nusabali

Denpasar tempat kejadian pekara pembunuhan

  • www.nusabali.com-denpasar-tempat-kejadian-pekara-pembunuhan

Jarang Pulang, Korban Tinggalkan Anak Balita 4 Tahun

BANGLI, NusaBali
Kematian tragis Ni Luh Tety Ramuna, 24, yang diduga dibunuh teman kencannya di hotel kawasan Denpasar, Rabu (20/7) pagi, menyisakan duka mendalam bagi keluarganya di Banjar Tiga Kangin, Desa Tiga, Kecamatan Susut, Bangli. Korban berpulang buat selamanya meninggalkan seorang anak balita berusia 4 tahun, yang selama ini ditinggal merantau ke Denpasar.

Korban Luh Tety Ramuna, yang ditemukan tewas mengenaskan di salah satu kamar Wisma Warta Puspita, Jalan Pidada VI Nomor 5 Kelurahan Ubung, Denpasar Utara, Rabu pagi pukul 08.00 Wita, merupakan istri dari I Wayan Januariawan, 26. Selama ini, korban Luh Tety Ramuna merantau ke Denpasar bersama suaminya. Sedangkan anak semata wayangnya yang baru berusia 4 tahun, tinggal di Desa Tiga, Kecamatan Susut dengan diasuh kakek-neneknya, pasangan I Nengah Aget dan Ni Nyoman Simpen (orangtua dari Wayan Januariawan).

Saat NusaBali berkunjung ke rumah duka di Banjar Tiga Kangin, Desa Tiga, Kecamatan Susut, Rabu kemarin, suasana sedih meliputi mertua dari korban Luh Tety Ramuna, yakni pasutri Nengah Aget-Nyoman Simpen. Sedangkan sebagian anggota keluarga besar lainnya, termasuk suami korban, berangkat ke RS Sanglah, Denpasar untuk memastikan jenazah Luh Tety Ramuna.

Kepada NusaBali, Nyoman Simpen mengaku terkejut dan sekaligus amat sedih mendapat kabar duka kalau menantunya meninggal di Denpasar. Dia tidak tahu persis, apa penyebab kematian menantunya, Luh Tety Ramuna. Menurut Nyoman Simpen, kabar duka tersebut diterima melalui salah satu anaknya, Rabu pagi pukul 10.00 Wita. “Terkejut, tiyang langsung menangis histeris,” tutur Nyoman Simpen yang kemarin didampingi kerabatnya.

Di mata keluarga besarnya di Desa Tiga, kata Nyoman Simpen, korban Luh Tety Ramuna dikenal sebagai pribadi yang baik. Perempuan berusia 24 tahun ini sangat perhatian sama anak, suami, mertua, dan keluarga lainnya. “Kalau pulang, menantu saya ini sangat perhatian dengan keluarga,” tutur Nyoman Simpen.

Dikisahkan Nyoman Simpen, menantu dan anaknya (Wayan Januariawan) selama ini memang tinggal terpisah di Denpasar karena bekerja di sana. Korban Luh Tety mengaku bekerja di sebuah vila. Sebelumnya, menantu Nyoman Simpen ini sempat bekerja di sebuah tempat fitness kawasan Kota Denpasar. Sedangkan suami korban, Wayan Januariawan, bekerja sebagai satpam di sebuah perusahan swasta kawasan Denpasar.

Menurut Nyoman Simpen, pasutri Wayan Januariawan-Luh Tety terpaksa merantau ke Denpasar dengan meninggalkan anak balitanya di kampung, karena desakan ekonomi. “Di rumah tan wenten napi (tidak ada apa, red),” kenangnya sembari menyebut nama cucu balitanya, Ni Putu Apika Dewi, 4. “Cucu saya ini sejak umur 12 hari sudah ditinggal merantau kedua orangtuanya ke Denpasar,” lanjut Simpen.

Biasanya, lanjut Simpen, anak dan menantunya ini pulang kampung ke Desa Tiga saat rerainan (hari-hari baik). Terakhir, korban Luh Tety dan suaminya pulang kampung saat Hari Raya Pagerwesi pada Buda Kliwon Sinta, Rabu (29/6) lalu. hanya sehari di rumah, korban balik lagi ke Denpasar. Sejak itu, korban tak pernah pulang lagi, sampai muncul kabar duka kematiannya di rantau, Rabu kemarin.

Korban Luh Tety  Ramuna sendiri ditemukan tewas tergelkatak di bawah tempat tidur salah satu kamar Wisma Warta Pustita, Kelurahan Ubung, Denpasar Utara, Rabu pagi pukul 08/00 Wita. Korban diduga dibunuh teman kencannya, Komang Arim Sujana, 23, pemuda pengangguran asal Banjar Tajun, Desa/Kecamatan Kintamani, Bangli yang menyewa kamar terebut sejak 12 Juli 2016 lalu.

Korban Luh Tety dibooking pelaku Komang Aim Sujana ke kamar penginapan tersebut, sejak Selasa (19/7) malam sekitar pukul 21.00 Wita. Saat datang, korban mengemudikan mobil Agya bernopol DK 1435 SF. Sehari kemudian, korban ditemukan tewas di kamar yang disewa pelaku Sujana. Kepada polisi, pelaku Sujana telah mengakui perbuatannya menghabisi nyawa korban, karena masalah uang bayaran jasa pelayanan di ranjang.

Sementara itu, keluarga korban Luh Tety Ramuda dari rumah asalnya terus berdatangan ke Instalasi Kedokteran Forensik RS Sanglah, Denpasar, Rabu kemarin, untuk menjenguk jenazah almarhum. Sedangkan keluarga dari pihak suaminya belum terlihat ke RS Sanglah.

Kakak sepupu korban, I Gede Swastika, mengatakan keluarganya tidak mengetahui bagaimana keseharian Luh Tety, lantaran yang bersangkutan sudah menikah ke Desa Tiga, Kecamatan Susut, Bangli. Sejak menikah, kata Gede Swastika, Luh Tety jarang berkomunikasi dengan keluarga asalnya di Desa Batur Tengah, Kecamatan Kintamani, Bangli. Bahkan, korban juga tidak pernah pulang ke rumah asalnya.

“Yang saya tahu, semasa muda dan belum menikah, adik sepupu saya itu (korban Luh Tety) tidak mengenal takut. Siapa pun yang diajak bermasalah, dia tidak segan-segan mencarinya. Sama cowok pun dia sangat berani,” cerita Swastika kepada NusaBali di Instalasi Jenazah RS Sanglah, Rabu kemarin. * k17,cr63

Komentar