Debit Air Mengecil, Krama Subak Gelar Pakelem
Krama Subak Gede Tanggahan, Desa Sulahan, Kecamatan Susut, Bangli menggelar upacara pakelem di mata air Dugul, Dusun Alis Bintang, Desa Sulahan, Kecamatan Susut, Bangli pada Anggara Umanis Wayang, Selasa (12/11).
BANGLI, NusaBali
Upacara pakelem ini bertujuan untuk memohon keberlimpahan air. Upacara dipuput Ida Pedanda Gede dari Griya Brahmana Bukit, Kelurahan Cempaga, Bangli. Selain pakelem, krama subak juga melaksanakan upacara Rsi Gana.
Kelian Subak Gede Tanggahan, I Nyoman Kembar mengatakan, upacara pakelem untuk menjaga kesakralan sumber mata air dan memohon agar debit air kembali normal. Sejak beberapa bulan ini debit air mengecil. Sementara upacara Rsi Gana untuk menyucikan dan sakralkan sumber mata air. Sebab tiga tahun lalu krama subak sempat menormalisasi dengan cara menyedot pasir di sumber mata air. “Kami sempat melakukan pengerukan dan penyedotan pasir di sumber air,” ungkapnya.
Sementara panyarikan Subak Gede Tanggahan, Nengah Gunawan meminta krama menjaga kesucian dari sumber mata air, maka lima belas hari setelah kegiatan normalisasi krama menggelar upacara pacaruan abrumbunan. Setelah dua tahun kemudian krama kembali melangsungkan upacara pecaruan dengan tingkatan manca. “Untuk upacara ngrsigana kali ini menggunakan ulam caru anjing belang bungkem dan untuk sarana pakelem menggunakan bebek,” jelasnya.
Ditegaskan, upacara dilakukan secara swadaya oleh krama subak Gede Tanggahan yang membawahi tujuh tempek yakni Tanggahan Peken, Jalan Bau, Penatahan, Pukuh, Kreteg, Tanggahan Gunung, dan Losan. Luas lahan Subak Gede Tanggahan yakni 250 hektare namun dari luas lahan 250 hektare yang masih produktif seluas 186 hektare. “Lahan berkurang karena terjadi alih fungsi lahan,” ungkapnya. Sementara krama subak punya rencana agar sumber mata air ini bisa dikembangkan menjadi obyek wisata spiritual (melukat).
Selain mudah diakses karena dekat dengan jalan raya, untuk menuju sumber mata air pengunjung akan disuguhi hamparan persawahan serta di dekat sumber air terdapat campuhan. Pihaknya mengakui jika untuk penataan sudah mengakukan proposal bantuan. “Untuk melakukan penataan kami dua tahun lalu sempat mengajukan proposal bantuan ke Balai Wilayah Sungai Bali-Peninda dan hingga kini kami masih menunggu. Harapan kami sumber air ini bisa tertata dan kesakralannya tetap terjaga,” imbuh Nyoman Kembar. *esa
Kelian Subak Gede Tanggahan, I Nyoman Kembar mengatakan, upacara pakelem untuk menjaga kesakralan sumber mata air dan memohon agar debit air kembali normal. Sejak beberapa bulan ini debit air mengecil. Sementara upacara Rsi Gana untuk menyucikan dan sakralkan sumber mata air. Sebab tiga tahun lalu krama subak sempat menormalisasi dengan cara menyedot pasir di sumber mata air. “Kami sempat melakukan pengerukan dan penyedotan pasir di sumber air,” ungkapnya.
Sementara panyarikan Subak Gede Tanggahan, Nengah Gunawan meminta krama menjaga kesucian dari sumber mata air, maka lima belas hari setelah kegiatan normalisasi krama menggelar upacara pacaruan abrumbunan. Setelah dua tahun kemudian krama kembali melangsungkan upacara pecaruan dengan tingkatan manca. “Untuk upacara ngrsigana kali ini menggunakan ulam caru anjing belang bungkem dan untuk sarana pakelem menggunakan bebek,” jelasnya.
Ditegaskan, upacara dilakukan secara swadaya oleh krama subak Gede Tanggahan yang membawahi tujuh tempek yakni Tanggahan Peken, Jalan Bau, Penatahan, Pukuh, Kreteg, Tanggahan Gunung, dan Losan. Luas lahan Subak Gede Tanggahan yakni 250 hektare namun dari luas lahan 250 hektare yang masih produktif seluas 186 hektare. “Lahan berkurang karena terjadi alih fungsi lahan,” ungkapnya. Sementara krama subak punya rencana agar sumber mata air ini bisa dikembangkan menjadi obyek wisata spiritual (melukat).
Selain mudah diakses karena dekat dengan jalan raya, untuk menuju sumber mata air pengunjung akan disuguhi hamparan persawahan serta di dekat sumber air terdapat campuhan. Pihaknya mengakui jika untuk penataan sudah mengakukan proposal bantuan. “Untuk melakukan penataan kami dua tahun lalu sempat mengajukan proposal bantuan ke Balai Wilayah Sungai Bali-Peninda dan hingga kini kami masih menunggu. Harapan kami sumber air ini bisa tertata dan kesakralannya tetap terjaga,” imbuh Nyoman Kembar. *esa
Komentar