Sepuluh Desa Buleleng Fokus Penanganan Stunting
Kabupaten Buleleng masuk dalam daftar 1.000 desa di 100 Kabupaten/Kota Prioritas Penanganan Stunting tahun 2018 Kemenkes.
SINGARAJA, NusaBali
Sebanyak sepuluh desa dalam empat kecamatan di Buleleng masuk dalam daftar fokus penanganan kasus stunting (kerdil,red). Data terakhir yang dirilis Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, menyebutkan di Buleleng masih menyisakan 20,5 persen anak dan balita yang terkena kasus stunting.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng, Made Suratanaya, ditemui Senin (11/11/2019) seizin Kadiskes IGN Mahapramana, mengatakan data stunting di Kabupaten Buleleng berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018. “Jika diangkakan itu sekitar tiga ribuan anak dan balita yang mengalami stunting terhitung dari seluruh bayi dan balita yang ada di Buleleng,” jelas Suratanaya.
Jumlah itu pun tersebar di empat kecamatan pada sepuluh desa di antaranya Desa Sekumpul, Kerobokan, Galungan dan Lemukih di Kecamatan Sawan, Desa Pegayaman di Kecamatan Sukasada, Desa Tampekan, Kayuputih di Kecamatan Banjar, Desa Bulian dan Kubutambahan di Kecamatan Kubutambahan dan Desa Patas di Kecamatan Gerokgak.
Meski demikian, jumlah itu pun sudah diklaim menurun oleh Dinas Kesehatan, dari data Riskesdas 2013 mencapai 28,9 persen dari jumlah bayi dan balita saat itu. Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng pun masih menunggu perubahan data ter-update di tahun 2019, yang belum dirilis pemerintah pusat.
Sementara dalam penanganan stunting Dinas Kesehatan bersama instansi terkait sudah bergerak ke sepuluh fokus desa yang bersangkutan. Penanganan stunting dilakukan dengan dua intervensi, yakni intervensi spesifik yang dilakukan Dinas Kesehatan langsung ke sasaran penderita, ibu hamil, pemberian makanan tambahan dan vitamin A. Sedangkan intervensi sensitif dilakukan oleh sejumlah instansi terkait, baik dari Dinas PUPR, Dinas Perkimta hingga Dinas PMD.
“Pemicu stunting itu sangat kompleks tidak hanya dari faktor kesehatannya saja, tetapi dapat dipicu juga oleh pendataan keluarga, sanitasi lingkungan dan air bersih, sehingga perlu penanganan bersinergi,” tegas dia.*k23
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng, Made Suratanaya, ditemui Senin (11/11/2019) seizin Kadiskes IGN Mahapramana, mengatakan data stunting di Kabupaten Buleleng berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018. “Jika diangkakan itu sekitar tiga ribuan anak dan balita yang mengalami stunting terhitung dari seluruh bayi dan balita yang ada di Buleleng,” jelas Suratanaya.
Jumlah itu pun tersebar di empat kecamatan pada sepuluh desa di antaranya Desa Sekumpul, Kerobokan, Galungan dan Lemukih di Kecamatan Sawan, Desa Pegayaman di Kecamatan Sukasada, Desa Tampekan, Kayuputih di Kecamatan Banjar, Desa Bulian dan Kubutambahan di Kecamatan Kubutambahan dan Desa Patas di Kecamatan Gerokgak.
Meski demikian, jumlah itu pun sudah diklaim menurun oleh Dinas Kesehatan, dari data Riskesdas 2013 mencapai 28,9 persen dari jumlah bayi dan balita saat itu. Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng pun masih menunggu perubahan data ter-update di tahun 2019, yang belum dirilis pemerintah pusat.
Sementara dalam penanganan stunting Dinas Kesehatan bersama instansi terkait sudah bergerak ke sepuluh fokus desa yang bersangkutan. Penanganan stunting dilakukan dengan dua intervensi, yakni intervensi spesifik yang dilakukan Dinas Kesehatan langsung ke sasaran penderita, ibu hamil, pemberian makanan tambahan dan vitamin A. Sedangkan intervensi sensitif dilakukan oleh sejumlah instansi terkait, baik dari Dinas PUPR, Dinas Perkimta hingga Dinas PMD.
“Pemicu stunting itu sangat kompleks tidak hanya dari faktor kesehatannya saja, tetapi dapat dipicu juga oleh pendataan keluarga, sanitasi lingkungan dan air bersih, sehingga perlu penanganan bersinergi,” tegas dia.*k23
1
Komentar