura Dalem Balingkang pada Purnamaning Kalima hari ini, akan ditandai dengan prosesi ritual Mapepada pukul 11.00 Wita. Sebagaimana tradisi yang diwarisi secara turun temurun, upacara Mapepada haruslah dipuput oleh Jero Kubayan Kiwa dari Desa Adat Sukawana. Jero Kubayan Kiwa pula yang nuek (menusuk) Kebo bertanduk emas, hewan kurban berupa kerbau yang oleh krama setempat disebut Jero Gede, saat upacara Mapepada.
Prosesi Mapepada dengan ritual mengarak Kebo bertanduk emas mengelilingi pura tiga kali putaran, biasanya melibatkan krama pangempon, krama penyungsung, dan krama banua Pura Dalem Balingkang, yang berasal dari berbagai kabupaten berbeda. Misalnya, krama Desa Adat Pinggan (Kecamatan Kintamani, Bangli), Desa Adat Sambirenteng (Kecamatan Tejakula, Buleleng), Desa Adat Les-Penuktukan (Kecamatan Tejakula, Buleleng), dan Desa Adat Petak (Kecamatan Gianyar).
Sementara itu, sebelum digelarnya karya pujawali Pura Dalem Balingkang sudah dilakukan peningkatan jalan dari Pura Pucak Penulisan menuju Pura Dalem Balingkang, yang berjarak sekitar 7 kilometer ke arah timur. Pelebaran jalan yang menggunakan sumber dana dari Bantuan Khusus Keuangan (BKK) Provinsi Bali ini kini tengah dalam tahap pengerjaan.
Item pekerjaan proyek seniai Rp 10 miliar tersebut meliputi pengaspalan badan jalan dan membuat bangunan pelengkap. Di samping itu, pekerjaan tambahan di luar kontrak yakni pemangkasan tebing. Sejauh ini, belum dilakukan pemangkasan tebing. Hingga memasuki bulan ketiga pelakdanaan proyek, pengerjaan baru mencapai 50 persen. Namun, pamedek yang hendak tangkil ke Pura Dalem Balingkang sudah bisa lebih nyaman dalam perjalanan. Pasalnya, jalan tanjakan di atas kawasan Banjar Paketan, Desa Sukawana yang panjangnya mencapai sekitar 3 kilometer, sudah lebih lebar dan dua kendaraan bisa papasan tanpa bersenggolan.
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Peningkatan Jalan Penulisan-Pinggan, Dede Agusta Sastra Yana, mengungkapkan status jalan ini adalah ‘jalan kabupaten’, sehingga segala sesuatunya menjadi tanggung jawab Pemkab Bangli. “Untuk perbaikan dan pemenuhan sarana penunjang jalan lainya, menjadi tanggung jawab Pemkab Bangli,” ungkap Dede Agusta kepada NusaBali, Minggu (10/11).
Disebutkan, untuk tahun ini ruas jalan di jalur Pura Pucak Penulisan-Pura Dalem Ba-lingkang tersebut mendapat perbaikan berikut badan jalan diperlebar lagi. Pemkab Bangli menyediakan anggaran total sebesar Rp 17,60 miliar. Setelah melalui proses tender lewat Unit Layanan Pengadaan (ULP), kegiatan dimenangkan oleh PT Pramana Arta Raharja dengan nilai kontrak Rp10.691.453.893 atau Rp 10,69 miliar. Masa pengerjaan proyek selama 120 hari kalender hingga Desember 2019 mendatang, sementara masa pemeliharaan selama 180 hari kalender.
Menurut Dede Agusta, ada beberapa item pekerjaan dari kegiatan fisik proyek ini yang mendapat pengawalan dari Tim TP4D, yakni pengaspaan dengan space hotmix dari pertigaan Pura Pucak Penulisan sampai pertigaan Pura Dalem Balingkang sepanjang 7 kilometer. Sealin itu, badan jalan mengalami pelebaran dari semula 3 meter menjadi 5 meter, dengan bahu jalan di kanan-kiri 0,50 meter. “Dengan dilebarkanya badan jalan ini, tidak lagi menyulitkan kendaraan melintas saat berpapasan. Kalau sebelumnya, saat berpapasan, salah satu kendaraan harus berhenti,” jelas Dede Agusta.
Dede Agusta menyebutkan, selain dilakukan pelebaran badan jalan, juga dibuat bangunan pelengkap, seperti diding penahanan tanah. “Untuk dinding penahan tanah dibangun pada kondisi tanah yang dianggap labil dan berpotensi amblas,” katanya.
Pada kegiatan fisik ini, lanjut Dede Agusta, juga dilakukan penguatan dranase yang sebeumnya sudah ada. “Memang tidak ada kegiatan membuat saluran drainase baru, hanya diakukan penguatan saja,” beber pejabat asal Kelurahan Kawan, Kecamatan Bangli ini.
Menurut Dede Agusta, medan jalan dati Pura Pucak Penulisan menuju Pura Dalem Balingkang memang cukup menangtang, karena memiliki banyak tikungan dan tanjakan yang tajam. Kondisi ini diperparah lagi dengan keberadaan tebing di pinggir jalan. Ada keinginan masyarakat agar diakukan pemangkasan terhadap tebing di tikungan yang dianggap mengganggu pengendara.
“Untuk pemangkasan tebing memang tidak masuk daam kontrak kerja. Tapi, kami sudah berkoordinasi dengan pihak kontraktor. Dan, pihak kontraktor pun sudah menyatakan kesiapanya untuk melakukan pemangkasan tebing, dengan catatan pemiik lahan rela tanahnya dipangkas. Apalagi, tanah yang dipangkas berisi tanaman jeruk,” ujar Dede Agusta seraya menyebut ada 5 titik tebing yang peru dipangkas.
Terkait progres pekerjaan proyek peningkatan jalan Pura Pucak Penulisan-Pura Dalem Balingkang, menurut Dede Agusta, sampai saat ini sudah mencapai 50 persen. Untuk tahap awal, pekerjaan yang dikebut adalah membuat bangunan pendukung jalan, yang memang menyita waku agak lama. “Kami berharap pengerjaan bisa tuntas sesuai yang waktu yang tertera dalam kontrak kerja,” katanya.
Ditanya terkait tingginya penurunan angka penawaran hingga Rp 7 miliar dari nilai pagu, Dede Agusta tidak berani memberikan argumen. “Mungkin saja pihak rekanan punya hitung-hitungan sendiri, sehingga berani menawar kegiatan sampai turun Rp 7 miliar. Kami tidak mau kecolongan, tim pengawas setiap hari turun. Jika ditemukan pekerjaan tidak sesuai dengan spesifikasi, maka kami minta rekanan agar membongkarnya,” tegas Dede Agusta. *esa
1
Komentar