Tamba-Widastra Mencuat di Koalisi Non PDIP
Kepastian Demokrat menawarkan Tamba itu sudah dibahas rapat tim desk Pilkada DPD Demokrat Bali saat turun ke DPC Demokrat Jembrana.
NEGARA, NusaBali
Di tengah penjajakan koalisi Golkar, Gerindra, Demokrat dan NasDem jelang Pilkada Jembrana 2020, belakangan semakin mengggeliat wacana dua nama paket kader yang rencananya diusung partai kolisi non PDIP ini. Kedua nama tersebut, yakni kader Demokrat I Nengah Tamba, dan kader Golkar I Ketut Widastra.
Tamba sendiri merupakan politisi asal Desa Kaliakah, Kecamatan Negara, yang kini menjabat Wakil Ketua I DPD Demokrat Bali. Sebelumnya, Tamba yang mantan anggota DPRD Bali Dapil Jembrana dua periode (2009-2014 dan 2014-2019) ini gagal lolos ke DPRD Bali dalam Pileg 2019 dengan meraup 10.909 suara.
Sedangkan Widastra yang politisi asal Kelurahan Dauhwaru, Kecamatan Jembrana, menjabat sebagai Wakil Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Willayah Kecamatan Jembrana, Pekutatan, dan Mendoyo DPD II Golkar Jembrana. Dalam tarung Pileg 2019 lalu, Widastra yang sempat dua kali duduk sebagai anggota DPRD Jembrana (2009-2014 dan 2014-2019) ini juga maju sebagai calon anggota DPRD Bali.
Namun Widastra yang berhasil meraup 11.138 suara tidak lolos, dan bernasib sama seperti Tamba. Selain Tamba dan Widastra, dari wacana di sejumlah parpol koalisi non PDIP ini juga muncul empat nama kader lain yang kini duduk sebagai anggota dewan. Di antaranya, Plt Ketua DPD II Golkar Jembrana, I Made Suardana, dan Ketua DPC Gerindra Jembrana, I Kade Darma Susila, yang sama-sama duduk sebagai anggota DPRD Bali dari Dapil Jembrana. Kemudian dua nama lagi, yakni anggota Fraksi Golkar DPRD Jembrana yang juga menjabat Wakil Ketua DPRD Jembrana, I Ketut Suardika, dan Ketua Fraksi Gerindra DPRD Jembrana, I Ketut Sadwi Darmawan.
Hanya saja, empat nama kader selain Tamba dan Widastra itu dinilai tidak begitu bersemangat menjadi calon. Pasalnya, sesuai ketentuan pencalonan Pilkada, ketika maju sebagai calon Bupati maupun calon Wakil Bupati, mereka harus mundur sebagai anggota dewan. Karena itu, peluang terbesar kemungkinan adalah mempaketkan Tamba dengan Widastra. Entah itu Tamba sebagai calon Bupati dengan Widastra sebagai calon Wakil Bupati, ataupun sebaliknya Widastra yang menempati posisi calon Bupati dengan Tamba sebagai calon Wakil Bupati.
Wakil Ketua I DPC Demokrat Jembrana, I Ketut Panca Bayu, Senin (18/11), mengakui, Tamba adalah satu-satunya nama kader Demokrat yang akan diusulkan masuk sebagi calon bupati dalam partai koalisi non PDIP nanti. Kepastian Demokrat menawarkan Tamba itu juga sudah dibahas rapat tim desk Pilkada dari DPD Demokrat Bali yang sempat turun ke DPC Demokrat Jembrana sekitar dua minggu lalu.
“Kalau Demokrat sudah pasti Pak Tamba. Dalam rapat waktu itu juga dihadiri jajaran PAC dan Ranting Demokrat se-Jembrana. Selain mendorong Pak Tamba, saat rapat itu juga sudah disepakati Demokrat berkoalisi dengan Golkar dan Gerindra yang juga membuka ruang koalisi,” ujarnya.
Sebelumnya Plt Ketua DPD II Golkar Jembrana, I Made Suardana, mengatakan untuk pendaftaran calon di internal Golkar sendiri baru dibuka, Minggu (17/11).
Namun, pihaknya mengakui, Widastra menjadi salah satu nama kader bersama dirinya termasuk I Ketut Suardika yang kemungkinan akan diservei sebagai kandidat calon bupati dari Golkar. “Tetapi yang pasti nanti akan dibahas lebih lanjut setelah koalisi resmi terbentuk. Yang pasti, kalau kami dari Golkar juga terbuka dengan partai-partai lain. Mengenai siapa yang akan diusung, kami berharap yang terbaik,” ucapnya.
Sedangkan Nengah Tamba saat dikonfirmasi, Senin kemarin mengakui telah didorong internal Partai Demokrat untuk maju sebagai calon Bupati yang akan ditawarkan ke dalam koalisi nanti.
Namun untuk kepastiannya, pihaknya tetap menunggu pembentukan koalisi. Secara pribadi, dia pun mengaku sudah melakukan pendekatan dengan partai-partai yang rencana membentuk koalisi untuk dapat mengusung calon di Pilkada nanti, dan juga terus bergerak di masyarakat. “Nanti tunggu koalisi dulu,” ujarnya.
Hal senada juga diungkapkan Widastra. Saat dihubungi Senin kemarin, Widastra yang akrab disapa Rio ini mengaku tetap menunggu pembentukan koalisi dan tetap bergerak untuk mendengar aspirasi masyarakat jelang Pilkada nanti.
“Saya belum mendaftar di partai. Sekarang masih jalan-jalan mendengar keinginan rakyat sambil menunggu MoU partai koalisi dulu. Kalau rakyat mengkehendak dan partai koalisi berkomitmen sama-sama bersatu ya saya siap untuk maju. Apakah calon bupati atau calon wakil bupati, itu urusan nanti,” ujarnya. *ode
Di tengah penjajakan koalisi Golkar, Gerindra, Demokrat dan NasDem jelang Pilkada Jembrana 2020, belakangan semakin mengggeliat wacana dua nama paket kader yang rencananya diusung partai kolisi non PDIP ini. Kedua nama tersebut, yakni kader Demokrat I Nengah Tamba, dan kader Golkar I Ketut Widastra.
Tamba sendiri merupakan politisi asal Desa Kaliakah, Kecamatan Negara, yang kini menjabat Wakil Ketua I DPD Demokrat Bali. Sebelumnya, Tamba yang mantan anggota DPRD Bali Dapil Jembrana dua periode (2009-2014 dan 2014-2019) ini gagal lolos ke DPRD Bali dalam Pileg 2019 dengan meraup 10.909 suara.
Sedangkan Widastra yang politisi asal Kelurahan Dauhwaru, Kecamatan Jembrana, menjabat sebagai Wakil Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Willayah Kecamatan Jembrana, Pekutatan, dan Mendoyo DPD II Golkar Jembrana. Dalam tarung Pileg 2019 lalu, Widastra yang sempat dua kali duduk sebagai anggota DPRD Jembrana (2009-2014 dan 2014-2019) ini juga maju sebagai calon anggota DPRD Bali.
Namun Widastra yang berhasil meraup 11.138 suara tidak lolos, dan bernasib sama seperti Tamba. Selain Tamba dan Widastra, dari wacana di sejumlah parpol koalisi non PDIP ini juga muncul empat nama kader lain yang kini duduk sebagai anggota dewan. Di antaranya, Plt Ketua DPD II Golkar Jembrana, I Made Suardana, dan Ketua DPC Gerindra Jembrana, I Kade Darma Susila, yang sama-sama duduk sebagai anggota DPRD Bali dari Dapil Jembrana. Kemudian dua nama lagi, yakni anggota Fraksi Golkar DPRD Jembrana yang juga menjabat Wakil Ketua DPRD Jembrana, I Ketut Suardika, dan Ketua Fraksi Gerindra DPRD Jembrana, I Ketut Sadwi Darmawan.
Hanya saja, empat nama kader selain Tamba dan Widastra itu dinilai tidak begitu bersemangat menjadi calon. Pasalnya, sesuai ketentuan pencalonan Pilkada, ketika maju sebagai calon Bupati maupun calon Wakil Bupati, mereka harus mundur sebagai anggota dewan. Karena itu, peluang terbesar kemungkinan adalah mempaketkan Tamba dengan Widastra. Entah itu Tamba sebagai calon Bupati dengan Widastra sebagai calon Wakil Bupati, ataupun sebaliknya Widastra yang menempati posisi calon Bupati dengan Tamba sebagai calon Wakil Bupati.
Wakil Ketua I DPC Demokrat Jembrana, I Ketut Panca Bayu, Senin (18/11), mengakui, Tamba adalah satu-satunya nama kader Demokrat yang akan diusulkan masuk sebagi calon bupati dalam partai koalisi non PDIP nanti. Kepastian Demokrat menawarkan Tamba itu juga sudah dibahas rapat tim desk Pilkada dari DPD Demokrat Bali yang sempat turun ke DPC Demokrat Jembrana sekitar dua minggu lalu.
“Kalau Demokrat sudah pasti Pak Tamba. Dalam rapat waktu itu juga dihadiri jajaran PAC dan Ranting Demokrat se-Jembrana. Selain mendorong Pak Tamba, saat rapat itu juga sudah disepakati Demokrat berkoalisi dengan Golkar dan Gerindra yang juga membuka ruang koalisi,” ujarnya.
Sebelumnya Plt Ketua DPD II Golkar Jembrana, I Made Suardana, mengatakan untuk pendaftaran calon di internal Golkar sendiri baru dibuka, Minggu (17/11).
Namun, pihaknya mengakui, Widastra menjadi salah satu nama kader bersama dirinya termasuk I Ketut Suardika yang kemungkinan akan diservei sebagai kandidat calon bupati dari Golkar. “Tetapi yang pasti nanti akan dibahas lebih lanjut setelah koalisi resmi terbentuk. Yang pasti, kalau kami dari Golkar juga terbuka dengan partai-partai lain. Mengenai siapa yang akan diusung, kami berharap yang terbaik,” ucapnya.
Sedangkan Nengah Tamba saat dikonfirmasi, Senin kemarin mengakui telah didorong internal Partai Demokrat untuk maju sebagai calon Bupati yang akan ditawarkan ke dalam koalisi nanti.
Namun untuk kepastiannya, pihaknya tetap menunggu pembentukan koalisi. Secara pribadi, dia pun mengaku sudah melakukan pendekatan dengan partai-partai yang rencana membentuk koalisi untuk dapat mengusung calon di Pilkada nanti, dan juga terus bergerak di masyarakat. “Nanti tunggu koalisi dulu,” ujarnya.
Hal senada juga diungkapkan Widastra. Saat dihubungi Senin kemarin, Widastra yang akrab disapa Rio ini mengaku tetap menunggu pembentukan koalisi dan tetap bergerak untuk mendengar aspirasi masyarakat jelang Pilkada nanti.
“Saya belum mendaftar di partai. Sekarang masih jalan-jalan mendengar keinginan rakyat sambil menunggu MoU partai koalisi dulu. Kalau rakyat mengkehendak dan partai koalisi berkomitmen sama-sama bersatu ya saya siap untuk maju. Apakah calon bupati atau calon wakil bupati, itu urusan nanti,” ujarnya. *ode
Komentar